tag:blogger.com,1999:blog-69328593654276393992024-03-13T03:16:22.700-07:00dandelion...dan berilah mereka nasihat, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang MEMBEKAS pada jiwanya. (An-Nisa : 63)Detin Nitamihttp://www.blogger.com/profile/07161957808418254471noreply@blogger.comBlogger143125tag:blogger.com,1999:blog-6932859365427639399.post-12152791141268984192022-09-29T21:49:00.003-07:002022-09-29T21:49:58.995-07:00Dunia Sendiri<p>Ada kalanya, saya merasa begitu menyesal tidak banyak memanfaatkan kesempatan. Beberapa kali saya menghabiskan waktu saya, saat semua anak-anak tertidur dan kopi sedang menguasai saya, saya bermain peran dengan pikiran sendiri. Dalam peran itu, saya adalah pemikiran saya saat ini namun dengan situasi 15 tahun yang lalu.</p><p>Saya menciptakan andai-andai yang baru. Dengan tokoh-tokoh nyata yang memang benar pernah berinteraksi dengan saya, namun dengan skenario yang saya buat sendiri. Ternyata banyak andai yang lahir dari kegiatan mengkhayal ini.</p><p>Andai saya pandai bernyanyi. Andai saya pelari aktif dari dulu. Andai saya memiliki public speaking yang mengagumkan. Andai saya mendalami seni dan sastra. Andai saya mau menyukai olahraga dengan sedikit lebih serius. Andai saya melatih diri untuk jadi pendengar yang baik. Andai saya menyukai membaca buku-buku non fiksi. Andai saya tidak terpengaruh dengan pendapat orang.</p><p>dan andai saya mempunyai kepercayaan diri yang tinggi. Sebuah senjata untuk melumpuhkan orang-orang yang terbiasa memandang rendah orang lain. </p><p>Andai saya berkeyakinan teguh "I'm smarter than you. You may have money, but I have a brilliant brain, character, and attitude"</p><p>Andai saya dapat melatih ini semua sedari dulu. Saya pasti akan sangat berterima kasih pada diri saya sendiri hari ini. </p><p>Lalu scene berpindah kembali ke realita saat ini. Apakah benar-benar saya harus menyesali mengapa saya tidak berpikiran seperti ini saat dahulu -belasan tahun yang lalu-? Atau, sebenarnya masih ada cukup waktu untuk mulai mengubah andai-andai itu menjadi kenyataan-kenyataan baru?</p>Detin Nitamihttp://www.blogger.com/profile/07161957808418254471noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6932859365427639399.post-29156180403257954762022-06-22T07:50:00.000-07:002022-06-22T07:50:39.026-07:00<p> Lelah.</p><p>Ada banyak alasan mengapa menyendiri itu jauh lebih menyenangkan. Pada dasarnya, (bagi saya) -yang ambivert- berhubungan intens dengan banyak manusia itu melelahkan. Lelah dengan sifat-sifat dasar manusia, yang selalu ingin mengamankan posisi. Tapi bagaimana mungkin, ada yang sampai hati mengamankan posisi dibarengi menyusahkan orang lain.</p><p>Apakah harus selalu kita yang menyesuaikan kondisi?</p><p>Apakah perlu mengubah sikap hanya untuk bisa "sama" atau "satu paham"?</p>Detin Nitamihttp://www.blogger.com/profile/07161957808418254471noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6932859365427639399.post-37988232350383564332022-01-30T09:46:00.002-08:002022-01-30T09:46:43.259-08:00Berubah<p>Dandee, ini sudah tahun 2022. Saya-pun sudah beranak dua. Si sulung usianya 3,5 tahun dan hobinya berteriak. Bara namanya, tapi dia tampan, tidak seperti ayahnya awokwokwk. Si bungsu sedang belajar berdiri sendiri, usianya belum genap satu tahun. Hira namanya, dan dia cantik, seperti ibunya bhuahakakak. Banyak sekali memori yang tidak tercatat, sebab rupa-rupanya saya terlalu sering melupakan kamu. Lupa kalau punya kamu.</p><p>Dandee, malam ini saya masih membuka mata lebar, padahal sudah pukul 00.22 tengah malam. Sambil rebahan di samping Hira yang tertidur pulas, saya kembali membuka sedikit masa lalu. Kamu tau kan, untuk ukuran manusia yang tidak bisa begadang, masih terjaga di jam segini adalah hal yang perlu dicurigai, kecuali untuk urusan drakor, rasanya hampir tidak pernah saya begadang. Jadi tadi secuil saya mengintip twitter Pak Ryan yang sudah jamuran, menyelam ke tahun-tahun dimana saya adalah seorang gadis berjiwa bebas dan senang berkegiatan ini dan itu. Ke masa-masa awal menikah, dan kemudian jijik sendiri, betapa bucinnya saya pada saat itu. </p><p>Kemudian scene berpindah ke tahun ini, hari ini. Melihat ke dalam diri, tentang apa yang berubah. Apa benar-benar saya telah berubah? Mengapa saya menjadi lebih senang bersembunyi di rumah. Lupa kalau sesuka itu dengan menulis. Terlalu peduli dengan pendapat orang. Khawatir yang tiada ada habis-habisnya. Meskipun mager dan prokrastinasti tetap menjadi nama tengah saya. </p><p>Apakah dua anak ini, -si tampan yang tidak mirip ayahnya dan si cantik yang mirip ibunya- yang benar-benar membuat saya berubah? Membuat saya berat melangkah meninggalkan rumah. Yang menyita waktu. Yang sering membuat khawatir bagaimana mereka di mata orang lain. Apa pendapat dunia tentang mereka. Dan kekhawatiran bahwa saya tidak becus menjadi ibu yang baik untuk mereka. Apakah semua fenomena itu benar-benar yang membuat saya berubah?</p>Detin Nitamihttp://www.blogger.com/profile/07161957808418254471noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6932859365427639399.post-92158201134828689062021-08-05T03:30:00.005-07:002021-08-05T03:30:48.137-07:00Make Memories<p> Hello my dearest old friend :)</p><p>Teman lama saya, blog tempat saya memulai menulis pikiran-curhatan-keluhan-kekaguman-dan memori sejak 2009. Sudah 12 tahun kita bersahabat, meskipun beberapa tahun ke belakang, saya hampir lupa kalau punya blog :" </p><p>Tapi bagaimanapun, seriuh apapun tawaran di media sosial sebelah, saya ingin blog ini tetap menjadi tempat kembali saya menitipkan memori-memori besar langkah yang terjadi di hidup saya. Kenapa? karena sepi, tentu saja :) saya bisa bebas menitipkan perasaan disini, tanpa perlu repot-repot mempertimbangkan pandangan orang lain, atau kecemburuan orang lain terhadap hidup saya, atau pendapat negatif orang lain seperti : anda posting hanya untuk pamer, huh?!? Pendapat manusia tidak bisa kita saring sesuai keinginan kita kan ya bunda....</p><p>Jadi mari, saya ingin menitipkan memori tentang satu langkah yang saya ambil di tahun 2020 lalu : saya sekolah lagi. Hiks terharu. Setelah berdarah-darah mengeluh kekejaman dunia kedokteran gigi ke segala penjuru mata angin demi kepuasan mulut dan ke-plong-an hati, bagaimana bisa saya memutuskan kembali tercemplung ke medan perang yang sama lagi? -bahkan, katanya- ini medan yang lebih berlumpur?</p><p>Kalau boleh jujur-jujuran, dalam lubuk hati paling dalam, saya tidak ada niatan ambil sekolah spesialis untuk dapat penghasilan dari praktik yang lebih tinggi. Bahkan saya berpikir, bagaimana kira-kira nanti kehidupan saya setelah jadi seorang spesialis harus menghadapi bayaran yang lebih tinggi padahal saya biasa punya mental dibayar murah :" whuakakwokwoookuhukkk. Jadi, insyaAllah tujuan saya murni untuk belajar, karena... saya suka sekolah (?) </p><p>Dan... di 2020 resmi lah saya menjadi seorang dokter residen Prostodonsia. </p><p>Bentar.. bentar.. APAA??? PROSTO? SEORANG DETIN? PROSTO? buahahaha. Banyak sekali teman-teman yang kaget ketika tahu saya masuk prosto. Katanya.... gak pantes :" Saya dicap cocoknya di pedo (kedokteran gigi anak), padahal saya jauh dari kata sabar ya bunda. Prosto itu bidang yang menangani kasus...*googling sendiri saja*. Jadi kenapa Prosto? Karena saya terlalu dekat dengan keluhan-keluhan kasus prosto di lingkungan sekitar. Termasuk pasien-pasien di tempat praktek sebelumnya. Dan dengan bodohnya saya yang kurang ilmu ini cuma mampu celingak celinguk ketika hasil protesa nya tidak memuaskan. Masih modal "cetak-lempar-lab". Kalau begitu, apa bedanya dengan tukang gigi? Banyak orang membuat gigi tiruan di tukang gigi, karena menurut mereka "murah dan enak". Tapi tentu saja, enak sementara- merusak kemudian. Kenapa bisa enak? karena tukang gigi punya banyak pengalaman teknik, tapi tidak ditunjang ilmu. Kenapa merusak kemudian? Karena <b>apa-apa yang dikerjakan tanpa ilmu, hanya akan berakhir pada kerusakan</b>. Berangkat dari tagline itu, saya berusaha untuk memperkaya keilmuan saya di bidang yang bahkan sering saya hindari, tapi juga saya sering temui : prostodonsia. </p><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-XaYc7V-LNzc/YQu9nlgRCeI/AAAAAAAABs8/fwHK3O_Se6Muqp4lXhid3cCNZA9-gAdigCLcBGAsYHQ/s2048/DSCF8919.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1365" data-original-width="2048" height="188" src="https://1.bp.blogspot.com/-XaYc7V-LNzc/YQu9nlgRCeI/AAAAAAAABs8/fwHK3O_Se6Muqp4lXhid3cCNZA9-gAdigCLcBGAsYHQ/w283-h188/DSCF8919.JPG" width="283" /></a></div><br /><p></p><p>Tidak ada kata penyesalan untuk melanjutkan sekolah. Support yang mantap dari keluarga membuat saya merasa bisa melalui medan perang emosi ini sambil mengasuh satu batita dan satu bayi. Tidak ada yang tidak bisa dilakukan ketika seorang ibu sudah menyingsingkan lengan bajunya. MARI BEKERJA SAMA, MY SUPPORT SYSTEMS!</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><br /><br />Detin Nitamihttp://www.blogger.com/profile/07161957808418254471noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6932859365427639399.post-38380582731123218632021-01-11T14:48:00.001-08:002021-01-11T14:48:01.183-08:00Sudah Semestinya Dilakukan<p> Banyak kekhwatiran muncul ketika kita menjadi orang tua baru. Mayoritas kekhawatiran berkutat tentang masa depan si anak, tapi tidak sedikit dari kita mengkhawatirkan masa depan kita sendiri, sebagai orang tua.</p><p>Hal yang sangat membuat saya khawatir tentang masa depan saya sebagai orang tua adalah, apakah jika anak saya sudah besar nanti, saya akan mengungkit-ungkit apa yang sudah saya lakukan hari ini terhadapnya? </p><p>"Bara, Mama mengandung kamu, melahirkan kamu dengan susah payah, membesarkan dengan memberikan yang terbaik untuk kamu, kalau Bara sakit, mama yang jaga, Mama bawa-bawa Bara meskipun mama harus kerja............ Gak kasihan kah Bara sama mama sekarang? mama minta uang bulanan......." adalah contoh kalimat yang sangat sangat sangat saya khawatirkan keluar dari mulut saya saat dia besar nanti. Bukankah, mengandung, melahirkan dan membesarkan anak adalah hal yang sudah semestinya dilakukan orang tua yang menyayangi anaknya? Bukankah semua ibu memang akan melewati tahap mengandung dan melahirkan yang melelahkan? Kita melakukannya secara naluriah, dan berharap bernilai ibadah, kan? Maka, untuk apa kita menagih anak untuk hal-hal baik yang telah kita berikan untuknya?</p><p>Saya tidak kuat melihat fenomena orang tua yang mengungkit kebaikannya hanya untuk menagih imbal balik atas apa yang dilakukannya dahulu -lha, kan memang sudah tugas orang tua? </p><p>Kita memupuk kedekatan dengannya, mulai dari jantungnya ikut berdetak di rahim kita hingga dia tumbuh besar, dan memiliki hidupnya sendiri. Sebuah proses yang panjang -dan alamiah, karena memang begitulah seharusnya. Jika saya tidak dekat dengan anak, bukankah sebaiknya sayalah yang berkaca apa yang salah dari pengasuhan saya, yang mengakibatkan jika anak sudah besar nanti, dia canggung dengan ibunya sendiri. Bukan dengan terus membuatnya merasa bersalah (guilt trip) dengan mengungkit-ungkit segala hal yang memang sudah semestinya kita lakukan sebagai orang tua.</p><p>Entah kenapa, saya selalu percaya, kedekatan yang terbangun karena kita hadir dalam hidup si anak akan membekas di memori anak, membuatnya mengingat tentang diri kita terhadap apa yang terjadi dalam hari-harinya, tanpa perlu kita ungkit-ungkit. Ibu saya tidak pernah mengungkit betapa sulitnya mengasuh saya dahulu, dan karena kedekatan yang terbangun secara alamiah antara saya dan ibu saya itulah yang membuat saya -tidak bisa dan tidak akan- melupakan pengorbanan apa yang dilakukannya untuk saya. </p><p>Saya jadi teringat puisi Khalil Gibran yang terkenal :</p><div style="background-color: white; background-repeat: no-repeat; box-sizing: border-box; color: rgba(0, 0, 0, 0.87); font-size: 16px; margin: 0px 0px 16px; padding: 0px; text-align: justify;"><b><span style="background-repeat: no-repeat; box-sizing: border-box; margin: 0px; padding: 0px;"><span style="background-repeat: no-repeat; box-sizing: border-box; margin: 0px; padding: 0px;"><span style="background-repeat: no-repeat; box-sizing: border-box; margin: 0px; padding: 0px;"><span style="background-repeat: no-repeat; box-sizing: border-box; margin: 0px; padding: 0px;"><span style="font-family: inherit;"><i>Anakmu bukanlah milikmu, </i></span></span></span></span></span><i style="font-family: inherit;">mereka adalah putra putri sang Hidup, </i><i style="font-family: inherit;">yang rindu akan dirinya sendiri.<br /></i><i style="font-family: inherit;">Mereka lahir lewat engkau, </i><i style="font-family: inherit;">tetapi bukan dari engkau, </i><i style="font-family: inherit;">mereka ada padamu, tetapi bukanlah milikmu.</i><span style="font-family: inherit;"><i> <br /></i></span><i style="font-family: inherit;">Berikanlah mereka kasih sayangmu, </i><i style="font-family: inherit;">namun jangan sodorkan pemikiranmu, </i><i style="font-family: inherit;">sebab pada mereka ada alam pikirannya sendiri. -Khalil Gibran</i></b></div><p>Anak kita bukanlah milik kita, ia milik Penciptanya. Kita hanya dititipi amanah, yang tidak berhak atas penjajahan jalan hidupnya. Kita bukan penanam modal yang berinvestasi dan suatu hari menagih dan mengungkit apa yang kita tanam. Kita hanya menjalankan peran atas kesempatan yang diberikan Allah untuk beribadah di ladang ini sebaik-baiknya. Semoga kita terhindar dari rasa pamrih atas peran sebagai ibu, dan menghanguskan nilai ibadah kita sebagai orang tua.</p><div><br /></div>Detin Nitamihttp://www.blogger.com/profile/07161957808418254471noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6932859365427639399.post-70295957367371979302021-01-09T10:00:00.001-08:002021-01-09T10:00:05.890-08:00Sepuluh Januari<p> A Leader has to be seen.</p><p>Menikmati jalanan dalam mobil ketika Bara tertidur di bangku belakang adalah sebuah kegiatan yang menyenangkan. Jalanan macet seringkali tidak jadi masalah. Dalam mobil, tidak ada aktivitas lain yang bisa kami lakukan selain berdiskusi -tentang apa saja- yang sebagian tidak berfaedah sebagian lagi secara mengagetkan sangat membuka wawasan dan pandangan. Tapi tidak jarang diskusi berakhir dengan tebakan kira-kira, seperti bagaimana bisa tumbuh ulat dalam alpukat yang diperam? </p><p>Pak Ryan ketika menyetir akan mengurangi frekuensi memegang handphonenya -sesuatu yang sangat sulit dilakukannya-, sehingga pembicaraan tidak banyak terdistraksi. Dan saya? 5 menit melihat layar hp di mobil akan membuat saya mabuk darat. Jadi, kalau mau berdiskusi sesuatu yang serius, kami tidak pergi ke tempat makan, tapi kami menghabiskan bensin mengendarai mobil. Tapi tentunya setelah perut kenyang. Karena rasa-rasanya, perut yang kosong akan membuat otak menjadi lebih tulalit. </p><p>Hampir setiap berkendara, Pak Ryan akan menyetel Spotify/Podcast/Youtube yang berbobot. Dalam satu kesempatan, kami mendengarkan cerita bagaimana PT KAI bertansformasi. Saya sebagai anak kereta sejak bau kencur, saya merasakan betul perubahannya. Dalam wawancaranya, Pak Jonan berkata kira-kira seperti ini "dalam 5 tahun saya bekerja mentransformasi PT KAI, total mungkin hanya beberapa bulan saya tidur di rumah. Saya tidur di gerbong kereta, bekerja tanpa membedakan posisi. A Leader has to be seen" Setelah kalimat itu keluar, saya menelan ludah, dan Pak Ryan senyum-senyum sendiri. Bah....</p><p>Lima kali sudah saya melewati Sepuluh Januari bersama, sebagai wanitanya. Atau mungkin enam kali, jika dihitung sejak mulai mengenalnya. Semenjak menikah, tidak pernah sekalipun Pak Ryan menunggui saya di RSGM -atau setidaknya menjadi relawan pasien saya jaman koas dulu. Beruntung saat saya wisuda, dia bisa datang *lebay hahaha. Kami harus rela jadi pasangan akhir pekan, yang tidak jarang akhir pekannya pun terganggu pekerjaan. Sering sekali rasanya, kami cekcok hanya karena "KAMU PULANG TERLALU MALAM! SEKALIAN GAK USAH PULANG AJA toyibbbbb" atau karena saya terlanjur membayangkan liburan, tapi ternyata tiba-tiba dia bilang "akang harus ke... blablabla", lalu melayanglah bantal (saya tidak berani melempar benda pecah belah, rugi kalau rusak- meski marah tetep harus perhitungan Bun). </p><p>Lima kali melewati Sepuluh Januari, rasanya saya semakin melihat jelas dosa saya. Setiap mulut saya keluar kata-kata tidak berguna dan emosi saya meluap-luap, dia menawarkan solusi "yaudah, akang mundur aja, jadi karyawan aja supaya waktunya bisa lebih pasti, ya?" Lalu taring saya mendadak jadi tumpul. Dia tidak menikahi saya hanya untuk membatasi mimpinya, kan. Dia menikahi saya yang pendek dan tidak berbakat ini karena berharap bisa sama-sama bertumbuh. Dan saya? saya bukan parasit yang tumbuh dengan merugikan pihak lain. Banyak orang akan menjadi lebih bersemangat menyusun pencapaian ketika melewati hari kelahirannya. Dia bukan sepenuhnya milik saya, sebagian dirinya adalah miliknya sendiri, milik mimpi-mimpinya, dan milik kebermanfaatan umat. Hari ini saya merelakan ego, bahwa setiap keputusan tidak akan pernah lepas dari konsekuensi. Mengetahui konsekuensi dan memahaminya adalah bagian dari kebahagiaan menjalani hidup. </p><p>Selamat Hari Ryan Sedunia!</p>Detin Nitamihttp://www.blogger.com/profile/07161957808418254471noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6932859365427639399.post-28804833363235973442020-05-03T21:41:00.001-07:002020-05-03T21:41:06.558-07:00Sering kali, Pak Ryan masih terbangun hingga lewat tengah malam. Duduk dan hanya merenung. Saya tahu dia sedang berpikir keras. Terlebih akhir-akhir ini. Kebiasaannya semakin menjadi. <div>
Setiap saya tanya apa yang sedang dilakukannya, jawabannya selalu sama. Kontemplasi. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Sedikit banyak, apa yang dilakukannya menjadi pikiran yang menular. Saya jadi ikut-ikutan sering merenung apa yang dia renungkan. Pertanyaan yang paling sering jadi tema renungannya adalah, "kita sudah berbuat apa untuk jadi bermanfaat?". Sebuah pertanyaan yang sampai sekarang masih membuat hati saya terasa penuh, sesak. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Akang akan menjadi seperti apa beberapa tahun ke depan? Jalan apa yang akan diambil?" Diskusi yang tak berkesudahan, meskipun sudah berulang kali dibahas dan dijawab. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Terlebih, dunia sedang kacau. Sedang dijangkiti wabah. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Orang di luar sana menciptakan, menemukan, dan menjadi solusi. Akang merasa belum maksimal, sebagai manusia"</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div>
-thoughts in the time of Corona.</div>
Detin Nitamihttp://www.blogger.com/profile/07161957808418254471noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6932859365427639399.post-27873510562035110872018-12-19T06:03:00.002-08:002019-01-20T02:24:18.119-08:00ambivalensi<span style="color: #222222; font-family: sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 14px;">setiap manusia (sepertinya) pernah mengalami pergolakan batin antara takut sekaligus berharap. </span></span><br />
<span style="color: #222222; font-family: sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 14px;"><br /></span></span>
<span style="color: #222222; font-family: sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 14px;">congkaknya manusia, seringkali lupa pada apa yang dipunya, terlampau ambisius terhadap apa yang belum dimiliki. </span></span><br />
<span style="color: #222222; font-family: sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 14px;"><br /></span></span>
<span style="color: #222222; font-family: sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 14px;">saya pikir saya cukup kebal dan memiliki imun yang berlapis-lapis sehingga bisa dengan mudah melewati fase membingungkan tapi bingung apa yang sebenarnya saya bingungkan. Bingun kan ya? </span></span><br />
<span style="color: #222222; font-family: sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 14px;"><br /></span></span>
<span style="color: #222222; font-family: sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 14px;">nyatanya... saya terjangkit penyakit itu juga. Penyakit para milenial.</span></span><br />
<span style="color: #222222; font-family: sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 14px;"><br /></span></span>
<span style="color: #222222; font-family: sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 14px;">Hah! ternyata, melewati quarter life crisis benar-benar menguras emosi.</span></span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: sans-serif; font-size: 14px;">Ketakutan dan harapan adalah dua garis jiwa yang berlawanan tetapi berada pada sudut yang saling berhadapan.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: sans-serif; font-size: 14px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: sans-serif; font-size: 14px;">Lalu rasanya ingin nangis di pojokan, kenapa waktu cepat sekali berlalu, padahal saya bahkan belum memutuskan pilihan.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: sans-serif; font-size: 14px;">menikmati si waktu beserta setiap detik-detiknya yang berdenging, atau melaju sambil takut-takut dan (sudah pasti) melelahkan.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: sans-serif; font-size: 14px;"><br /></span><br />
<span style="color: #222222; font-family: sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 14px;"><br /></span></span>
<span style="color: #222222; font-family: sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 14px;"><br /></span></span><span style="color: #222222; font-family: sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 14px;">ini saya lagi curhat, lho. Kamu ngerti, kan? </span></span><br />
<span style="color: #222222; font-family: sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 14px;">Iya aja biar cepet.</span></span><br />
<span style="color: #222222; font-family: sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 14px;"><br /></span></span>
<span style="color: #222222; font-family: sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 14px;"><br /></span></span>
<span style="color: #222222; font-family: sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 14px;">-detin, si tukang ngomong sendiri-</span></span>Detin Nitamihttp://www.blogger.com/profile/07161957808418254471noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6932859365427639399.post-8164843105001064662018-12-07T05:15:00.001-08:002018-12-07T05:15:31.141-08:00fanlar. Saya, seperti kebanyakan wanita yang tidak begitu peduli dengan keadaan, cenderung sulit untuk dibuat kagum.. Tapi begitu ada yang menyentil perasaan, mencolok pupil mata dan menghujam ulu hati, hempasan kekaguman itu menyeruak ke dalam setiap bagian tubuh saya yang rapat tertutup lemak..<br />
<br />
Andaikata saya jatuh hati pada seseorang yang bahkan belum pernah bertemu, ke-nge-fans-an itu bisa saja dengan diam-diam berkembang biak dalam diri saya, <i>hanya melalui tulisan dan kemisteriusan dirinya</i>. Semakin saya terjun menyelami siapa dia, semakin imajinasi tentang dia tergambar jelas dalam memori, seperti hendak menguasai isi hipokampus saya, si kuda laut dengan tugas kerennya itu, pengolahan memori. Iya, memang tidak bertemu, cukup dengan hanya mengingat kata-katanya dan kisah hidupnya yang sepenggal-penggal itu dari jari-jarinya, seolah-olah seperti saya menjelajahi dunia spasial-temporal (?)<br />
<br />
Dia. Sosok wanita dengan kemampuan mencengangkan dan kecintaan mendalamnya terhadap buku-buku. Menuliskan siapa dirinya dengan begitu misterius, seolah bumi ini bukan kandidat yang layak untuk jadi tempat memperkenalkan dirinya. Semakin misterius dirinya, semakin saya terobsesi. Dia mendefinisikan ketertutupannya dengan memberikan seuprit teka-teki tentang siapa dia, bagaimana dia menjalani hidup, perannya sebagai anak, istri, ibu, tetangga, pekerja, dan sebagai dirinya sendiri. Saya bisa habiskan waktu untuk mengagumi kemisteriusannya, keahliannya mencerna buku-buku dan kemampuannya mengilhami saya tentang bagaimana melihat ketidakteraturan dari sudut pandangnya.<br />
<br />
Dia... memikat saya, tanpa dapat dimengerti.<br />
<br />
Lalu tiba-tiba semuanya berubah ketika negara api menyerang. Entah bagaimana, dia menjadi seterbuka itu. Dia menjadi seorang ibu-ibu kebanyakan-- ibu-ibu pada umumnya. Teori parenting itu, semakin kesini membuat saya semakin muak. Banyak ibu yang terlalu mengkhawatirkan anaknya untuk suatu hal yang tidak perlu dikhawatirkan--bahkan tidak perlu dipikirkan. Bagaimana mungkiiinn oh whyy.. dia jadi termasuk yang rajin afirmasi dan kampanye untuk menjadi <i>ibu-rumah-tangga-yang-baik-pandai-mengatur-keuangan-dan-tidak cacingan-dengan-kegemaran-membagikan-ilmu-parenting-bertubi-tubi-di-media-sosialnya</i>. Haaaaah!<br />
<br />
Dengan berlandaskan kepercayaan bahwa latihan menulis setiap hari akan membuat kita terbisa-produktif-dan bermanfaat, maka sosok dirinya berubah. Dia mulai menuliskan apa saja. Apa saja. Benar-benar APA SAJA. Semuanya. Catatan kajian, resume seminar, hikmah kehidupan, resep makanan, temuan ilmu parenting, pendapat ahli, rangkuman livestory IG selebgram parenting........ *cryyy awak cry*<br />
<br />
Iya iya iya. Kamu akan tidak sependapat dengan saya, kalau saya bilang saya tidak suka dia yang sekarang. Kamu akan bilang bahwa transformasinya menjadi ibu-ibu-muda kekinian itu adalah tren milenial. Berbagi dan eksistensi adalah identitas, itulah moto para mahmud gen Z, yaa atau gen Y mentok lah.<br />
<br />
Tapi saya patah hati. Saya dikecewakan oleh kemunculan dirinya yang terlalu banyak menulis apa yang tidak ingin saya baca. Dia menjadi terbuka, tapi bukan keterbukaan tentang dirinya lagi, cara penyampaiannya yang terlalu notulensi benar-benar membosankan. Sekarang, apa bedanya membuka blognya dan membuka wikipedia :( Hatiku terpotek, *cakar-cakar tembok.<br />
<br />
Sungguh disayangkan, saya kehilangan idola, padahal diidolai olah saya adalah sebuah kehormatan *yakali siapa lu* intinya saya mulai risih dengan dia yang terlalu sering bercuit tentang ini itu. Dia kehilangan warna dan karakter di hati saya. hiks.<br />
<br />
Tertanda, fans yang pundung.<br />
detin<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />Detin Nitamihttp://www.blogger.com/profile/07161957808418254471noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6932859365427639399.post-47431377168552815502018-11-23T14:22:00.004-08:002019-01-20T02:18:29.923-08:00Nafas NagaSejak ribuan tahun sebelum masehi, sudah terkenal sebuah kutukan yang sangat mengganggu kehidupan manusia. Mitos dari berbagai bangsa bermunculan, mereka mencari banyak cara supaya terhindar dari sesuatu yang dianggap "kutukan" ini.<br />
<div>
<br /></div>
<div>
Kutukan itu bernama : Bau Mulut.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Jauh-jauh hari, sekitar 1000 tahun sebelum masehi, bangsa Yunani sudah berusaha menghilangkan bau mulut dengan menggunakan susu kambing dan kedelai sebagai obat kumur. Penduduk Irak memercayakan cengkeh, sedangkan orang-orang Cina buru-buru mengunyah cangkang telur untuk menetralisir bau mulut. Bahkaaaan, bangsa Romawi menambahkan urin manusia sebagai obat kumurnya. YAKS! Kreativitas manusia memang sungguh cemerlang. Kadang berlebihan.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Lalu, sebenarnya apa itu bau mulut? kenapa terdengar mengerikan, bahkan orang-orang Yahudi dahulu diperbolehkan menceraikan pasangannya jika ia kedapatan mengidap bau mulut. Sadis.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Bau mulut atau yang dikenal dengan istilah halitosis atau breath malodor atau fetor oris atau nafas naga, atau jungle mouth, atau apapun, you name it, sebenarnya hanyalah persepsi subjektif. Karena kesubjektifan yang seringkali membingungkan itulah, maka para pakar sepakat untuk membagi halitosis menjadi tiga kelompok.<br />
<i><br /></i>
Pertama,<i> Genuine halitosis</i> adalah halitosis yang benar-benar nyata, ada, tercium, bahkan terukur dengan parameternya sendiri, dengan alat ukur yang (sayangnya-sepertinya) hanya tersedia di negara-negara maju. Sepanjang sepak terjang di dunia kedokteran gigi, saya belum pernah lihat halimeter atau portable gas chromatograph terpampang cyantikk di klinik-klinik gigi Indonesia</div>
<div>
Kedua, <i>Pseudohalitosis</i> adalah ketika orang-orang merasa sangat menderita karena merasa nafasnya bau, padahal setelah diperiksa, nafas mereka sebenarnya baik-baik saja.<br />
Ketiga, <i>Halitophobia, </i>mereka menderita bau mulut, lalu diobati dan nafasnya sudah kembali normal, tapi pasien ini masih keukeuh merasa dia bau mulut. Seakan-akan bau itu menghantui hidupnya, dan mereka merasa menderita karena terlalu takut yang berlebihan. Jangan cari dokter gigi, sebaiknya cari psikolog saja.<br />
<br /></div>
<div>
di Amerika sendiri, orang berbondong-bondong menghabiskan satu juta dolar uang mereka demi membeli produk-produk "deodoran" untuk nafas mereka. Padahal produk-produk itu hanya menutupi secara superfisial, tidak efektif dan buang-buang uang, sungguh sebuah fenomena "inefficient masking attemps"</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Sekarang, bayangkan bau-bauan yang paling busuk yang pernah kita cium, sampah? daging busuk? feses? </div>
<div>
semua bau-bauan busuk itu berasal dari aktivitas mikroorganisme, khususnya bakteri. Bakteri-bakteri "bau busuknya sampah, daging busuk, dan feses" adalah bakteri-bakteri yang mirip dengan yang hidup lingkungan mulut. Faktanya, lingkungan mulut manusia sejatinya merupakan pabrik terbesar berpenduduk jutaan mikroba, baik virus, jamur, protozoa maupun bakteri. Tapi mereka bukanlah pengungsi, mereka adalah penduduk pribumi tubuh kita yang keberadaannya sangat vital diperlukan, benar-benar kita butuhkan, mulai dari proses mengunyah dalam mulut, sistem pencernaan, hingga pencegahan penyakit.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Jadi, bagaimana bau-bauan dari mulut itu diproduksi?</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Bakteri, -tentu saja- memerlukan makanan. Untuk keberlangsungan hidupnya, bakteri memerlukan atktivitas metabolisme dengan memakan sisa-sisa makanan, lendir, maupun jaringan mati dalam mulut kita. Semua bahan makanan itu di absorpsi di membran sel bakteri, lalu mereka memecah komponen asal makanan berupa zat organik (misalnya protein) ke dalam bentuk molekul yang lebih kecil (misalnya asam amino). Serangkaian proses degenerasi proteolitik ini menghasilkan produk sampingan yaitu hydrogen sulfide yang terselundup di air liur, tumpukan epitel, cairan gusi, bahkan darah.<br />
<br />
Mari berkenalan terlebih dahulu dengan para bakteri yang secara normal dan damai hidup di mulut kita. <i>Phorphyromonas gingivalis,</i> <i>Prevotella intermedia</i>, <i>Aa comitans,</i> dan <i>Fusobacterium nucleatum, </i>mereka bakteri normal tapi sayangnya bersifat oportunis. Saat lingkungan mulut mulai tidak bersahabat, mereka menjadi sedikit liar. Mereka semua adalah bakteri yang memproduksi Volatile Sulfur Compound/VSC, si cikal bakal asal muasal bau itu berasal. Sebenarnya mereka sudah begitu baik menjaga iklim mulut kita tetap harmonis, seimbang, sehat bersahabat. Tapi tentu saja mereka akan marah dan mengubah diri mereka menjadi "bad guy" bila lingkungannya terganggu. Perubahan lingkungan ini mayoritas diakibatkan oleh tindakan kita sendiri. Sedih ya. Beberapa penelitian mengatakan mayoritas bau mulut berasal dari gigi yang berlubang, 51% berasal dari lidah yang kotor, 13% karena gusi yang bermasalah dan hanya 4% yang diakibatkan oleh penyakit sistemik.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Iya iya. Bahasannya mulai terasa terlalu berat. </div>
<div>
Kamu pusing? saya jugaaa...</div>
<div>
<br /></div>
<div>
intinya... Hilangkan penyebab. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Jika ada gigi yang berlubang, segera tambal sebelum terlambat. Karena kalau sudah kena saraf gigi, pilihannya hanya dilakukan perawatan saluran akar yang harganya jutaan itu, atau.. menunggu gigi mati membusuk. </div>
<div>
Karena lidah ibarat karpet luas tempat para bakteri leyeh-leyeh dan membentuk pasukan kolonisasi, maka lidah yang kotor adalah sumber bau mulut. Kita hanya perlu menyikat lidah, cukup menggunakan sikat gigi, disapukan ke arah luar.</div>
<div>
Karang gigi adalah miniatur benteng cina dalam mulut, bakteri tumbuh dengan montok di suasana gigi yang kotor. Jangan tanya seberapa baunya nafas orang dengan karang gigi yang berdiri kokoh. Cukup lakukan pembersihan karang gigi, lalu maintain dengan sikat gigi rutin sehingga karang gigi tidak terbentuk lagi.</div>
<div>
Jika perlu, tambahkan antimicrobial agent, misalnya obat kumur Chlorhexidine, gunakan tongue scraper, dental floss dan tentu saja, sarapan yang bergizi :)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
itulah hal-hal sederhana yang bisa kita usahakan untuk menghilangkan bau mulut. Sebenarnya simpel, cuma keseringan malas. Jadinya bablas.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Seringkali penderita bau mulut justru tidak menyadari nafasnya bau.. ngegemesin banget :" </div>
<div>
sebenarnya mereka bisa saja melakukan tes dengan menutup mulut dengan tangan mereka lalu menghembuskan nafas, kemudian cium baunya. Tapi ternyata cara ini kurang efektif. Mungkin bau itu sudah teraklimatisasi dan familiar menyatu dengan aroma dirinya :)<br />
<br />
Jadi, kita hanya perlu menarik nafas dalam-dalam.. lalu hembuskan... di depan orang lain. Lalu tanyakan reaksi orang tersebut. Itulah sebaik-baik dan semurah-murah tes yang tersedia :)<br />
Jangan pernah lupakan bahwa penciuman adalah indera primitif yang didapat sejak lahir dan berperan dalam "menarik perhatian"</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Bagaimana dengan bau dari jengkol dan petai yang termahsyur itu? Kita bisa sedikit lebih lega karena bau-bauan itu bersifat fisiologis, sehingga hanya hadir sementara. Tentu saja, seperti rindu, hanya waktu yang dapat mengobatinya :)</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div>
*note : akhirnya.... setelah ratusan purnama, saya mulai menulis yang agak serius dikit. Rasanyaaa seperti... terlahir kembali hakshakshaks... senangnyahatimamak :*</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
Detin Nitamihttp://www.blogger.com/profile/07161957808418254471noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6932859365427639399.post-89762275537238199682018-10-09T18:59:00.000-07:002019-01-20T01:19:38.929-08:00Terpegang di abu dingin(Diklaim) maha benar kenyinyiran manusia..<br />
<div>
<br />
<div>
<div>
Sudah dipejamkan mata rapat-rapat, nyatanya, apa yang ditakuti jauh-jauh hari justru terjadi.</div>
<div>
Menulis ini, lalu dejavu... </div>
<div>
Seperti pernah terjadi, dan ternyata, memang sering dialami. Ditulis, lalu dihapus. Ditulis kembali, lalu dihapus lagi.</div>
</div>
<div>
<br /></div>
<div>
alamaaakkk.... pernah ga pernah ga siihh... ketika disebutkan satu hal (spesifik), mood langsung terjun bebas. Terdrama dalam sejarah hidup. Duh, </div>
<div>
<br />
Dia adalah Takdir. Dan kita (saya) tidak lagi bisa memilih. Seperti halnya memilih dari rahim siapa kita dilahirkan, karena tidak semua ibu benar benar menjadi ibu.</div>
<div>
<br />
Tidak semua ibu, benar-benar menjadi ibu.<br />
<br /></div>
<div>
Berdamai dengan diri adalah satu-satunya teman perjalanan ini.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
</div>
Detin Nitamihttp://www.blogger.com/profile/07161957808418254471noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6932859365427639399.post-64096710748693100182018-05-01T17:22:00.000-07:002018-05-01T17:32:29.695-07:00alter ego<span style="font-family: "arial" , "tahoma" , "helvetica" , "freesans" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 14.85px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: "arial" , "tahoma" , "helvetica" , "freesans" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 14.85px;">adakalanya yang perlu kita lakukan adalah terus memperhatikannya tumbuh, mekar, berbunga. Meskipun dalam dirinya, ia menopang ranting yang rapuh, akar yang tidak cukup kuat menembus, tidak cukup banyak bekal, sebab ia tertanam dan terlahir dari tanah yang tidak begitu subur. </span></span><br />
<span style="font-family: "arial" , "tahoma" , "helvetica" , "freesans" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 14.85px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: "arial" , "tahoma" , "helvetica" , "freesans" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 14.85px;">Menyaksikannya tegar berdiri, terpogoh-pogoh menyatukan kepingan kekuatannya, sambil seringkali tertiup kencangnya angin, dengan akarnya yang hanya seadanya, sebab ia tidak mewarisi apapun... Mungkin saya berpikir pendek tentang "hanya sebatas itulah pemberian Tuhan untuknya", tapi betapa saya harus terkagum kagum kembali melihat daun-daunnya yang perlahan menghijau, membuat rindang tanahnya yang kering, dan menjadi payung teduh bagi tanaman liar yang justru menggerogoti dirinya. Meminta apapun yang ia punya termasuk materi dan waktunya, yang terus meminta pikirannya, yang selalu menjadi beban fokusnya.</span></span><br />
<span style="font-family: "arial" , "tahoma" , "helvetica" , "freesans" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 14.85px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: "arial" , "tahoma" , "helvetica" , "freesans" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 14.85px;">Cukuplah menjadi pelancong yang singgah menyandar di batangnya yang kekar dan bersisik penuh kerja keras, jika tidak mampu menjadi air yang membantunya tegak dan bertumbuh pesat. Tanpa mengganggu pikirnya untuk menjadi sebaik-baik pohon yang menjulang. Cukuplah tidak menambah beban kerjanya, sebab sudah banyak yang perlu dipikirkannya; termasuk gulma yang menggerogotinya, tanah lahirnya yang kering dan akarnya yang rapuh tadi.</span></span><br />
<span style="font-family: "arial" , "tahoma" , "helvetica" , "freesans" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 14.85px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: "arial" , "tahoma" , "helvetica" , "freesans" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 14.85px;">Semoga Tuhan membimbingnya selalu. Memantapkan hatinya, mencurahkan harapan dan tidak pernah memadamkan semangatnya. Harum namanya, bersinar manfaatnya...</span></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-Ds3niqHwC9c/WukFl5hs4xI/AAAAAAAABXQ/QaF6TqeHX1sadfByHYySp1ZBqTG7kIzWwCLcBGAs/s1600/IMG_0212_3_4HDR-1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="881" data-original-width="1600" height="176" src="https://2.bp.blogspot.com/-Ds3niqHwC9c/WukFl5hs4xI/AAAAAAAABXQ/QaF6TqeHX1sadfByHYySp1ZBqTG7kIzWwCLcBGAs/s320/IMG_0212_3_4HDR-1.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<span style="font-family: "arial" , "tahoma" , "helvetica" , "freesans" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 14.85px;">Izinkan terus berbenah agar menjadi sebaik-baik air yang mengalir, menyusuri sela-sela kuatnya dirimu.</span></span>Detin Nitamihttp://www.blogger.com/profile/07161957808418254471noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6932859365427639399.post-16742853939655476552017-10-15T23:09:00.001-07:002017-10-16T02:17:21.049-07:00you dont have to eat less, you just have to eat right.Akhir-akhir ini saya mulai gampang terserang jenuh. Aktifitas mulai berkurang karena beberapa requirement klinik alhamdulillah sudah rampung, tapi jangan pernah bilang 'tinggal', biasanya yang terlihat printilan justru adalah bagian tersulit dan malah jauh lebih susah diselesaikan.<br />
<br />
Seringkali, sendirian di rumah itu menyiksa. Seharian di rumah tanpa aktifitas yang jelas. Mulailah saya digrogoti derita keinginan yang sangat kuat untuk mulai memiliki anak. Akhirnya, keinginan kuat itu baru muncul di tahun kedua pernikahan. Telat ya? Biarin aja. yang penting mohon doa :)<br />
<br />
Karena masih sendiri dan punya cukup banyak waktu untuk diisi, saya memutuskan untuk lebih sering menulis. Marilah kita buka tabir dan topeng saya selama ini, yang biasanya kalau mau menulis harus dipikir keras-keras dulu apakah tulisannya akan bagus, apakah akan ada yang baca, apakah akan menaikan image saya yang lucu polos dan berbakat ini... *plak! padahal nyatanya saya menyebalkan penuh dusta dan tanpa bakat :(<br />
<br />
Sebulan terakhir ini saya mulai membongkar isi dapur, melihat betapa jijik dan berantakannya kulkas. Ada yang salah dengan diri saya (dan pak bos) karena timbangan beberapa bulan kebelakang selalu bersikap kurang sopan. Iya, berat bedan saya statis cenderung naik di angka 57-58 kg. Saya gampang lelah, buang air besar tidak teratur dan tinja berwarna cenderung gelap. Apalagi pak suami. Pulang weekend ke rumah energinya semacam habis karena kelelahan, berat badannya naik di angka 74-75kg dan beberapa celana kantornya sudah tidak muat lagi. Padahal kami lumayan suka olahraga meskipun waktunya cuma seiprit dalam seminggu.<br />
<br />
Seperti biasanya, dalam satu bulan kami akan mengunjungi toko buku. Saat itu saya membeli satu buah novel dan satu buah buku tentang pola makan. Bukunya ibu Inge Tumiwa, judulya Eating Clean. maka mulailah saya membaca buku itu.<br />
<br />
Awalnya saya pikir isi bukunya lebih seperti isi buku kesehatan / diet pada umumnya yang membosankan dan tidak banyak mengubah pola pikir kita. Misalnya buku-buku "sehat dengan madu, hidup bugar dengan alpukat, a-z khasiat kurma, hidup sehat dengan jus" dll dsb dkk yang sebenarnya bisa kita baca di internet. Buku Ibu Inge menceritakan pengalaman hidup dia dan keluarganya tentang pola makan. Dan mulai dari situ, pola pikir saya terbentuk. Kenapa saya cukup sering olahraga tapi berat badan masih begitu begitu saja? Kenapa buang air besar kami sering terganggu, dan.... kenapa saya sering berjerawat...<br />
<br />
(Saya asumsikan) jawabannya adalah apa yang saya makan....<br />
<br />
Saya adalah pecinta cemilan dan gorengan. Kamu bisa tanyakan pada ibu saya, manusia macam apa saya ini sampai sebegitu maniak nya dengan dua makanan itu. Alhamdulillahnya saya suka sayur, waktu kecil saya tidak bisa makan nasi kalau tanpa sayur. Rasanya kering dan susah ditelan. Saya makan sayur jenis apa saja. Itu mungkin salah satu alasan kenapa dulu muka saya kinclong ya :( Semenjak menikah, tidak ada lagi campur tangan mama dalam hal menyiapkan sayur untuk saya *hiks. Dan saya t<strike>idak bisa</strike> sangat malas masak. Saya berpikir untuk menyiapkan bahan-bahan memasak, kemudian proses masak, belum lagi cuci piring dan alat-alat lain setelahnya... butuh waktu yang lama. Padahal saya cuma sendiri di rumah, kalaupun weekend, cuma berdua --dan waktu dan tenaga yang terbuang -- kami pikir lebih baik cari makan di luar.<br />
<br />
Pertanyaannya, apa yang kali beli saat makan di luar? Banyak pilihannya. Apa ada yang sehat? Gak yakin :( Silakan lihat sekeliling tempat makan, fast food dan gorengan dimana-mana.<br />
<br />
Tidak heran, berat badan saya naik hampir 8 kg setelah menikah dan tidak tinggal lagi dengan ibu saya.<br />
<br />
FYI, saya juga termasuk yang sering ikut-ikutan diet ini itu.. diet mayo, diet GM dll, berat badan turun sih, tapi tersiksa :( terus dengan cepat naik lagi. Saya mulai terpengaruh dan mengikuti saran Ibu Inge dalam bukunya. Gak perlu diet macem-macem, tapi dalam 3 minggu berat badan saya turun 4 kg dan sampai sekarang statis cenderung turun. yeaah!<br />
<br />
Saya juga baca buku-buku pola makan lain yang mendukung buku sebelumnya. Kalau boleh saya rangkum, intinya kita punya 3 kewajiban dasar yang harus kita tunaikan untuk tubuh kita : Air, Nutrisi, dan Gerak.<br />
<br />
Air. Saya ga berniat untuk bahas air, karena bisa dicari di internet. Yang penting saya minum cukup air, sekitar 2-2.5 L dalam sehari. Dulu saya sering kurang minum air, makanya kulit di tangan dan kaki saya kering parah. Warna air kencing juga kuning pekat, mendekati oranye. Saya jadikan kuantitas dan warna air kencing sebagai patokan apakah saya sudah cukup minum air. Saya lega jika warna air kencing saya mulai berubah menjadi kuning pudar, cenderung bening.<br />
<br />
Nutrisi.<br />
Saya akan coba rangkum apa yang sudah saya baca (baru dikit sih haha)<br />
"you are what you eat" Bayangkan kita adalah makhluk berjalan yang bahan bakarnya adalah apa yang kita makan. Manusia adalah makhluk alami yang seharusnya diisi oleh 'bahan bakar' alami. Kita butuh makan yang sebenarnya (real food) bukan sekedar sesuatu yang diolah sedemikian rupa sehingga mirip seperti makanan manusia (fake food/processed food).<br />
<br />
Kita mulai dari kebutuhan manusia akan 5 dasar kelompok gizi yang dibutuhkan : Karbohidrat, Protein, Lemak, Vitamin dan Mineral. Karena saya bukan ahli nutrisi atau ahli gizi, saya sama sekali tidak berminat untuk membahas apa itu mereka da bagaimana mereka bekerja bersama-sama dalam metabolisme tubuh kita. (Tapi saya akan sangat senang jika kita mau berdiskusi tatap muka langsung tentang hal ini, saya sangat suka ilmu tentang sistem kerja tubuh :D )<br />
<br />
Apa yang saya ubah dari pola makan saya dan suami? Hampir semuanya saya ubah haha.<br />
<br />
Tapi pada intinya, saya mengubah menu yang selalu saya makan selama ini -terlepas sebelumnya saya hindari sekuat hati nurani gorengan dan cemilan, meskipun kadang saya kebablasan juga- Pertama, saya mengganti nasi putih dengan nasi merah atau coklat. Sumpah, 24 tahun saya hidup, saya baru tau kalau warna nasi yang berbeda pun memiliki kandungan yang berbeda. Dulu sempat belajar biologi tentang karbohidrat, tapi gak sampai hati untuk mengetahui adanya kenyataan tidak semua karbohidrat itu baik untuk dikonsumsi. Jadi, sebisa mungkin kita kosumsi karbohidrat kompleks dan menghindari karbohidrat sederhana. Karena penasaran apa bedanya mereka berdua (terutama terhadap tubuh), saya sampai tonton youtube tentang biomolekul :( Saya menghindari segala jenis tepung proses dan makanan yang terbuat dari tepung. Termasuk roti putih. Nasi putih dan tepung olahan termasuk dalam karbohidrat sederhana. InsyaAllah lebih lengkapnya tentang karbohidrat bakal di tulis kapa-kapan (saya belajar dulu, takut salah. hahaha)<br />
<br />
<br />
Kedua, saya menambah porsi sayur yang saya konsumsi. Ternyata, keputusan untuk masak di rumah is such a big deal! buang jauh-jauh kalau masak itu capek dan lama. Setelah follow healthy selebgram, dan subscribe healthy vlogger, saya jadi tahu beberapa trik supaya masak dengan cepat, masak dengan benar, dan mengurus kulkas supaya jadi pusat penyimpanan terbaik. InsyaAllah (lagi) bahasan tentang ini akan di tulis kapan-kapan, hehe.<br />
<br />
ketiga keempat kelima dst akan saya tulis di postingan selajutnya :D<br />
<br />
Intronya sekian dulu. Maksud hati supaya bikin penasaran dan akhirnya mampir lagi ke laman ini. susuai sama quotes " when you change your eating habits to healthy, at first people will ask you WHY you are doing it. Later, they will ask you HOW you did it" Walaupun kenyataannya mungkin saja bahasan ini tidak menarik, ga apa-apa lah, saya nikmati aja sendiri.<br />
<br />
Selalu ingat bahwa...<br />
<br />
healthy eating is not a trend, it is just a way of life. It is not a short term diet, it is a long term lifestyle.<br />
<br />
... dan<br />
<br />
we can't control everything in our life, but we can control what we put into our body.Detin Nitamihttp://www.blogger.com/profile/07161957808418254471noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6932859365427639399.post-4689421033673129362017-08-23T00:10:00.001-07:002017-08-23T16:07:18.368-07:00Pak dan Bu Dayawiah.Betapa lemahnya manusia. Kalau diuji dia mengeluh, diberi nikmat dia lupa diri. Mungkin salah satu alasan mengapa Allah membuat skenario hidup manusia naik-turun : untuk menjelaskan apa fungsi syukur. Kadang-kadang, ada kebahagiaan yang lebih mewah yang bisa dirasakan melebihi kebahagiaan mendapatkan nikmat (karena seringnya kita lupa bahagia saat diberi nikmat) : yaitu kebahagiaan saat bangkit setelah terseok-seok. Kebahagiaan ketika jatuh setelah lama "hidup datar-datar ajah" itu sangatlah melegakan. Kita perlu ditampar dulu untuk tahu rasanya sakit di pipi (?) Kita perlu jatuh dulu supaya tau pentingnya meminta, merasa seakan-akan berdoa adalah satu-satunya pilihan yang kita punya. Kita merasakan sendiri proses berakit-rakit ke hulu. Dan ketika badai sudah usai, kemudian Allah memberikan sebuah nikmat yang kita pikir itu adalah hasil dari doa-doa selama fase jatuh, bahagia yang tidak terdefinisi tercipta. Kita bahagia merasa sudah melewati ujian hidup, saking bahagianya masuk keluar wc pun selalu membaca doa, padahal kalau sedang "hidup datar-datar ajah" seringnya lupa. ngaku!<br />
<br />
Sialnya kita, tumbuh di Indonesia, belajar dari budaya turun temurun tentang arti syukur yang seringkali simpang siur dan tumpang tindih dengan pertunjukan riya. Sejak kapan istilah bersyukur pada Allah atas nikmat terbeli rumah baru, dilamar anak orang, diberi anak, anak sunatan, dan dipanggil naik haji identik dengan gelaran "syukuran" menjamu orang-orang dengan makanan, dekorasi, tenda dan foto-foto. Jawabannya : sejak menjadi budaya. Kita diajari budaya bahwa hal-hal yang dirasa perlu disyukuri haruslah membuat acara lengkap bertema "syukuran" dengan urutan MC pembukaan-pembacaan ayat alquran-tausyiah-lalu makan makan. Budaya mendefinisikan bahwa bentuk syukur kita atas nikmat yang Allah beri adalah dengan berlomba-lomba menjamu tamu dengan jamuan semaksimal yang kita bisa, dengan tampilan baju terbaik dan riasan wajah tercetar. Hanyalah Allah yang MahaTahu atas niatan hati setiap hambaNya. Berdoalah semoga kita selalu terhindar dari paket lengkap riya, sum'ah, ujub dan takabur. Belum selesai sampai situ, canggihnya lagi, semakin hari berganti semakin banyak kita mendengar istilah-istilah acara yang diberi embel-embel islami, yang paling sering dan saking seringnya mereka ulangi setiap tahun, "syukuran milad" -yang entah darimana istilah itu lahir. Jaman saya kecil istilahnya masih "pesta ulang tahun" tapi karena katanya pesta ulang tahun itu adalah perbuatan tasyabbuh, maka orang-orang menggantinya dengan istilah "syukuran milad" yang tinggal ditambahkan pembacaan ayat alquran dan tausyiah di rangkaian acaranya. Apalah bedanya, manusia memang pintar dan ada-ada saja -,-. Jangan-jangan beli motor baru ajah perlu acara syukuran. Jangan salah, masih banyak orang-orang yang beranggapan bahwa jika mendapat nikmat, dengan menggelar acara syukuran maka kewajiban untuk bersyukurnya telah terpenuhi.<br />
<br />
Waktu terjadi fathu Mekkah, umat muslim sangat sangat sangat bahagia. Kebahagiaan mencuat, membuncah di hati rasul. Hari itu kaum muslim berhasil menaklukkan Mekah dari tangan Quraisy yang sudah berabad-abad mengakar dan beranak pinak. Kemenangan atas Mekkah membuat Rasulullah menjadi sedikit berubah. Rasul tidak menggelar acara "syukuran Fathu Mekkah" (dan tidak pernah mengelar "syukuran" jenis lainnya) meskipun kenikmatan yang Allah beri pada hari itu luar biasa besar. Rasulullah justru berubah, dan membuat Aisyah kebingungan. Di akhir-akhir usianya setelah fathu Mekkah, Rasulullah justru semakin memperlama waktu sholat malamnya. Aisyah bingung mengapa sholat rasul menjadi lebih lama dibandingkan sholat-sholatnya sebelum fathu Mekkah, saking lama nya rasul duduk dahulu saat kakinya tidak kuat berdiri lalu kembali berdiri sambil terus melanjutkan sholatnya. Kata Rasul menjawab kebingungan Aisyah, apakah tidak boleh seseorang bersyukur padahal ia telah diberi kemenangan atas sebuah kota?<br />
<br />
Definisi bersyukur bukan berarti wajib menggelar acara. Bersyukur berarti meningkatkan kualitas ibadah. Kita tidak bisa semena-mena mengatakan kita sudah bersyukur atas nikmat yang Allah beri dengan menggelar acara syukuran milad, pernikahan, kelahiran anak, naik haji, dll dsb dst. Semuanya hanyalah budaya, bentuk pemberitahuan bahwa : 'woy saya lagi ulang tahun nih"atau "alhamdulillah ya akhirnya saya dipinang anak orang" atau "Akhirnya daftar tunggu haji terlewati juga, saya berangkat haji nih bu ibu pak bapak". Bukan berarti menggelar acara-sejenis-yang-tersebut-diatas tidak boleh, sah sah saja, silakan menjamu tamu, memfasilitasi kerabat dengan kajian dan tausyiah, namun esensi syukurnya bukanlah terletak pada cara kita ber"sedekah makanan" dengan menggelar acara. Bentuk syukur yang diajarkan rasul (yang padahal sudah dijamin diampuni dosanya dan pasti masuk surga (kemudian saya baper..) adalah dengan meningkatkan kualitas ibadah. Sholatnya diperbaiki, sunnahnya dipersering, sedekahnya diperbanyak, silaturahimnya diperkencang. Itulah bersyukur. Bukan semerta-merta (atau semata-mata *mana yang bener?) dengan berbondong-bondong menggelar acara yang bersifat Budayawiah. Sekali lagi, hanyalah tradisi dan Bu-dayawiah, mohon maaf jika ada kesamaan nama dan kesalahan penulisan gelar (?) <br />
<br />
Ini semata-mata hanyalah tulisan menggurui yang kalau dibaca sambil emosi pasti tidak akan jadi kebaikan apa-apa. Saya tulis, bukan bermaksud saya mau pamer kalau saya orangnya keren sholehah nan ahli syukur gitu *lah*, tapi justru saya ini orangnya cupu, sering khilaf dan terlena dengan "hidup yang datar-datar ajah" semoga jadi bahan pendongkrak bagi saya untuk tahu diri jika diberi nikmat berlebih.Detin Nitamihttp://www.blogger.com/profile/07161957808418254471noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6932859365427639399.post-10330815790008021542017-06-09T18:40:00.000-07:002017-08-23T16:14:17.234-07:00Ikan SalmonYang paling sulit adalah memulai. Dan yang paling berat adalah mengakhiri. Sulit, karena kita takut untuk memulai, dan berat karena kita menyesal telah mengakhiri. Jadi sebenarnya manusia tidak pernah benar-benar siap. Kata siapa? kata saya.<br />
<br />
Sulit untuk memulai, seperti yang biasanya terjadi. Yang sesungguhnya sudah terjadi sejak saya mulai bisa berpikir logis dan independen. Tidak lagi memutuskan sesuatu berdasarkan instruksi orang yang lebih tua. Karena ada masa dimana kita menjadi dewasa dan keputusan pilihan adalah sepenuhnya menjadi milik kita. Seperti keputusan : apakah kita siap.<br />
<br />
Kita tidak pernah benar-benar siap (sekali lagi, itu kata saya. Iya sih, saya sotoy). Kita cenderung berpikiran positif seolah-olah kita siap, meskipun sebenarnya ada bisikan syaithaniradzim mengatakan kita tidak bisa siap. Siap untuk apa? ya untuk apa saja. Siap mengambil keputusan, siap menghadapi cobaan, siap menerima tantangan.<br />
<br />
Seperti keribetan dalam menghadapi sesuatu, panik selalu menjadi nama tengah saya. Termasuk keribetan menghadapi ujian-ujian yang sifatnya sebenernya yaudah-sih-tinggal-belajar. Saya sih orangnya gak PeDe-an, suka jadi malu-malu gimana gitu kalau ditanya ujian lisan cuma bisa nyengir-nyengir; otak kering, tatapan kosong, kemudian membatu. Baru-baru ini, saya menghadapi ujian lisan dadakan. Dan materi ujian nya seperti telur ikan di musim kawin ikan(?) Banyak banget. Saya sampai panas dingin karena dua hari sebelumnya ternyata jadwal ujian dimajukan dan itu bentrok dengan ujian bagian lain. Kesimpulannya, saya akan menghadapi dua ujian bagian (ujian persiapan, selama 6 tahun sekolah saya belajar apa aja) dengan waktu 2 hari persiapan. Mau pingsan aja. Tapi ya begitulah kehidupan. Harus ada usaha-perjuangan-pengorbanan. Itulah yang membuat seseorang berkilau, kan? (?) Ibarat ikan salmon yang harus menetas di sungai kemudian berjuang hijrah ke lautan, dan harus berkorban melawan arus kembali ke sungai untuk bertelur. Tapi itu yang membuat ikan salmon menjadi makhluk eksklusif sekalipun bagi seorang masterchef *itu kata Gordon Ramsey.<br />
<br />
dan kenapa saya jadi bahas ikan.<br />
<br />
Apakah saya siap? *senyum tipis* tentu saja tidak. Apa yang saya lakukan? Membuat alasan supaya ujian yang satunya dimundurkan jadwalnya. Apakah berhasil? Ya. Apakah saya puas dan tenang? Tidak. Meskipun jadwal ujian sudah dimundurkan, dan konsekuensi untuk belajar lagi dan lagi sudah saya jalani, saya tidak pernah siap (karena saya dapat dosen penguji yang otaknya seperti perpustakaan). Bahkan saat hari H ujian, saya tidak benar-benar siap.<br />
<br />
Mengapa saya tidak pernah siap? Karena ilmu yang ada di dunia ini begitu luas dan manusia adalah makhluk yang tidak pernah puas. Semakin belajar, semakin merasa kita belum belajar. <i>i know that i am intelligent because i know that i know nothing, </i>kata Socrates. saya berpikiran macam-macam tentang soal yang akan diberikan, karena toh dosen penguji dapat bertanya apa saja yang relevan dengan ilmu yang dipelajari. Jadi saya belajar lagi-lagi-lagi, gitu aja terus sampai Hachi ketemu Mamanya.. . Tapi saya tidak kunjung siap. Kenapa?<br />
<br />
Karena saya tidak banyak melibatkan Allah dalam kesiapan ini. Saya tidak akan pernah siap, karena ilmu saya hanyalah seperti bubuk royco yang jatuh di padang pasir kalau dibandingkan ilmu dan pengalaman hidup dosen penguji. Ilmu itu sangat luas. Yang perlu saya lakukan adalah meminta Allah untuk membuat hati saya siap. Kita hanya mampu berusaha ihktiar maksimal, selebihnya kita wajib tawakal. Kita baru benar-benar siap, saat Allah memampukan kita untuk siap. Dan ini berlaku untuk segala hal. Keputusan besar: menikah, memilih tempat tinggal, memilih pendidikan, menerima amanah... kita baru benar-benar siap, kalau Allah mencukupkan. <i>If you wait until you're ready, you'll be waiting the rest of your life</i>.<br />
<br />
Rasulullah pun tidak benar-benar siap ketika secara tiba-tiba harus menerima wahyu dan menjadi seorang rasul. Beliau sampai menggigil pulang ke rumah. Tapi kemudian, bukankah Allah lah yang mencukupkan dan menjadikannya siap?<br />
<br />
Qodarullah. Manusia hanyalah makhluk teramat kerdil, tapi kebanyakan dari kita justru sombong. ckck.<br />
<br />
<br />Detin Nitamihttp://www.blogger.com/profile/07161957808418254471noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6932859365427639399.post-63586566062257166902017-01-30T01:46:00.000-08:002017-02-20T16:14:16.226-08:00OklusiMalam berganti pagi, matahari kembali bekerja. Seluruh pergerakan alam beserta isinya terasa sangat teratur, mengikuti pola pengulangan. Mereka memiliki periodisitas sendiri, sifat perulangan yang tetap. Tapi dalam keteraturan itu, ada hal kecil, rumit, kompleks, dalam sebuah sistem yang selalu berubah setiap waktu: cuaca, rintik hujan, gerak awan. Fenomena chaos, ketidakteraturan. Seringkali kita melihat chaos sebagai sebuah keteraturan pula, "keteraturan yang tidak memiliki periodisitas", itulah alasan mengapa sains selalu meyakini bahwa alam beroperasi menurut keteraturan (meskipun ada ketidakteraturan di dalamnya).<br />
<br />
Untuk dapat meyakini sebuah keteraturan dalam penciptaan yang kompleks (dan semuanya memiliki tujuan) yang membuat kita berdecak kagum dan jatuh cinta, paling mudah adalah melalui alam semesta tempat kita hidup dan -tentu saja- diri kita sendiri. Di tahun 1920an, Karl Lashley meneliti tentang bagaimana otak tikus yang tidak peduli diambil bagian mananya, tidak dapat menghilangkan ingatan untuk melakukan tugas-tugas rumit yang pernah dipelajari tikus itu sebelum operasi. Ilmuan lain meyakini bahwa ingatan terekam bukan di dalam neuron-neuron, melainkan di dalam pola impuls saraf yang merambah seluruh otak. Kemampuan mengagumkan manusia untuk mengambil informasi yang diperlukan dari gudang ingatan sangat besar, membuat manusia tidak perlu bersusah payah dan berlama-lama melakukan sorting mencari suatu file alfabetis raksasa dalam otak untuk sampai pada suatu jawaban.<br />
<br />
*tarik nafas dulu...berat bahasanya.<br />
<br />
Inilah yang membuat semakin kita mempelajari alam semesta melalui sains, semakin kita elus dada -karena ada pengaturan yang begitu luar biasa. Semakin kita mempelajari tubuh kita, bagaimana mereka bekerja secara involunter, mekanisme keteraturan yang rumit dan kompleks, semakin kita tahu ilmu kita belum ada apa-apanya. Dan sekali ada hal yang mengganggu keteraturan tersebut melebihi batas yang dapat diterima tubuh, bencana datang.<br />
<br />
Ada satu konsep keteraturan tubuh yang dikuasai oleh para dokter gigi melebihi seluruh tenaga kesehatan lainnya. "Oklusi" hubungan gig gigi rahang atas dan rahang bawah yang tersusun secara pas, fit, presisi, sedemikian rupa, membuat gigi-gigi tersebut dan sistem pendukungnya dapat menjalankan fungsinya dengan sangat tepat.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-wRm1xrXiNlM/WKuGT2W-3PI/AAAAAAAABR4/it9X_GkRBwsYTwS7n2DgDt5V9ga6Ev2-ACLcB/s1600/F000031f03-03ab-9780323082204.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="146" src="https://4.bp.blogspot.com/-wRm1xrXiNlM/WKuGT2W-3PI/AAAAAAAABR4/it9X_GkRBwsYTwS7n2DgDt5V9ga6Ev2-ACLcB/s320/F000031f03-03ab-9780323082204.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
Karena etiologi apapun, kecelakaan lalu lintas (yang persentase nya mengerikan) mengakibatkan deformitas atau kerusakan pada area wajah, faktor usia, prilaku, genetik, dll membuat sistem pendukung gigi tidak mampu lagi menopang gigi. Prognosis mempertahankan gigi menjadi hopeless sehingga pencabutan gigi tersebut adalah jalan keluar terakhir yang dapat dilakukan, gigi-gigi "berpindah tempat" atau goyang karena tidak ada yang menyangga, atau patahnya tulang rahang, dapat menyebabkan kontak gigi hancur berantakan. Oklusi, satu-satunya kunci pengembalian fungsi.<br />
<br />
Di suatu ketika, saya memiliki kesempatan untuk melihat kasus-kasus luar biasa di RSHS selama putaran Bedah Mulut. Berbagai macam jenis pasien mulai dari cabut gigi sampai tumor ganas rongga mulut berlimpah ruah disana. Jika ada pasien yang datang dengan keluhan "hancurnya" daerah wajah, salah seorang residen (dokter yang belajar ambil spesialis) berkata pada saya, bahwa dokter gigi bedah mulut harus lebih mahir dari dokter bedah plastik, karena hanya dokter gigi yang mengetahui konsep oklusi dengan lebih baik. Lalu saya berpikir, sehebat apa oklusi sampai mempengaruhi kehidupan seseorang?<br />
<br />
Secara teori, sebuah tambalan pada gigi yang berlebihan sedikit apapun (misalnya terlalu "menggunung") akan berakibat panjang lebar. Ketika makan, akan terasa seperti ada yang mengganjal, yang jika dibiarkan bertahun-tahun akan menyebabkan sakit saat membuka mulut, dan bukaan mulut jadi lebih kecil.<br />
<br />
Ternyata teori diatas bukanlah sekedar teori. Ia nyata. Dan hal itu terjadi pada ayah saya sendiri.<br />
<br />
Ayah saya, 57 tahun, menderita (suspek) periodontitis agresif, dimana gigi-giginya perlahan mengalami goyang dan akan copot dengan sendirinya. Banyak sekali (orang Indonesia khususnya) yang mengalami periodontitis-radang pada jaringan pendukung gigi- (kronis, meskipun bukan agresif) sehingga tujuan WHO, pada usia 60 masih tersisa 20 gigi sulit tercapai. Akhirnya rencana perawatan pada ayah saya adalah dilakukan splinting, untuk memfiksasi gigi-gigi yang goyang tersebut, menggunakan kawat dan komposit. meskipun dilakukan oleh residen, hasilnya? Sulit luar biasa mengembalikan konsep oklusi pada rahang yang telah kehilangan cukup banyak gigi ditambah gigi yang tersisa mengalami kegoyangan. Belum lagi, tambalan komposit untuk memfiksasi gigi yang goyang tersebut mengganjal karena hilangnya kunci oklusi, sehingga oklusinya berubah-ubah. Ini menyebabkan ayah saya sampai tidak bisa makan karena gigi-giginya tidak berkontak dengan benar.<br />
<br />
Adalagi, seorang pasien wanita usia 30-an tahun sudah mengalami operasi di daerah mulutnya karena penyakit ameloblastoma (sejenis tumor di daerah mulut) sehingga sebagian rahang bawahnya -berserta gigi-giginya- harus dibuang, hemimandibulektomi. Sebelum operasi, kontak oklusi gigi-gigi difiksasi intermaksila (di"ikat" rahang atas dan rahang bawah) sehingga setelah operasi hemimandibulektomi -pengangkatan sebagian rahang itu, oklusi dari gigi yang masih tersisa bisa dipertahankan. Tetap, fokus utama penyembuhan seradikal apapun perawatannya adalah pengembalian fungsi oklusi. Sayangnya, pasien tidak kooperatif. Jika keadaan mulut sedang difiksasi intermaksila, otomatis akses untuk makan akan menjadi sulit, pasien menolak untuk dilakukan traksi intermaksila dengan karet sejak hari pertama pasca operasi, kerena pasien bertubuh gemuk dan ingin makan tanpa halangan karet (sad banget, dia pikir habis operasi langsung sembuh apa -,-)<br />
Oklusi yang awalnya sudah difiksasi menjadi berantakan kembali. Dokter tidak bisa melakukan banyak hal setelah melakukan penjelasan pada pasien karena ini murni penolakan dari pasien. Dokter sudah marahi pasien, tapi hasilnya nihil. Dengan keterbatasan gerak rahang setelah pengangkatan sebagian rahang, sisa-sisa makanan menumpuk di bekas penjahitan, mengakibatkan luka dehisen dan prognosis dari hasil operasi jadi menyedihkan. Pasien datang kontrol dengan kodisi rahangnya jadi miring sebelah, karena dia tidak bisa memposisikan gigi-giginya pada tempatnya. Dia bilang dia sudah hati-hati saat makan, menggunakan sedotan dan hanya mengonsumsi makanan cair. Tapi faktanya, luka nya jadi infeksi kembali dan timbunan susu jadi masuk ke bekas luka. Inilah akibat pasien tidak patuh pada dokter.<br />
<br />
Sedemikian berpengaruhnya oklusi pada kualitas hidup seseorang, karena kesulitan makan adalah sebuah kenikmatan yang menghilang. Allah menciptakan tubuh manusia sedetail mungkin dengan keteraturan yang mengagumkan, sehingga ketika ada hal yang mengganggu keteraturan itu melebihi apa yang bisa tubuh kita terima, bencana datang.<br />
<br />
Bersyukurlah orang-orang yang masih dapat merasakan kenikmatan mengolah makanan dalam mulut. Jaga kesehatan gigi, supaya saat tua tidak menderita. Kalau perlu, hubungi saya jika butuh perawatan.....heaa tetep promosi.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />Detin Nitamihttp://www.blogger.com/profile/07161957808418254471noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6932859365427639399.post-46981654543965350932016-09-07T18:42:00.001-07:002016-09-07T18:42:38.511-07:00Türkiye'ye Hoşgeldiniz!<div class="MsoNormal">
<b>Bandara Soekarno Hatta - Kuala Lumpur International Airport</b></div>
<div class="MsoNormal">
Mencari tiket perjalanan murah memang harus ditempuh mati-matian. Termasuk transit di Malaysia selama 7 jam. Kami sampai di Malaysia pukul 18.30 waktu setempat, dan penerbangan selanjutnya pukul 2 dini hari. Jangan khawatir, karena bandara KLIA2 menyediakan banyak sekali tempat cuci mata, semacam bandara yang dijadikan mall – atau mall yang dijadikan bandara. Selama menunggu, kami memutuskan untuk makan di tempat makan yang ada fasilitas wi-fi nya. Pilihan jatuh di Chef Chow Cafe, karena sepi. Kami beli Penang Curry Laksa. Kami menghabiskan waktu sampai jam 10 malam di Chef Chow, ngapain? Tentu saja menemani Pak Suami mengerjakan kerjaan kantornya -,- ini liburan atau pindah lapak kerja?<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Selanjutnya kami naik kereta cepat ke KLIA1 seharga RM2. Sampai di KLIA1 kami menunggu keberangkatan menuju Doha pukul 2 malam.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b>Hamad International Airport, Doha.<o:p></o:p></b></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-ybPqUEx4wdw/V9C8OBncDzI/AAAAAAAABNI/RFPF0km1mzkMVY-M0SNe_URxerAWUr1vwCLcB/s1600/IMG_6977.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="200" src="https://1.bp.blogspot.com/-ybPqUEx4wdw/V9C8OBncDzI/AAAAAAAABNI/RFPF0km1mzkMVY-M0SNe_URxerAWUr1vwCLcB/s200/IMG_6977.JPG" width="200" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="font-size: 12.8px;">that famous giant doll.</td></tr>
</tbody></table>
<div class="MsoNormal">
Kami hanya transit sekitar 2 jam di Bandara ini, sedikit foto-foto lalu langsung persiapan ganti pesawat menuju Istanbul, Turki.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://2.bp.blogspot.com/-xogA_mF0uCA/V9C9TiftyJI/AAAAAAAABNQ/Z-anCNMHqO4QI3zxyMORVpRl6ik4U60UwCLcB/s1600/IMG_6984.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://2.bp.blogspot.com/-xogA_mF0uCA/V9C9TiftyJI/AAAAAAAABNQ/Z-anCNMHqO4QI3zxyMORVpRl6ik4U60UwCLcB/s200/IMG_6984.JPG" width="150" /></a><span style="background-color: white; color: #212121; font-family: inherit; font-size: large; line-height: 36px; text-align: right; white-space: pre-wrap;"> </span></div>
<div class="" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="background-color: white; color: #212121; font-family: inherit; font-size: large; line-height: 36px; text-align: right; white-space: pre-wrap;"> Türkiye'ye hoşgeldiniz!</span></div>
<div style="background-color: white; border: none; color: #212121; font-family: inherit; height: 72px; line-height: 36px; overflow: hidden; padding: 0px 0.14em 0px 0px; position: relative; resize: none; white-space: pre-wrap; width: 281.5px; word-wrap: break-word;">
<span lang="tr">-selamat datang di Turki-</span></div>
<div class="MsoNormal">
<b>8 Mei 2015, Attaturk International Airport, Istanbul.<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal">
<b><br /></b></div>
<div class="MsoNormal">
Kami sampai di Istanbul sekitar jam 1 siang. Sesampainya disana beberapa orang yang belum mengurus visa dapat membuatnya di Visa on Arrival Bandara. Berhubung kami sudah membuat E-Visa, jadi kami tidak perlu mengantri lagi. Kami langsung menuju loket penjualan Istanbulkart.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Istanbulkart-Token/Jeton.<o:p></o:p></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-8SOvcquMxdE/V9C-sn47jlI/AAAAAAAABNc/Q71BYvRsMKcA7mNQ3_4FNVFlfbNyV8tWgCLcB/s1600/IMG_7013.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-8SOvcquMxdE/V9C-sn47jlI/AAAAAAAABNc/Q71BYvRsMKcA7mNQ3_4FNVFlfbNyV8tWgCLcB/s320/IMG_7013.JPG" width="240" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="font-size: 12.8px;">tempat jual Istanbulkart di Bandara</td></tr>
</tbody></table>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Mayoritas kota-kota besar di Turki memiliki kartu transportasi masing-masing yang hanya berlaku di kota tersebut. Berhubung saya cukup lama di Istanbul, saya membeli Istanbulkart karena bayar ongkos transport dengan Istanbulkart akan mendapatkan potongan atau lebih murah dibanding dengan token (tentu saja, public transportation disana tidak menerima pembayaran dengan uang tunai, kecuali taksi dan dolmus/minibus). Kita bisa mengisi ulang Istanbulkart di tempat pemberhentian Trem/Metro Istanbul, atau membeli Token secara langsung jika tidak punya Istanbulkart. Satu kali perjalanan dengan Trem biasanya dikenai biaya 2,25TL dengan Istanbulkart dan 4TL dengan Token. Saya membeli dua buah Istanbulkart seharga masing-masing 20TL dengan isi saldo 12TL.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<blockquote class="tr_bq">
<i>Pesan : beli saja satu buah Istanbulkart, karena bisa dipakai berdua haha. Lumayan harga kartunya 8TL. (1TL=IDR5.000)</i></blockquote>
<div class="MsoNormal">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<i><br /></i></div>
<div class="MsoNormal">
Selain mengurus Istanbulkart, kami juga mengurus masalah roaming internasional. Kalau saya sih gak masalah, tinggal nebeng wifi hotel, semua beres. Tapi buat pak suami, setiap panggilan masuk akan menjadi penting dan internet hape harus on terus. Di bandara ada yang menyewakan hape android disertai simcard istanbul dengan paket internetnya, karena mengurus nomer telepon turki tidak semudah membeli kartu sekali pakai di Indonesia. Kita harus terdaftar secara resmi di kepolisian Turki untuk bisa menggunakan nomer Turki, dan itupun dikenai biaya yang mahal, 100TL. Mantaps.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Harga sewa hape android disertai paket internet untuk 7 hari itu sekitar 80TL. Setelah dipikir-pikir, pak suami memutuskan untuk mengaktifkan roaming internasional dan paket internet internasional dari Telkomsel seharga IDR450.000 untuk 9 hari. Saya? Cukup nebeng personal hotspotnya sajah.<o:p></o:p></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://3.bp.blogspot.com/-zn5_4suEljE/V9C_FjRf4nI/AAAAAAAABNg/-bfxXZix9dkkad7y6cZwkboYzVRLtaEuQCLcB/s1600/McbdHmO.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://3.bp.blogspot.com/-zn5_4suEljE/V9C_FjRf4nI/AAAAAAAABNg/-bfxXZix9dkkad7y6cZwkboYzVRLtaEuQCLcB/s320/McbdHmO.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="font-size: 12.8px;">tempat sewa hape</td></tr>
</tbody></table>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b>Perjalanan dari Bandara ke Pusat Kota Istanbul</b></div>
<div class="MsoNormal">
<b><br /></b></div>
<div class="MsoNormal">
Transportasi dari Bandara cukup mudah. Dari terminal B, cukup naik Metro (HM1) tujuan Zeytinburu Station. Berhenti di Zeytinburu, keluar station, di depannya ada pemberhentian Trem. lanjut naik Trem (TR1) turun di Sultanahmet Trem Station.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Metro itu semacam bus, Trem itu semacam bus yang ada relnya (?) sampailah kita di Sultanahmet.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Kami langsung mencari penginapan yang sudah kami booking, dari keterangannya sih dekat dengan Blue Mosque. Kami tanya sorang pemuda Turki mungkin seumuran kang Ryan tentang arah Kucuk Ayasofya Caddesi (Kucuk=kecil, Caddesi = Jalan), dan saya sedang berdiri di depan bangunan Hagia Sophia (Ayasofya). Si pemuda terlihat tahu jalan itu, tapi dia tidak bisa berbahasa inggris. Maskipun hanya “turn right, turn left” dia tidak bisa. Akhirnya setalah puter sana puter sini, kami bertanya pada penjual makanan di cafe pinggir jalan. Dia menjelaskan dengan baik.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<blockquote class="tr_bq">
<i>Pesan : tanyalah arah atau alamat pada orang yang sering berinteraksi dengan turis. Turki adalah salah satu negara yang tidak pernah dijajah oleh Inggris, oleh sebab itu hanya sedikit orang Turki yang mampu berbahasa Inggris, sekalipun mahasiswa biasanya mereka kesulitan berbahasa. Tapi Turki adalah negara turistik, orang yang mencari nafkah melalui turis seringkali lancar berbahasa Inggris. Tanyalah pada penjaga toko, rumah makan, penjual cendera mata di area yang dipadati turis. Jangan bertanya pada polisi, atau kalian akan berhadapan dengan drama pantomim.</i></blockquote>
<div class="MsoNormal">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Sampailah kami di Antique Hotel. Kami disambut oleh Mustafa, sang pemilik. Sudah pasti, Mustafa lancar berbahasa Inggris. Penginapan ini kecil, namun nyaman. Diantara semua penginapan yang kami pesan selama di Turki, Antique Hotel ini yang paling nyaman, dan tentu saja Mustafa dan istrinya ramah sekali. Istrinya tidak bisa berbahasa Inggris, dia hanya senyum-senyum dan meminta Mustafa menerjemahkan ucapannya. Dia bertanya tentang cara saya memakai jilbab, karena saya memakai “inner ninja” khas Indonesia, dan saya menjelaskannya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://3.bp.blogspot.com/-9sRIWz0ns6Q/V9C_jjzOBEI/AAAAAAAABNk/kmXKbzh_lG8erV5Fa1fRIPX3c3c8qjQ3QCLcB/s1600/IMG_8285.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://3.bp.blogspot.com/-9sRIWz0ns6Q/V9C_jjzOBEI/AAAAAAAABNk/kmXKbzh_lG8erV5Fa1fRIPX3c3c8qjQ3QCLcB/s320/IMG_8285.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="font-size: 12.8px;">kami dan pemilik penginapan</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://3.bp.blogspot.com/-jmb61iFeI-U/V9DARsCojEI/AAAAAAAABN0/tG5zBFp4zS45CeyDaEcmQxnpigoO8HnwwCEw/s1600/antique-house-istanbul.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="180" src="https://3.bp.blogspot.com/-jmb61iFeI-U/V9DARsCojEI/AAAAAAAABN0/tG5zBFp4zS45CeyDaEcmQxnpigoO8HnwwCEw/s320/antique-house-istanbul.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Setelah mandi dan rehat sejenak, kami berjalan-jalan sore di sekitar Masjid Sultanahmet (Blue Mosque) yang dipenuhi pengunjung, Basilica Cistern, dan Hippodrome.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
Malam di Istanbul cantik sekali. Besok paginya kami harus bersiap pagi hari sekali, karena keindahan Masjid Sultanahmet sulit diabadikan waktu siang atau sore hari, manusia banjir disana. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
-bersambung-</div>
Detin Nitamihttp://www.blogger.com/profile/07161957808418254471noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6932859365427639399.post-9611133234830282982016-06-28T00:37:00.001-07:002016-06-28T01:43:05.464-07:00Travelling ke Turki (1) : Persiapan<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Mengabdikan perjalanan dan pengalaman menjelajah berbagai
tempat lewat foto, video, atau tulisan sekarang menjadi viral . Sebuah momen
yang sangat menyenangkan memang terlalu eksklusif jika hanya dinikmati sendiri.
Perlahan mungkin saja hilang karena otak manusia toh punya kadar kadaluarsa. Mungkin
itu salah satu alasan orang berbagi pengalaman melihat dunia di luar
tempurungnya. Meskipun sudah banjir informasi tentang perjalanan ke Turki di
internet, tapi pengalaman setiap orang tidak pernah ada yang sama. Pertanyaan
klasik dari orang yang kepo tentang pengalaman backpackeran orang lain adalah :
“BERAPA BUDGETNYA?”<o:p></o:p><br />
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sebuah pertanyaan yang juga menjadi top list saya sebelum
berangkat. Tentu saja, haha. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Saya penggemar Turki. Makanannya, Sejarahnya, bahkan TV
series nya. Saya habiskan satu minggu streaming sinetron Turki 80 episode yang
masing-masing episodenya berdurasi 2 jam, via youtube! 30 episode diantaranya
tidak ada subtitle inggrisnya. Saya pura-pura mengerti saja.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Sebelum kami menikah, suami saya tahu betul saya suka Turki.
Jadi, dia berbaik hati mengumpulkan sebagian rezekinya untuk mengantarkan saya
melihat Turki. Alhasil, tepat 365 hari (satu tahun dikurangi 1 hari kabisat)
setelah kami menikah, kami berangkat menuju Turki. <o:p></o:p><br />
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b>Pencarian tiket</b> adalah hal pertama yang harus dilakukan.
Berburu tiket murah adalah kewajiban bagi para istri yang semi pengangguran
seperti saya dan ngebet kepingin traveling tapi dana pas-pasan. Mengikuti biro
tur perjalanan adalah sebuah kemubaziran mutlak untuk mendatangi Turki jika
hanya pergi berdua dengan pasangan. Percayalah. Selagi muda dan jiwa berapi-api, backpacker adalah
pilihan paling tepat. Turki adalah negara dengan pendapatan terbesarnya adalah
dari sektor pariwisata, itulah mengapa Turki sangat tourist-friendly, semuanya
dirancang mudah untuk para turis. Selain biaya yang sudah pasti jauh lebih
murah, menikmati momen Turki semau kita tidak akan pernah didapat jika kita
mengikuti tur.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Qatar Airways adalah pilihan kami. Saat itu Qatar Airways
sedang membuka promo besar-besaran untuk terbang ke berbagai belahan bumi
periode booking hanya dalam satu minggu, 11 Januari – 17 Januari 2016. Setelah
mengetahui info ini, saya langsung terjun menyelami berbagai situs pencari
penerbangan murah. Mulai dari wego, skyscanner, cheapflights, dan via.
Keuntungan dan kelebihannya masing-masing situs silakan googling sendiri. Akhirnya
kami membooking tiket pesawat memakai Via.com. Sudah hampir deal dengan
skyscanner tapi kalau dihitung-hitung entah mengapa lebih mudah dan murah pakai
Via.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Saya pantengin terus harga tiket Turki dari sejak 12 Januari
2016. Penerbangan paling murah harus dimulai dari Kuala Lumpur atau Singapura.
Harga tiket kalau berangkat dari Indonesia lebih mahal, bisa beda sampai 2-3
juta. Harga saat itu masih 5,5 juta PP Kuala Lumpur-Doha-Istanbul //
Istanbul-Doha-Jakarta. Tangan sudah mulai gemes kepingin beli. Harga asli Qatar
Airways kelas ekonomi ke Turki berkisar 10-12 Juta PP. Karena suami saya di
Jakarta dan saya di Bandung, komunikasi untuk pembelian tiket kami jadi terkendala.
Sebenarnya lebih asik diskusi dan menentukan pilihan bersama sambil duduk
bareng minum kopi ala-ala orang pacaran. Jadi, saya menunggu kepulangan suami
ke Bandung hari Sabtu, 16 Januari, satu hari sebelum periode booking berakhir. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Daaaan..... jreeengjreeeng.............. saya harus hancur sebelum
berperang mengetahui bahwa hargan promo
tiket terus berubah dibanding awal
periode. Saat itu, saya harus berpuas hati mendapat tiket 6,65 juta PP
perorang. Hiks. Padahal awalnya 5,5 juta. Kan lumayan sejuta. Bisa buat beli
beras berkilo-kilo. Huks <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b>Pelajaran pertama :
kalau ada tiket promo, langsung hajar saja.</b> Perihal nanti gimana, kalau ke
Turki semua bisa mudah dipersiapkan.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Tiket Jakarta-Kualalumpur kami menggunakan Air Asia seharga
390ribu perorang tanpa bagasi. Sialnya, kami tidak teliti kalau itu tanpa
bagasi. Tentu saja kami harus bayar bagasi di bandara dengan harga yang lebih
mantap. 370ribu.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Urusan tiket selesai. Selanjutnya?<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b>Visa. </b><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Turki berbaik hati menawarkan visa on arrival (VoA) pada
turis-turisnya. Kabar lebih baiknya lagi, kita tidak perlu mengantri di bandara
turki untuk mengurusnya, karena sudah ada e-visa turki. Dalam waktu 5 menit
dengan duduk santai depan laptop, e-visa sudah bisa didapat, berlaku 5 bulan
untuk masa kunjungan maksimal 30 hari. E-visa Turki dapat diakses melalui <a href="http://www.evisa.gov.tr/en/">http://www.evisa.gov.tr/en/</a><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Hati-hati dalam mengisi setiap data, karena saat sudah
tercetak, kita tidak bisa mengedit data yang salah. Otomatis kita harus membuat
evisa yang baru, itu sama saja dengan membeli baru. Harga satu evisa adalah
25USD. Waktu itu, suami saya entah terlalu cinta dengan kota kelahirannya atau
berpikir saya dilahirkan dua kali, dia mengisi data tempat lahir saya di
Balikpapan padahal saya lahir di Bandung. Tidak mau pusing belakangan kalau
ketahuan petugas imigrasi turki, maka saya membuat e-visa baru.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b>Akomodasi.</b><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Turki adalah surganya penginapan murah. Hotel, Hostel, Apartemen, Pension, Airbnb bertebaran dimana-mana. Saya memulai
mencocokkan itinerary yang saya buat untuk membooking hotel. Ada banyak situs
online pemesanan penginapan. Agoda, hotel.com, booking.com, kayak.com,
hotelcombined.com, airbnb.com, dan lain sebagainya. Awalnya kami tertarik
mencoba airbnb yang bisa menyediakan dapur kecil. Setidaknya kami bisa membuat
makanan sendiri untuk menghemat pengeluaran. Tapi setelah dipikir-pikir,
rasanya bawa bahan makanan kesana akan cukup menyulitkan. Dan benar saja, waktu
kami bahkan tidak cukup untuk memenuhi seluruh itinerary yang dibuat karena
keterbatasan waktu, apalagi untuk memasak. Makanan di turki melimpah ruah, kamu
tidak akan kelaparan karena dengan uang 4TL (20.000IDR) kamu sudah bisa makan
kenyang.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Akhirnya lewat booking.com kami memesan hostel dan pension.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Di istanbul, kami menginap di Antique Hostel 3 malam (72Euro/3 nights);<br />
di Selcuk kami menginap di Tucay Pension (33Euro/night),</div>
<div class="MsoNormal">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
dan di Goreme kami menginap di Rock Valley Hotel
(24Euro/night).<o:p></o:p><br />
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
*review penginapan akan dibahas kapan-kapan (kalau lagi
rajin) haha.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Di kota-kota lain
kami hanya melakukan daytrip dan overnight buss. Mengambil bus malam adalah
pilihan bijak. Tempat wisata turki
berada di kota yang berbeda-beda, perjalanan dari satu kota ke kota lain akan
memakan banyak waktu. Selain tidak membuat mubazir waktu jalan-jalan di siang
hari, pengeluaran untuk penginapan tentu akan berkurang. Penumpang akan sampai
di kota tujuan pada pagi hari. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
dan karena pertanyaan utama dari orang-orang kepo adalah "berapa budgetnya?" maka saya akan menguraikannya<br />
<br />
<b>total budget untuk persiapan :</b><br />
Tiket Qatar Airways PP 2 orang : Rp 13.664.000<br />
Tiket Air Asia CGK-KUL 2 orang : Rp 780.000<br />
Bagasi Air Asia : Rp 370.000 (hiks)<br />
E-Visa 2 orang : 50USD (anggap 1 USD = 13.000IDR) Rp 650.000<br />
Akomodasi : 129 Euro (anggap 1Euro = 14.500IDR) Rp 1.870.500<br />
<br />
total : Rp 17.334.500<br />
<br />
<div class="MsoNormal">
Sebenarnya hanya tiga itu yang perlu dipersiapkan untuk
travelling lalu. See? harga tiket memang selalu memakan porsi terbesar. Selamat berburu tiket promo <span style="font-family: "wingdings"; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin; mso-symbol-font-family: Wingdings;">J</span>
<o:p></o:p></div>
Detin Nitamihttp://www.blogger.com/profile/07161957808418254471noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6932859365427639399.post-35378965796503757152016-04-13T10:16:00.002-07:002016-04-13T10:24:56.124-07:00mencari nafkahApa yang paling ditakuti seseorang ketika mereka bertambah dewasa? Beberapa orang takut pada kenyataan itu sendiri : kenyataan bahwa mereka telah dewasa. Sebagian orang berusaha untuk bisa kembali ke waktu mereka yang sudah berlalu, dan mengatakan "andai saya dulu begini.." "andai dulu saya berbuat itu..." dan sebagian orang dewasa lainnya merasa dirinya benar-benar sudah berubah, karakternya, caranya memandang masalah, caranya bersikap--that's life.<br />
<br />
Semua orang dewasa akan sepakat bahwa teori (tentang apapun) tidak akan seberat mempraktikannya. Sekarang saya mengerti, mengapa nilai 100 sewaktu SD adalah hal yang sepele, menghafal satu bab penuh adalah perkara remeh temeh, kamu cukup menjawab pertanyaan sesuai dengan jawabannya, dan masalah selesai. Sedangkan semakin bertambah pengalaman hidup, nilai 100 adalah hal yang hampir mustahil, karena dalam praktiknya, tidak ada yang bisa benar-benar memenuhi keseluruhan paket ekspektasi orang lain. Termasuk ekspektasi kita terhadap sesuatu yang pernah kita kagumi.<br />
<br />
Oh percayalah, dahulu kala, saya adalah penggemar berat seminar motivasi, buku-buku motivasi, kalimat-kalimat motivasi, dan apapun yang berbau penyemangat hidup. Seolah saya adalah seorang pesakitan yang terus menerus butuh suplai motivasi untuk melanjutkan hidup. Dan di mata saya, para motivator adalah ibarat malaikat di muka bumi ini yang turun untuk membantu kami kami yang hina dina ini dalam menjalani kejamnya dunia.<br />
<br />
Lalu semua kefanaan dan mata yang nanar berkaca-kaca penuh kristal melihat motivator itu hancur seketika setelah saya berfikir terlalu berlebihan. Tentang kenyataan. Tentang hal yang sebenarnya terjadi, bahwa semua orang bisa melafalkan teori tapi tidak semuanya bisa mengaplikasikannya. Lalu, mengapa di dunia ini ada banyak orang yang mengaku bahwa motivator adalah sebuah pekerjaan untuk mencari nafkah? Fyuh.<br />
<br />
Dari sekian banyak seminar-seminar motivasi yang pernah saya ikuti, hanya ada beberapa isi seminar yang masih melekat dalam otak saya, selebihnya menguap saat saya melangkahkan kaki keluar pintu. Semangat yang terbakar di dalam gedung tiba-tiba terguyur tsunami dan seketika semua padam. Sambil senyum-senyum sendiri, saat ini saya masih kebingungan dengan orang yang mencap dirinya adalah motivator handal nomer satu seasia, motivator kelas berat paling muda pertama di Indonesia -atau apapun titelnya- sebagai profesi. Bagi saya, semua orang adalah motivator yang paling tidak bertanggung jawab untuk memotivasi dirinya sendiri. Lain halnya dengan trainer, yang dengan keilmuannya memang berprofesi untuk melatih seseorang atau kelompok tentang keilmuan tertentu.<br />
<br />
Pernah ada seorang (yang mencap dirinya) motivator bayaran mahal (dan bahkan saya sempat datangi seminarnya-,-) dia memotivasi dalam seminar-seminarnya tentang kesuksesan finansial dan kebahagiaan hidup. Ternyata dia datang ke suami saya (ceritanya waktu itu masih calon suami) untuk meminjam uang dengan janji akan dikembalikan dalam tempo beberapa bulan. Sampai kami akhirnya menikah, hutang itu belum juga lunas dibayarkan. Suami saya sampai bosan mengingatkan dia untuk memenuhi janji. Dan dia tetap mengisi seminar-seminar kesuksesan. Akhirnya kebiasaan saya mengagumi orang-orang di depan podium itu luluh lantah. Mungkin itulah alasan mengapa beberapa isi seminar itu menguap dengan mudahnya dan tidak berefek apapun, karena yang memotivasi tidak semuanya telah melalui apa yang dimotivasikannya. Itu seperti seseorang menyuruh orang lain untuk puasa sambil menjelaskan apa keutamaan-keutamaanya padahal dia sendiri tidak berpuasa. Karena memang, lebih mudah menasehati orang lain ketimbang menasehati diri sendiri.<br />
<br />
Beberapa seminar yang bahkan saya masih ingat detil isinya adalah dari mereka yang menceritakan perjalanan hidupnya. Kisah nyata yang mereka kaitkan dengan teori. Mereka cukup duduk santai sambil bercerita hikmah yang pernah mereka dapat dalam hidup dan satu dua tiga pendengar secara bimsalabim akan terinspirasi. Hal itu tentu jauh lebih membekas dibanding sekedar memotivasi teori. Jadi buat saya, motivator bukanlah sebuah profesi. Dan menginspirasi tidak bisa dipaksakan, itu terjadi secara naluriah, alami.<br />
<br />
Selalu ada perbedaan dari buku-buku motivasi dengan buku-buku biografi. Buku motivasi menawarkan dari A sampai Z teori tentang kesuksesan, sedangkan buku biografi hanya menyajikan informasi dari A sampai C tentang perjalanan hidup, dan efek setelah membaca, mana yang lebih kita ingat?<br />
<br />
Itulah mengapa Rasulullah adalah sebaik-baik motivator. Semua yang beliau ucapkan dan nasihatkan adalah apa-apa yang telah beliau lakukan. Hingga berabad-abad kini jaraknya, motivasi itu terus menerus mengalir ke semua pengikutnya. Itulah mengapa nasihatnya begitu membekas di hati umatnya. Itulah sebaik-baik motivasi : teladan.<br />
<br />
<br />
<br />Detin Nitamihttp://www.blogger.com/profile/07161957808418254471noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6932859365427639399.post-82219842105050967802016-03-21T18:34:00.002-07:002016-04-13T08:59:15.416-07:00little escape<div class="MsoNormal">
Beberapa hari sebelum menikah, calon-saya-waktu-itu mendapat tawaran mengisi
acara kemahasiswaan di Maluku pada 11 Mei 2015. Itu berarti tepat dua hari
setelah hari pernikahan kami. Berhubung kami belum merencanakan apapun tentang
sesuatu yang orang-orang bilang bulan madu, calon-saya-waktu-itu mengajak saya
untuk sekalian jalan-jalan di Maluku. Saya yang waktu itu tidak punya pilihan
apa-apa, akhirnya mengiyakan, karena sebenarnya jiwa raga saya sedang
ditarik-tarik oleh deadline penyelesaian skripsi sarjana. Maklum, saya mah
orangnya agak-agak ambisius mengakhiri apa yang bisa dicicil-cicil dari masa
studi ini hahahaha. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Maka, dengan segala kebutaan tentang Maluku dan segala
isinya, kamipun berangkat tengah malam dari bandara Soetta menuju bandara
Pattimura dengan diwarnai adegan muntah-muntah sepanjang perjalanan, karena
badan saya diforsir habis-habisan. Mulai dari H-2 nikah, saya masih belibet
dengan penelitian, bolak-balik rumah-jatinangor, ditambah perawatan pra nikah
yang membuat saya masuk angin karena harus berendem di air susu berjam-jam
sampe ileran, malem sebelum nikah saya mencret-mencret sampai harus ikut ke wc
tetangga karena wc di rumah penuh sama keluarga, hari H nya saya harus berdiri
dengan tegar diatas sepatu ber-hak 12cm tipis yang tidak pernah saya gunakan
sebelumnya selama hidup saya, alhamdulillah semuanya lancar. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sesampainya di Bandara Pattimura, ada perwakilan panitia
acara yang sudah menunggu kami. Acara diadakan di Masohi, Maluku Tengah, Kepulauan
Seram. Perjalanan dari bandara menuju kesana? Beuh. Panjang.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Diawali dengan perjalanan dari bandara menuju pelabuhan
Tulehu, Ambon, menggunakan mobil yang disediakan panitia sekitar 30 menit. Sepanjang
perjalanan terlihat rumah-rumah penduduk yang masih berkubu-kubu sesuai agama.
Mayoritas penduduk kota Ambon adalah penganut kristiani, sepanjang jalan kita
akan melihat kayu berbentuk salib setinggi 2 meter dipancangkan di depan setiap
rumah mereka. Beberapa meter kemudian
kita akan melihat kumpulan rumah tanpa salib, itu pertanda pemukiman warga
muslim. Beberapa ratus meter kemudian perumahan kristiani, lalu perumahan
muslim lagi. Jadi semuanya sudah ada wilayahnya masing-masing. Ambon sering
dilanda konflik agama, sampai terjadi kerusuhan. Pemerintah Ambon berupaya
untuk terus meningkatkan kehidupan toleransi beragama. Kepala daerah Ambon dan
wakilnya selalu berbeda agama mungkin sebagai representasi agama penduduknya. Kalau kepala daerahnya
muslim, wakilnya kristiani, kalau kepala daerahnya kristiani, wakilnya muslim. Haha
unik ye.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Lanjut naik kapal
cepat dari pelabuhan Tulehu, Ambon, menuju pelabuhan Amahai yang jam keberangkatannya hanya 2 kali dalam
sehari, yaitu pukul 9 pagi dan 3 sore dengan lama perjalanan 3 jam, kalau
ketinggalan, akses lain menuju Masohi adalah menggunakan Ferry dengan
perjalanan yang lebih lama yaitu 5 jam! <o:p></o:p></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://3.bp.blogspot.com/-9f3w7c36rVs/VvCdBL4U1MI/AAAAAAAABKM/tNhjB9HFbuUPaFKN0jKGMdQMUQirc6lhQ/s1600/IMG_6249.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://3.bp.blogspot.com/-9f3w7c36rVs/VvCdBL4U1MI/AAAAAAAABKM/tNhjB9HFbuUPaFKN0jKGMdQMUQirc6lhQ/s320/IMG_6249.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">di belakang : kapal cepat dari Tulehu - Amahai</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sampai di pelabuhan Amahai, ke pusat kabupaten Masohi harus
menggunakan kendaraan sekitar 1 jam. Kita bisa sewa mobil yang ada di daerah
pelabuhan. Tapi berhubung kami dijemput oleh panitia, jadilah kita naik mobil
panitia. Dan sampailah kami di Kabupaten Masohi, Maluku Tengah. Kota
yang....tenang... (atau sepi ya?). “saking sepinya Masohi, kabar pemilihan
presiden kemarin saja kami tidak tahu” kata supir yang mengantar.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Ada yang sangat berbeda dari seminar-seminar yang biasa saya
ikuti di Bandung *maklum, anaknya dulu pemburu sertifikat gitu deh hahaha* dibanding
dengan di Maluku. Setelah suami selesai mengisi acara tentang dakwah kampus
untuk Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) wilayah Maluku, sesi
pertanyaan dibuka. Kalau biasanya di Bandung hanya tiga sampai empat tangan
yang terangkat untuk bertanya, disana.... hampir semua tangan terangkat. Sambil
ribut teriak “saya dulu..saya dulu. Heyyy moderator! Lihat saya dulu...” sang
moderator dengan tenangnya berkata, “tenang saudaraku..kita ulangi, semua
tangan di bawah. Hai kamu! Turunkan dulu tanganmu. Hitungan ketiga baru kalian
angkat tangan.” Hampir semua tangan kembali terangkat, baik pria maupun wanita.
Beberapa pria sampai maju ke depan podium, mengerumuni moderator yang sampai
harus turun panggung hanya untuk memilih siapa yang mendapat kesempatan
bertanya. Bayangkan. Akhirnya sang moderator mengeluarkan kalimat saktinya, “Saudaraku..
adab lebih utama daripada ilmu! Ta’limul adab qobla anta ta’limul ilmi! Jaga
adab! Jaga adab!Tenang semuanya..tenang!” lima belas menit terbuang hanya untuk
berunding bagaimana teknis yang tepat untuk sesi pertanyaan. Di depan sana, suami
saya malah asyik menyantap kue-kuenya. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-gFJ_sifCQOg/VvCgO0jRGHI/AAAAAAAABK8/PRWnGd3NPz8pZRxFempjj3gDaSKcOtP2w/s1600/IMG_6269.JPG" imageanchor="1" style="font-size: 12.8px; margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" height="240" src="https://1.bp.blogspot.com/-gFJ_sifCQOg/VvCgO0jRGHI/AAAAAAAABK8/PRWnGd3NPz8pZRxFempjj3gDaSKcOtP2w/s320/IMG_6269.JPG" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
Setelah selesai acara, kami bingung hendak kemana. Hari itu,
kami baru menikah 2 hari yang lalu. Tanpa perencanaan untuk “jalan-jalan-pasca-nikah”.
Salah seorang panitia wanita menghampiri karena mungkin kasian liat muka saya :
pengantin-baru-butuh-liburan. Dia menyarankan untuk berkunjung ke Pantai Ora, di
pulau Seram, dekat dengan Masohi . karena tidak punya opsi lain, dan berhubung
sedang ada di Masohi, maka dengan semena-mena saya mengiyakan tawarannya. Karena
kami bukan backpacker, jadi kami harus menyewa satu mobil dengan harga 1,5 juta
untuk sehari. Pingin nangis berbie. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Kami berangkat ditemani 2 orang pemandu, Matu dan Bonang. Sebelum
berangkat, ternyata ada 3 orang backpacker lain yang ingin ambil keuntungan dan
keberuntungan dengan menumpang mobil sewaan kami. Jangan berharap terlalu tinggi pada petualang
seperti mereka, didesak bagaimanapun juga mereka akan teguh bersikukuh pantang
mundur untuk mengeluarkan biaya transportasi seminim-minimnya dengan berbagai
macam alasan, seperti alasan mereka hanya ikut perginya saja, pulangnya tidak
ikut. Jadi mereka hanya menyumbang 100ribu perorang. Jadilah kami yang bayar
1,2juta sisanya. “ikan-ikan dan semua di Masohi
ini murah Caca (panggilan kakak untuk wanita di Ambon) yang mahal cuma
satu, TRANSPORTASI.” Kata Matu. Lumayanlah,
perjalanan 3 jam menuju dari Masohi menuju Pantai Ora lebih ramai dan seru. <o:p></o:p></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://3.bp.blogspot.com/-g0vzBsLgCmk/VvCdA86uOFI/AAAAAAAABKI/ftnE9L4rpMolU0OLTRKWLdVFqKkkKms-g/s1600/IMG_6282.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><img border="0" height="240" src="https://3.bp.blogspot.com/-g0vzBsLgCmk/VvCdA86uOFI/AAAAAAAABKI/ftnE9L4rpMolU0OLTRKWLdVFqKkkKms-g/s320/IMG_6282.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">saya-suami-Matu-dan-kawanan-orang-orang-itu</td></tr>
</tbody></table>
<div class="MsoNormal">
Setelah sampai di perbatasan, kami harus menyebrang
menggunakan perahu kecil untuk sampai di Pantai Ora. Harganya lupa berapa,
kalau gak salah 300ribu untuk menyebrang--yang kalau saya pejamkan sebelah
mata, jaraknya cuma segede upil. Deket banget, tapi gak mungkin dong berenang nyebrang
pulau. Saat pulang, orang yang sama akan menjemput kami kembali menyebrang,
jadi uangnya dibayarkan setelah kembali dari Pantai Ora. <o:p></o:p></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://3.bp.blogspot.com/-5wb6IjH4KFM/VvCdDEBznTI/AAAAAAAABKQ/0VRXvyX2aJQKx8LcHDnr_UISojZB3n3kQ/s1600/IMG_6325.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><img border="0" height="240" src="https://3.bp.blogspot.com/-5wb6IjH4KFM/VvCdDEBznTI/AAAAAAAABKQ/0VRXvyX2aJQKx8LcHDnr_UISojZB3n3kQ/s320/IMG_6325.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">menyebrang pulau </td></tr>
</tbody></table>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
Disana kami menginap satu malam. Pantainya masyaAllah
cantik. Kami bisa melihat trumbu karang dan ikan-ikan hanya dengan berjalan
kaki 2 meter dari pantai. Kamar-kamar yang langsung di atas laut sudah penuh terisi, jadi kami terpaksa ambil kamar di pinggir pantai.<o:p></o:p></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://1.bp.blogspot.com/-ELpAR9K6aj0/VvCdGl-lUUI/AAAAAAAABKY/jPBcvghNaf4cJAobQu1FyZiX7Bw6V9Ifw/s1600/IMG_6449.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><img border="0" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/-ELpAR9K6aj0/VvCdGl-lUUI/AAAAAAAABKY/jPBcvghNaf4cJAobQu1FyZiX7Bw6V9Ifw/s320/IMG_6449.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">tempat kami menginap</td></tr>
</tbody></table>
pantainya sepi, kecil,benar-benar terisolasi dari bisingnya dunia. tempat yang tepat untuk menenangkan pikiran yang kusut. Disana kami bertemu pasangan lain, sama-sama sedang bulan madu, sisanya ada satu keluarga dan orang bule. Pantai ini dikelilingi gunung. Desainnya mirip-mirip Maldives, padahal saya belum pernah ke Maldives, tapi kata mbah google sih gitu. Karena dikelilingi gunung, jadilah pantai rasa gunung. jadi hawa nya udara gunung tapi pemandangannya pantai. Terimakasih Allah, Allah ngerti banget kulit saya gak bersahabat sama udara pantai.<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://4.bp.blogspot.com/-08rw8fZi4MY/VvCdH-J_huI/AAAAAAAABKc/qufNVy7hC9UdDMZLTr0GiBvxQ5dGUYm9Q/s1600/IMG_6592.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><img border="0" height="240" src="https://4.bp.blogspot.com/-08rw8fZi4MY/VvCdH-J_huI/AAAAAAAABKc/qufNVy7hC9UdDMZLTr0GiBvxQ5dGUYm9Q/s320/IMG_6592.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">sunset</td></tr>
</tbody></table>
<div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://4.bp.blogspot.com/-GlTKZlaOazU/VvCdFTQdicI/AAAAAAAABKU/by3d-8tkmdoD5YTfQWV5Xw2j2p5K_hBaA/s1600/IMG_6478.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><img border="0" height="240" src="https://4.bp.blogspot.com/-GlTKZlaOazU/VvCdFTQdicI/AAAAAAAABKU/by3d-8tkmdoD5YTfQWV5Xw2j2p5K_hBaA/s320/IMG_6478.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">maklum, baru nikah<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-3R01cC7Wpyo/VvCgFW-hUSI/AAAAAAAABKs/fwPMo9XlHv0CyB0rhkiKWeINmJvwOjsxw/s1600/IMG_6377.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://4.bp.blogspot.com/-3R01cC7Wpyo/VvCgFW-hUSI/AAAAAAAABKs/fwPMo9XlHv0CyB0rhkiKWeINmJvwOjsxw/s320/IMG_6377.JPG" width="240" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://4.bp.blogspot.com/-Zy4hL0s7pZM/VvCgIY6yLKI/AAAAAAAABK0/azsXSobIq8QOba80Ut0SdrY7_G-5AMP8Q/s1600/IMG_6384.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://4.bp.blogspot.com/-Zy4hL0s7pZM/VvCgIY6yLKI/AAAAAAAABK0/azsXSobIq8QOba80Ut0SdrY7_G-5AMP8Q/s320/IMG_6384.JPG" width="240" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://3.bp.blogspot.com/-kjjA8OzHLdM/VvCgIOOcpJI/AAAAAAAABKw/U1tSiHMTko8jYmE-W14cK3vRL5Vcp5CaQ/s1600/IMG_6403.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://3.bp.blogspot.com/-kjjA8OzHLdM/VvCgIOOcpJI/AAAAAAAABKw/U1tSiHMTko8jYmE-W14cK3vRL5Vcp5CaQ/s320/IMG_6403.JPG" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
</td></tr>
</tbody></table>
begitulah cerita jalan-jalan-pasca-nikah kami. Semoga jalan-jalan selanjutnya lebih greget. Semoga cepet lulus koas, biar waktu buat jalan-jalannya banyak. aamiin.</div>
Detin Nitamihttp://www.blogger.com/profile/07161957808418254471noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6932859365427639399.post-64426930221970973912016-02-26T15:25:00.000-08:002016-02-26T15:30:20.592-08:00AddieAda beberapa reality show yang dikemas dengan apik menyajikan tontonan yang menarik, beberapa lainnya hanya menampilkan tayangan yang terlalu dibuat-buat. Reality show Indonesia misalnya, masih banyak yang hanya menawarkan suguhan komedi yang garing dan hambar, lelucon yang didapat dari ejekan karena sifat atau rupa salah satu pemain. Ngomong-ngomong soal reality show, sebenarnya salah satu yang saya suka tonton adalah MasterChef US.<br />
<br />
Dari sekian banyak episode MasterChef Junior US season4, ada satu episode yang sangat saya suka. Sebentar, sebelum saya bahas tentang episodenya, saya mau membeberkan alasan saya sangat menyukai reality show yang satu ini. Pertama, MasyaAllah...... usia 8-12 tahun, anak-anak.... usia dimana saya masih ingusan dan cuma bisa main-main pasir di depan rumah orang yang sedang dibangun atau mengoyak-ngoyak kotoran di selokan, mereka sudah hafal di luar kepala bahan-bahan makanan yang bahkan belum pernah saya lihat. Mereka bahkan lihai memotong makanan seolah pisau yang tajam adalah sahabat karib, sedangkan di usia itu, saya masih merasa pisau adalah benda yang tabu dan keramat, berbahaya dan harus dihindari anak-anak. Kedua, saya sangat suka pesan-pesan moral yang disampaikan para juri, terutama Gordon Ramsay, bagaimana mereka mendidik peserta dengan cara-cara yang sangat children-friendly.<br />
<br />
Dalam beberapa episode, juri membagi peserta mejadi dua kelompok dan keduanya harus bersaing dengan dipimpin seorang kapten tim. Pemenang MasterChef Junior US season 4, Addison, bocah 9 tahun, sering menjadi kapten tim karena memenangkan tantangan pada babak sebelumnya. Kalau saya lihat, Addison memiliki kemampuan leadership yang paling bagus dibandingkan peserta lainnya. Cara Gordon Ramsay menyadarkan Addison saat timnya mengalami kemuduran dan hilang fokus dalam memasak adalah dengan bertanya "Addie, apa yang akan kamu lakukan jika semangat tim baseballmu mulai menurun?" Karena Addison adalah seorang kapten tim baseball di sekolahnya, dia tahu bagaimana menyemangati rekan timnya. "Saya akan terus menyemangati dan memberi arahan dengan baik, Chef" Addison sudah pandai mengatur strategi sebagai seorang kapten tim, dan itu adalah pola yang terbentuk dari kebiasaannya memimpin sebuah tim baseball. Dia mendelegasikan tugas dengan sangat baik, membagi peran pada anggota lain sesuai kelebihan mereka.<br />
<br />
Hal unik yang ingin saya ekspose adalah tentang pola kebiasaan yang terbentuk dalam diri seorang anak. Waktu dulu saat saya masih muda beda dan berbahaya *?!*%$^*, saya sempat baca buku The Leader in Me- nya Stephen Covey. Jelas, pembiasaan pembentukan sikap kepemimpinan pada anak sejak dini akan memudahkan mereka membentuk diri mereka di kemudian hari. Addison jadi mengingatkan saya tentang buku itu lagi, dan berpikir apa nanti anak saya sebaiknya ikut baseball dan dia jadi kapten tim nya? tuh kan, saya emang gak kreatif. Tapi semua peserta MasterChef Junior tetap mengiris-iris hati saya, membuat saya iri dengki, karena di usia kepala dua ini saya cuma bisa masak itu dan itu *nunjuk makanan yang itu lah pokonya*<br />
<br />
Nanti kalau saya punya anak, saya akan ajak dia nonton MasterChef Junior. Menunjukkan kalau di usia anak-anak pun potensi seseorang harus sudah bisa digali. Padahal emaknya sekarangpun belum menggali apa-apa tentang dirinya. Mohon maaf nak, Mak mu ini insyaAllah akan mendidikmu dengan sekuat tenaga. Dan pertanyaan yang dari dulu hingga sekarang tidak bosan-bosan mereka -orang-orang yang dijumpai dimanapun kapanpun siapapun- adalah "Detin udah isi?" bffzzzzzzz. InsyaAllah di waktu yang tepat adalah jawaban paling bijaksana. Ya kan?Detin Nitamihttp://www.blogger.com/profile/07161957808418254471noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6932859365427639399.post-84405995782445248102016-01-10T10:10:00.003-08:002016-01-10T10:10:47.241-08:00NYC. <div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;">
<span style="font-family: inherit;">Aktivitas weekend saya selama empat bulan terakhir cukup
melelahkan. Kesana kemari, menelusuri jalanan Bandung mencari
"jodoh". Saya baru tahu, ternyata mencari rumah lebih sulit dari
mencari pasangan. Puluhan rumah sudah kami lihat-lihat. Beribu-ribu kilobyte
sudah kami habiskan untuk membuka setumpuk iklan jual rumah. Sampai detik saya
menulis ini, saya belum berjodoh. Belum ada rumah yang membuat saya kasmaran sampai
berkeinginan untuk memikirkannya siang dan malam.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;">
<span style="font-family: inherit;">Pernah ada satu hari, saya melihat iklan rumah dengan luas tanah
besar namun harga miring, saya langsung jingkrak-jingkrak seperti orang yang
baru dapat hadiah umroh gratis. Saya langsung suruh cowok saya telepon orang
propertinya. Singkat cerita, sepulang saya klinik, sekitar jam 5 kami
berangkat. Namun, harapan saya harus mati sebelum bunuh diri. Ternyata rumah
yang saya sudah imajinasikan berlebihan itu sudah kosong --yang kata mas-mas
propertinya-- "beberapa bulan". Saya tidak yakin "beberapa
bulan" cukup mendeskripsikan dengan tepat lama waktu tumpukan debu di
lantai dan langit-langit terbentuk. Karena hari mulai gelap, sialnya lampu
rumah sudah tidak banyak berfungsi, jadi kami harus menelusuri rumah luas tanah
besar itu dengan menggunakan senter hape. Saya tidak suka menonton film uji
nyali, karena saya merasa kedamaian tidur dan ke kamar mandi sendirian saya
bisa terganggu. Hari itu, saya seperti sedang syuting film horor. Saya harus
akui, bulu kuduk saya merinding. Jangan tanya apa respon saya soal rumah
itu. <o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;">
<span style="font-family: inherit;">Seperti membuka pintu rumah yang sudah lama ditinggal kosong,
membuka kembali blog ini terasa memberikan kengerian yang sama. Berbulan-bulan
blog ini dibiarkan kosong, membuat saya merasa takut untuk kembali menulis
sesuatu, sampah sekalipun. Berkali-kali saya mencoba menulis sesuatu, tapi saya
merasa terlalu idealis. Saya berusaha menulis sesuatu dengan tema yang menarik,
bahasan yang tajam, sehingga menghasilkan tulisan yang tandensius. Boro-boro
bahasan yang tajam apalagi tulisan yang tandensius, mencari tema yang menarik
saja cukup menghabiskan setengah jam saya melongo depan laptop. <o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;">
<span style="font-family: inherit;">Awalnya saya memutuskan untuk menulis hal yang tidak menarik dan
tidak penting, seperti “kisah perjalanan Detin Nitami selama 2015” yang ditulis
dalam bahasa formal. Tapi sepertinya itu bukan ide yang baik. Karena kata Ali
r.a, jangan beri tahu tentang dirimu, temanmu tidak membutuhkannya dan musuhmu
tidak mempercayainya. Jadi saya tidak akan cerita kalau saya ini baik hati,
ramah, anggun, dan rendah hati *BWAKAKAKAK* saya hanya mencoba menuliskan keistimewaan
2015 bagi saya. Di dalamnya hanya ada beberapa momen-momen luar biasa yang
merubah arah hidup seorang saya secara keseluruhan. 2015 adalah tahun fantastis
dan tahun serba gelar baru. Saya bukan tipikal orang penggila gelar yang hobi
memanjang-manjangkan nama, tapi mendapat gelar Nyonya, S.KG dan Koas dalam satu
tahun adalah hal yang warbiasyaaaahhh. Sebuah komposisi yang mustahil untuk
tidak bersyukur karenanya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: inherit;">Dan 2016 sudah datang. Ekspresi “yang bener looo???” adalah
gambaran paling tepat untuk menjelaskan situasi kondisi hati dan psikologis
saya. Itu artinya waktu yang ada untuk menyelesaikan apa yang harus
diselesaikan semakin mendesak dan.... harus diakhiri dengan akhir yang baik.
Resolusi dibuat, yang menyedihkannya adalah seringkali resolusi hanya tinggal
resolusi. Yang setiap akhir tahun tidak sengaja membaca hasil tulisan resolusi
awal tahun diikuti pertanyaan gila “serius gue pernah nulis ini???”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: inherit;">Percayalah, semenjak saya menjadi sedikit intelek, saya
selalu membuat resolusi awal tahun. Dan hampir semua tahun, saya tidak memenuhi
target saya. Dan target itu, dengan bodohnya terus saya tingkatkan di
tahun-tahun berikutnya. Ibarat saya menargetkan untuk punya uang 5 milyar (INI
HANYA ILUSTRASI HAHAHA) di tahun 2015 yang
tidak saya capai, 2016 saya malah membuat target punya uang 20 milyar. Kisah
nyatanya seperti ini : target 2014 saya nambah hafalan setengah juz, kenyataannya justru saya malah mengacaukan
hafalan saya yang ada. Di 2015, saya dengan pede nya menulis lagi resolusi
hafalan ditambah 2 surah lagi. Padahal hutang hafalan tahun lalu nya belum
dilunasi. Atau ketika menulis resolusi 2014 berat badan xx kg, di 2015 target
itu ditingkatkan lagi padahal xx kg di 2014 belum tercapai, di 2015 targetnya
menjadi xx-2 kg. Kenyataannya diet always starts tomorrow. Itulah arti resolusi
hanya tinggal resolusi. Sebuah tindakan menyedihkan, tapi mayoritas orang
melakukannya. Kamu juga ya? Haha. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: inherit;">Di 2016 ini, atas bimbingan Pak Ryan, saya disuruh untuk
buat resolusi jangka pendek, seperti target setiap bulan—yang kemudian diubah
menjadi kebiasaan, sehingga tanpa sadar di akhir tahun kebiasaan ini membawa
kita pada target yang lebih besar. Ini teoritis sekali. Memang sangat teoritis
sekali. Duh.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: inherit;">Yang terpenting, hasil musyawarah dan kesepakatan bersama
Pak Ryan, kami memutuskan untuk memprioritaskan silaturahim sebagai target 2016
kami. Menjalin tali tali yang hampir terkoyak, tercampakkan, dan compang
camping, karena kami adalah makhluk-makhluk yang hina dan kurang peka, sehingga
silaturahim adalah tebusan dosa bagi ketidakpekaan kami selama ini. Seringkali saya ketinggalan info atau tidak peka pada momen penting seseorang. "oh dia sekarang kerja disini?" "oh dia lanjut kuliah disana?" "oh dia udah mau nikah sama si itu?" "oh dia udah lulus?" "dia sidang hari ini? oh. (yaudah)" dan yang paling parah "oh selama ini dia teh kuliah disana?" padahal temen-temen deket semasa SMA :( gak ngerti kenapa ada orang cuek parah kaya saya gini. Bawaan lahir atau gimana sih... Orang kayak saya pantesnya jangan ditemenin. Hiks. Dan hal itulah yang akan kami perbaiki di NYC -new year ciecie- ini. Begitulah. <o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
Detin Nitamihttp://www.blogger.com/profile/07161957808418254471noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6932859365427639399.post-64351167144075270962015-09-09T15:40:00.000-07:002015-09-09T15:53:05.023-07:00Dear, Ry.Dear, Ry.<br />
<br />
alhamdulillah.. it has been 4 months since we shared our togetherness. I've been being a married woman for 122 days and (ofcourse) still counting. If i have to look back to see what we've done so far, it feels so unbelievable. I am a petulant, angered girl and just want to have my own way all of the time. I grew up as a dominant person, uncompromising, and being childish. Sometimes I'm just like a tattle tale, complaining every unappropriate conditions (and i fly off the handle) to my self. It feels like it's eating me up from the inside out. Anger has been always one of my greatest challanges.<br />
<br />
And.... I marry a person who truly, deeply, amazingly understand and accept my whole anger and weakness. You told me -dispite my repulsive mood- that you would do anything you could for me. You heal my anger, you taught me to be a real lady. That mood, don't let it become a cancer that grows with each passing day. I hate the feeling of being angry, especially for no particular reason. Your patience gradually remove any wedge of confusion that has created misunderstanding. You are kind to me most of the time, and you treat me reasonably decently even when you dont like my tempered mood. You said that I deserve to be treated well even when I make mistakes, and even if I make them a lot. That's why, the more I make mistake, the more I feel I love you. It's your way to taught me of learning from the mistakes.<br />
<br />
So hi, you.. thakyou for being so patience. This awareness of our differences, since we come from two different cultures, and were raised very differently, yet we have the same strong willingness and vision of living a life. Well, I need to cosider myself as a lucky one.<br />
<br />
Since we have been mostly long distance relationship,it's crazy how much i miss you. Everytime you go abroad or go somewhere for the sake of work, I always wait your words "Thak God I've foud you" sent to my Line, a moment before the plane take off.<br />
<br />
Thankyou for being an example of what unrequited love looks like. A role model in so many ways. You gave me the opportunity to strive to be the talented person I am today and beyond. Thankyou for saying that I am not as weird as I thought I was; for silently saying that you will always be with me and I dont have to go through this life alone. You kind of love that runs so deep and become apart of my blood. Moving thru my body as the very essence of life itself.<br />
<br />
But I think at least you deserve to know that somebody was once madly in love with you. Well, it's me.<br />
<br />
I hope you enjoy my soulful writing as much as I do, although sometimes I think you've read everything i write.<br />
<br />
Dear, Ry... Happy 4th monthiversary. Thankyou for saving me with your amazing love.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-5yUNtWKYHRo/VfC4IZGlVfI/AAAAAAAABIU/QNy5HL75AS4/s1600/DSC_0906.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="263" src="http://3.bp.blogspot.com/-5yUNtWKYHRo/VfC4IZGlVfI/AAAAAAAABIU/QNy5HL75AS4/s400/DSC_0906.JPG" width="400" /></a></div>
<br />
sincerely,<br />
<br />
your wife.Detin Nitamihttp://www.blogger.com/profile/07161957808418254471noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-6932859365427639399.post-75938724858666375672015-08-25T08:08:00.000-07:002017-08-23T16:31:27.864-07:00ini loh...Wanita berpendidikan adalah kriteria yang menggiurkan. Banyak wanita yang tidak bosan bersekolah, belajar, melahap buku-buku tebal, mengikuti ujian, menyusun penelitian, mendapat gelar, kemudian bersekolah lagi, belajar lagi, melahap buku-buku (lebih) tebal lagi, dan begitu seterusnya. Wanita berpendidikan terlihat lebih sexy dibanding wanita sexy (?). Itu sebabnya, pendidikan adalah investasi jangka panjang. Ia melahirkan ilmu, sesuatu yang berbobot, istimewa, mengesankan, dahsyat dan meningkatkan derajat, harkat serta martabat. Kecuali efek kesombongan yang sebenarnya bukan anak kandung ilmu, seluruh dampak dari ilmu adalah kebajikan.<br />
<div>
<br /></div>
<div>
Begitupun saya, disini, terperangkap dan teriris hatinya oleh pahitnya mencari ilmu. Ilmu yang dipelajari pun sebenarnya hanyalah sepersekian dari sepersekian sepersekiannya sepersekian keseluruhan ilmu yang ada. Tapi, sudah berapa kali saya -katakanlah- diperas dan dicabik-cabik emosinya, dibuat frustasi, dan digairahkan rasa ingin banting ini itu oleh ilmu yang ingin saya perdalam ini. Sebuah proses belajar yang luar biasa memukau dari hari ke hari, dari tingkat ke tingkat, dari ujian ke ujian. Sebuah proses yang membuat saya menyadari bahwa sesuatu yang berharga itu memang SANGAT LAYAK untuk diperjuangkan. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Kita sudahi bahasan tentang pentingnya pendidikan. Ini saatnya saya menceritakan kehidupan per-co-ass-an. Sudah 6 bulan lamanya saya berjuang untuk tetap hidup normal dan bahagia menjadi seorang koas. Koas FKG, sebuah sistem yang apa adanya, dan tidak menuntut muluk-muluk pada ambisi mahasiswanya. Mahasiswa yang berapi-api untuk cepat lulus akan cepat lulus dan mahasiswa yang ingin ngadem terus di rumah sakit, akan lambat lulus. Jadi saya sering bingung dengan teman-teman sepermainan saya yang sedang menempuh koas kedokteran umum, selalu bilang "aku lagi di stase (blablabla--hampir semua stase -,-) gak mungkin bisa izin cuti". What? Lha gue....<i>"gak masuk sebulan juga ya terserah lo aja." </i>(kecuali beberapa stase). Kelulusan koas bukan dilihat dari seberapa rajin datang, say hello, atau menjenguk rumah sakit. Tapi dari requirement kasus yang diberikan. Itulah mengapa angkatan 2004 masih ada yang belum lulus dokter gigi. Kebayang, 11 tahun ngapain aja? Saya sih enggak.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Menurut rencana awal, pendidikan koas diberikan dalam 3 semester. Entah ada angin apa, rencana itu seringkali molor, dan hanya seperintil makhluk yang bisa lulus hanya 3 semester. Ceritanya akan melegenda, menjadi topik gosip kami para koas yang butuh motivasi dan role model. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Kami diharuskan mencari pasien untuk tipe kasus yang diberikan. Tidak perlu saya deskripsikan sulitnya seperti apa, karena saya bukan artis dengan follower ribuan yang sekali posting "ada yang mau jadi pasien?" 12893 comments"saya mau dong kak" muncul. Belum lagi peristiwa PHP dari pasien yang tidak jadi datang, yang ribet, yang tidak kooperatif, yang tidak mengerti keluh kesah gundah gulana hati para koas. Dan jangan lupa, pasien lebay yang baru disentuh giginya sedikit sudah teriak kesakitan, jingkrak-jingkrak seoalah-olah kami sedang menikam jantungnya, padahal giginya sedang tidak diapa-apakan. Rasanya ingin memulangkan pasien seperti itu dengan keadaan damai. Pergi ke dokter gigi juga butuh kekuatan psikologis, kan? Kami bukan algojo, kami memeriksa dengan cinta, kelembutan dan kasih sayang *pppffftttt.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ah ya! setiap pekerjaan kami selalu diawasi oleh dokter yang berwenang. Tapi percayalah, keberuntungan selalu ada bagi mereka yang ditutori oleh dokter-dokter berhati malaikat. Beberapa dokter punya style mendidik yang berbeda, nyentrik, dan... ya begitulah. Saya sedang tidak selera membahas tentang dosen. Biarkan mereka dengan style nya, dengan tingkat kesulitan meng-acc-kan pekerjaan, dengan peraturannya. Jadi, ada koas yang cepat lulus karena selalu dapat dosen yang baik hati, ada yang pekerjaannya sulit maju karena direbetkan oleh kebijakan dosennya. Percayalah, banyak dosen yang berbeda prinsip, jadi kami harus menelan bulat-bulat didikan "dokter X inginnya gini, tapi kalau ke dokter Y harusnya kaya gitu". Kami sudah ahli untuk berbesar hati menerima perbedaan.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Kehidupan koas seperti misteri. Kadang saya butuh ketenangan untuk memikirkan masa depan saya. Saya sangat mengagumi ilmu ini, ilmu yang akan membantu meningkatkan kepercayaan diri seseorang secara drastis. Bagaimana tidak, kadang orang dengan gigi berantakan akan malu tersenyum, apalagi ditambah bau mulut. eerghhh. Dokter gigi hadir untuk memberikan senyum terbaik, kesehatan tubuh secara paripurna, dan blablabla --ini bukan promosi.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Tapi, kenapa saya tetap merasa beruntung terjerumus dalam pahitnya mencari ilmu bidang ini? Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian. Menikmati peran sebagai (calon) dokter gigi, bermain dengan seni, teknik, dan proses penyembuhan. Ah iya, mari kita teriakkan : sesuatu yang berharga memang sangat layak untuk diperjuangkan.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Selamat berjuang. Semoga selamat sampai tujuan.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
Detin Nitamihttp://www.blogger.com/profile/07161957808418254471noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6932859365427639399.post-6227147489100102972015-08-23T10:10:00.002-07:002015-08-23T16:12:45.807-07:00What is happiness?<br />
<br />
And, are you happy?<br />
<br />
Am I happy?Detin Nitamihttp://www.blogger.com/profile/07161957808418254471noreply@blogger.com0