Monday, January 12, 2009

Ibu yang termakan zaman

Genap usia ibuku 44 tahun. hampir mendekati setengah abad. mahkotanya kini sudah banyak yang memutih. namun kuakui, wajahnya tetap cantik dimataku. keriput di sekitar matanya sudah muncul, dan kini beliau harus menggunakan kacamata plus-nya untuk membaca.
namun yang kulihat bukanlah wanita yang sudah menua, melainkan seorang wanita yang tetap teguh menjaga diri dan keluarganya.
hari itu, aku mulai ngekost, karena rumah jauh dari sekolah. mama mengizinkan. hari-hari pertama aku tinggal di kostan, rasanya seperti melakukan suatu yang luar biasa beratnya. 3 hari pertama tanpa mama, semuanya acak-acakan. ini baru 3 hari. disitu aku baru sadar bahwa pengorbanan seorang ibu itu melebihi apa yang aku bayangkan selama ini. baru 3 hari tanpa mama, rasanya seperti sudah 3 tahun saja.
lalu waktu mama dan kakakku pergi ke jakarta untuk 4 hari, aku terpaksa tinggal di rumah dengan ayah karena harus sekolah. selama itu, aku merasa kehilangan teman yang sangat aku rindu setiap waktu. ayahpun tidak mampu menggantikan sosok mama. aku merasa rumah sangat amat sepi. di situ aku tahu, tak ada keceriaan tanpa seorang ibu.
lain halnya dengan ayah yang pergi untuk beberapa hari, tak terlalu masalah bagiku. karena mama bisa mengganti sosoknya setiap saat aku mau. dia bisa menjadi siapapun yang aku butuhkan.
dan yang paling aku ingat adalah weaktu aku mau pulang ke kostan kesorean. karena aku menggunakan kendaraan umum, dan waktu itu sekitar jam 7 malam, aku belum sampai di kost. mama langsung menelpon, dimana aku berada, aku menjelaskan padanya, aku tejebak di jalan. mengetahui bahwa keadaan bandung pada malam hari tidak baik untuk aku, mama langsung mengganti bajunya, dan berangkat menyusulku, tanpa peduli pakaiannya serasi atau tidak. akhirnya mama menjemputku, padahal aku bisa pulang sendiri, karena jarak ke kostan tidak terlalu jauh, dan suasana jalan masih ramai sekali. tapi mama bilang "duh, bahaya de, kita ga tau hati orang kaya gimana, kalo ada yang jahat gimana?? astagfirullah"
mama menyusulku dengan pakaian benar2 tidak serasi. bajunya biru sedangkan jilbabnya merah muda. "mama ga kepikiran harus pake baju apa, pas detin nelepon, langsung mama ambil jilbab yang ada, nyisir juga engga kepikiran."
subhanallah....subhanallah....
itulah perjuangan seorang ibu...padahal aku tau, besoknya mama ada kerjaan, tapi malam itu, dia nginep di kost. meninggalkan pekerjaan demi aku, yang dia anggap masih belum bisa jaga diri.
ya allah... aku tau di telapak kakinya yang suci, terdapat surgaMu yang telah Kau janjikan. namun aku takut, bila pintu itu tertutup untukku karena untaian kata yang terlontar dari mulut ini menghujam dan menusuk hati ibunda. aku tahu ridhoMu adalah ridho ibuku. betapa Engkau mengistimewakan seorang ibu. subhanallah...
untuk para ibu, para muslimah calon ibu, berbahagialah...........

Related Posts:

  • NostalgilaWidih, dahsyat! melihat foto-foto lama kembali, membuka catatan-catatan yang rapi tersimpan dalam locker otak sejak lama,dor! bercokol keluar. Menemu… Read More
  • Sepupu Never Die!Assalamualaykum Salam Super! Salam Sepupuku yang Supeeer! entah kenapa tiba-tiba malem ini saya kangen sama sepupu-sepupu saya yang rame dan menyenan… Read More
  • Nomenclatur Ngelantur Setiap Ramadhan punya cerita. Unik dan berbeda. Sarat kesan, asli, tak mengada-ada. Ia terjadi pada setiap kita. Dimulai saat diri mengikrarkan teka… Read More
  • GERIMIS Hari itu hari kamis. Pagi gerimis. Saya tidak suka gerimis. Tapi orang bilang cobalah menyukai apa yang tidak kamu sukai. Tapi rasanya… Banya… Read More
  • Aterek-Aisunampada masanya, anak-anak kecil bergegas memakai baju koko atau mukena barunya. berlarian menuju masjid tercinta yang terselimuti jingganya kanvas langi… Read More

0 comments:

Post a Comment

comment this post