Thursday, November 1, 2012

Bundotigoanak

aah..saya rindu menulis dengan normal.

~
apa rasanya kalau kamu adalah seseorang yang setelah otaknya hampir mau demonstrasi karena protes atas kebijakan kerja rodi menghafal, tau-taunya hasil ujian dapat rantai karbon? bisa metana, etana, propana, atau na-na-na-na yang lain. *naudzubillah.
maka serentak, saat itu juga kita akan merasa menjadi manusia paling malang, paling sedih, paling mau-mati-aja- di dunia. Rubuh, tidak percaya, kecewa, berharap oh ini pasti mimpi pasti mimpi pasti mimpi....

tapi ternyata, itu hanyalah ujian dunia kelas teri, atau mungkin kelas plankton kalau pembandingnya -salah satunya- adalah ujian untuk ibu yang satu ini.

*prolognya udah cukup bagus belum? kalau belum, berarti lagi-lagi saya gagal bikin prolog -__-*

terceritakan dari kisah nyata. kisah dari pengalaman hidup wanita muda, yang kita beri inisial nita, atau tami, bagus yang mana? nitami aja lah ya. ah, jangan, lebih baik sebut diri saja...baiklah wanita itu adalah saya.
Saya memiliki seorang kakak, sebut saja Dian, karena namanya sampai saat ini memang demikian. Dian ini dulunya bekerja di kawasan Pondok Kelapa, Jakarta. Karena domisili Bandung, maka tentu saja Dian harus menyewa kamar kost, karena tidak memungkinkan untuk pulang-pergi *yaiyalah.

beberapa kali saya mengunjungi kosan kakak saya. sebuah rumah sederhana, sekitar 5-7 menit berjalan kaki menuju tempat kerja. rumah yang dulunya adalah "rumah" (?) maksudnya bukan bangunan yang disengajakan dibangun untuk keperluan kosan. satu ruang tamu, satu ruang keluarga, satu dapur, dua wc, satu tempat cuci baju, empat kamar tidur. Dua dari empat kamar tidur ini, disewakan untuk umum. tiga orang yang menempati dua kamar, satu kamar diisi kakak saya, satu kamar lagi diisi oleh dua teman kakak saya. Kamar satunya dipakai si Ibu, dan kamar satunya lagi dibiarkan kosong, untuk jadi kamar tamu.
~
dengan perawakan "muda", semampai, langsing, saya tidak akan mengira bahwa usianya sudah berkepala enam. saya pikir dia empat sampai lima puluhan tahun.Ibu kos ini, memang sangat awet muda.
kakak saya sering menceritakan kisah hidup (?) si Ibu kos pada kami. Saya dan mama juga pernah mendengar langsung dari mulut Si Ibu, jadi begini ceritanya....*siap-siap benerin posisi badan.*

ibu kos ini adalah gadis desa dari Kalimantan. Cantik bukan tampan main. Menikah dengan seorang tentara angkatan udara. diboyonglah ia ke ibu kota. membeli sebuah rumah sederhana. melahirkan tiga orang anak cantik-cantik dan tampan.
sudah sering ditinggal suami dinas berbulan-bulan semenjak menikah.
ketika usia anak-anak masih kecil-kecil, sang suami harus kembali pergi dinas kenegaraan. Ibu kos kembali menunggu *haha geli ya bahasanya
tapi, lama nian ia menunggu, tapi suaminya tak kunjung kembali. tidak ada kabar dari pemerintah.
katanya, misi negara itu sangat rahasia.Orang awam macam Ibu kos tidak bisa bertindak apa-apa. hingga satu hari, datang kabar (semi) resmi yang menyatakan adanya kecelakaan yang menimpa kru dinas tersebut. semi resmi, karena tidak dijelaskan kronologis kejadiannya, bahkan mayatnya pun tidak dikembalikan selama sekian lama tahun.
berjuang. iya. Disaat usia masih muda, anak-anak masih sangat kecil-kecil, belum lagi wajahnya cantik, tentu saja banyak orang yang berniat meminangnya. tapi Ibu kos memilih untuk berjuang sendiri, sampai detik ini dia tidak menikah lagi.
membesarkan anak, bermodalkan berjualan kue, hingga anaknya tumbuh besar, soleh dan solehah, insyaAllah.
ketika sudah bertahun-tahun diPHPkan oleh pemerintah, akhirnya secara militer, mayat suaminya dikembalikan ke rumahnya, tanpa boleh ia membuka petinya. dia tidak bisa untuk tidak curiga tentang apa sebenarnya yang ada dibalik peti tersebut. saya rasa ini PHP lagi namanya.
sudah mengikhlaskan sejak lama sebenarnya. dan sungguh ikhlas yang luar biasa.
anak-anaknya tumbuh. satu kuliah di STAN, satu kuliah di ITB, dan satu kuliah di FKG UI :)
yang berkuliah di FKG UI ini yang bungsu. saya belum pernah liat orangnya, tapi sudah melihat fotonya. daaaaan...subhanallah, cantiknya....jilbab panjang menjuntai, anggun, dan kakak saya bilang kulit mukanya bersih, jerawat mungkin enggan mengotorinya.
semuanya telah berumah tangga. dan semuanya sukses dalam karir.seminggu sekali mereka bergiliran menjenguk ibunya, membawa serta cucu-cucunya. saya pernah bermain bersama cucunya *penting ya det? terus kenapa?*
kamar anak-anaknya disewakan agar si Ibu tidak kesepian tinggal sendiri di rumah itu, karena diajak tinggal bersama anaknya pun ia tidak mau. ia memilih menetap di rumah yang di dinding-dindingnya banyak tertempel foto-foto kenangan dulu, ketika anaknya kecil hingga satu persatu telah menikah.

ah, banyak orang yang patut kita contoh perjalanan hidupnya. dari Ibu kos ini, saya belajar banyak tentang ikhlas, merelakan, menerima setiap takdir yang digariskan Allah untuk kita. Karena pada dasarnya, tiada ujian tanpa kita dapat melaluinya, setiap ujian didesign untuk kita sesuai kapasitas dan derajat kita di mata Allah. Tergantung bagaimana kita menyikapinya. Pada akhirnya, kita hanyalah tentang seberapa hebat kualitas menjalani peran diri sebagai makhluk.

kesulitan selalu datang bersama kemudahan. ia satu paket, ia bukan mainan-mainan kontemporer yang dijual secara terpisah.