Saturday, July 14, 2012

baladabollybolly

Perkenalkan, saya adalah korban film bollywood. Sejak kecil, saya dan Inggi, sepupu saya suka mengoleksi film-film yang dibintangi Shahrukh Khan, Kajol Devgan, Rani Mukherjee, Salman Khan, Amir Khan, Preity Zinta, Aishwarya Rai, Amisha Patel, Juhi Cawla, Madhuri Dixit, Kareena Kapoor besarta Kapoor family, dan sederet artis bollywood jaman 'agak dulu' yang ngetren tahun90an -awal tahun2000an.

Saya ingat saya pernah berlari dengan semangat khas anak kecil lomba balap karung agustusan untuk menemui om saya yang sedang menawarkan film india teranyar pada waktu itu, judulnya Chori-Chori Chupke Chupke. Saya suka film india dengan tanpa alasan yang jelas. terlebih ketika melihat film Shahrukh Khan jaman duluuu banget, Jaman rambutnya masih gondrong. ceritanya si Shahrukh jadi bisu gegara dicekokin bara panas ke mulutnya oleh para pembunuh orang tuanya. Itu film... asliii rame banget, sayang saya ga inget judulnya.

Saya memfavoritkan film Lagaan. Karya Amir Khan, dan dibintangi oleh Amir sendiri. Berkisah tentang perjuangan rakyat india, pada sebuah desa dibawah jajahan Inggris, saling beradu permainan kasti. Para konglomerat Inggris yang kesehariannya memang berlatih kasti harus dipaksa mengakui kekalahan pada Amir en de geng. Lalu putri konglomerat inggris jatuh hati pada amir, sayang, amir sudah memiliki kekasih hati. Hiiiks. 

Dan masih banyak lagi judul film india yang saya sukai. Kalau jaman 2010 keatas, ada film Slumdog Millionaire, Three Idiots, Taare Zameen Par, dan kawan-kawannya.

Saya ingat, waktu SMA, saya harus mengorbankan tidur jam 1 malam setiap malam rabu untuk melihat film india di salah satu stasiun tv swasta. Dan saya ternyata punya teman satu kelas yang juga gila bollywood, maka keesokan harinya, saya dan dia akan menjadi alien yang sedang berdiskusi tentang rencana pembangunan rumah (?) Kami akan berkicau seperti semalam baru saja menonton konser artis luar negeri, padahal hanya menonton film yang sebenarnya sudah kami tonton berulang kali. Bahagia itu memang sederhana (?)

Kalau gerimis datang, ketika saya masih mengayuh sepeda mini untuk mengelilingi komplek perumahan, saya dan teman-teman akan berteduh. Tapi saya tidak bisa menahan diri untuk tidak menari di bawah hujan. Saya ingat tarian chak dhoom dhoom di film dil to pagal hai, anak-anak menari di bawah hujan. Selagi saya tidak bisa bermain di film itu, karena saya bukan artis, karena saya tidak mirip artis, karena saya tidak tinggal di india, dan karena saya buruk dalam menari, maka saya mengizinkan tarian tersebut saya rusak sesuka hati saya. Yang jelas, teman saya jadi ikut membasahi dirinya, dan menari, memegang pohon, ketika saya memiringkan badan ke kanan, dia memiringkan badan ke kiri. Seperti bermain cilukbaa. Oh, India sekali.

tarian chak dhoom dhoom *HAHA*

Cukup, cukup. Karena setelah kegilaan itu, saya harus menghadapi ibu saya, menjelaskan bahwa anaknya heroik sekali, menerjang hujan demi cepat pulang, padahal.... ya begitulah.

Tuesday, July 10, 2012

trisula


Biarkan saja..
Biarkan perkutut dan belalang saling berkasih-kasih
Saling bersahutan, girang gemirang.
Biarkan saja, seruling ditiupkan di tengah-tengah perkumpulan wanita-wanita tua,
Yang  saling menyisir rambut-rambut halus sembari mendendangkan suka duka masa silam
Bercerita, berkisah..
Biarkan saja.
Biarkan saja, bakul-bakul terisi penuh butir-butir penghidupan mereka,
Tanah menyerap berkah hujan, petak-petak sawah menyuburkan perut-perut orang cinta kesederhanaan.
Kerbau miliki tuannya, tuan miliki kerbaunya.
Cinta miliki tempatnya, kasih tempati jiwanya.
Biarkan,
Biarkan, anak-anak berlari mengejar ayam-ayam kampung saat langit sore mulai menyuruh ternak-ternak memasuki kandang mereka
Gadis-gadis akan menutup  jendela rumah ibunya, menyalakan lampu pekarangan, menyuguhkan air hangat dan membersihkan diri.
Biarkan..

Sementara,
Untuk khias, 
asap-asap menyebar saling menyelimuti rumah-rumah damai dalam kepenatan kota besar
Saling meniadakan aroma nafas budak-budak pesawahan yang menjaga bijih tetap mekar.
Untuk maya, 
tembok tinggi buang jauh bayang-bayang nyata, yang mencakar langit, menghujam perut bumi.
Darinya lahir percakapan kosong, senyuman dingin, cipta fatamorgana di ujung jalan beraspal.
Untuk malam, 
trisula-trisula dengan tiga mata tajam
menunggu di persimpang jalan.
ibu kehilangan anak, anak kehilangan ibu.
istri tak lagi bersuami, suami tak lagi beristri.
majikan menganjingkan manusia, majikan memanusiakan anjing.
lama-lama
Burung-burung  kian menggali kuburnya sendiri
Penat-penat bergantian memberikan salam.
Kebosanan mulai meraja,
Mengendus,
Mengakar,
Lalu masuk di portal hidup segerombol besar insani.

aku mau pulang.
disini banyak orang jahat.