Wednesday, September 9, 2015

Dear, Ry.

Dear, Ry.

alhamdulillah.. it has been 4 months since we shared our togetherness. I've been being a married woman for 122 days and (ofcourse) still counting. If i have to look back to see what we've done so far, it feels so unbelievable. I am a petulant, angered girl and just want to have my own way all of the time. I grew up as a dominant person, uncompromising, and  being childish. Sometimes I'm just like a tattle tale, complaining every unappropriate conditions (and i fly off the handle) to my self. It feels like it's eating me up from the inside out. Anger has been always one of my greatest challanges.

And.... I marry a person who truly, deeply, amazingly understand and accept my whole anger and weakness. You told me -dispite my repulsive mood- that you would do anything you could for me. You heal my anger, you taught me to be a real lady. That mood, don't let it become a cancer that grows with each passing day. I hate the feeling of being angry, especially for no particular reason. Your patience gradually remove any wedge of confusion that has created misunderstanding. You are kind to me most of the time, and you treat me reasonably decently even when you dont like my tempered mood. You said that I deserve to be treated well even when I make mistakes, and even if I make them a lot. That's why, the more I make mistake, the more I feel I love you. It's your way to taught me of learning from the mistakes.

So hi, you.. thakyou for being so patience. This awareness of our differences, since we come from two different cultures, and were raised very differently, yet we have the same strong willingness and vision of living a life. Well, I need to cosider myself as a lucky one.

Since we have been mostly long distance relationship,it's crazy how much i miss you. Everytime you go abroad or go somewhere for the sake of work, I always wait your words "Thak God I've foud you" sent to my Line, a moment before the plane take off.

Thankyou for being an example of what unrequited love looks like. A role model in so many ways. You gave me the opportunity to strive to be the talented person I am today and beyond. Thankyou for saying that I am not as weird as I thought I was; for silently saying that you will always be with me and I dont have to go through this life alone. You kind of love that runs so deep and become apart of my blood. Moving thru my body as the very essence of life itself.

But I think at least you deserve to know that somebody was once madly in love with you. Well, it's me.

I hope you enjoy my soulful writing as much as I do, although sometimes I think you've read everything i write.

Dear, Ry... Happy 4th monthiversary. Thankyou for saving me with your amazing love.


sincerely,

your wife.

Tuesday, August 25, 2015

ini loh...

Wanita berpendidikan adalah kriteria yang menggiurkan. Banyak wanita yang tidak bosan bersekolah, belajar, melahap buku-buku tebal, mengikuti ujian, menyusun penelitian, mendapat gelar, kemudian bersekolah lagi, belajar lagi, melahap buku-buku (lebih) tebal lagi, dan begitu seterusnya. Wanita berpendidikan terlihat lebih sexy dibanding wanita sexy (?). Itu sebabnya, pendidikan adalah investasi jangka panjang. Ia melahirkan ilmu, sesuatu yang berbobot, istimewa, mengesankan, dahsyat dan meningkatkan derajat, harkat serta martabat. Kecuali efek kesombongan yang sebenarnya bukan anak kandung ilmu, seluruh dampak dari ilmu adalah kebajikan.

Begitupun saya, disini, terperangkap dan teriris hatinya oleh pahitnya mencari ilmu. Ilmu yang dipelajari pun sebenarnya hanyalah sepersekian dari sepersekian sepersekiannya sepersekian keseluruhan ilmu yang ada. Tapi, sudah berapa kali saya -katakanlah- diperas dan dicabik-cabik emosinya, dibuat frustasi, dan digairahkan rasa ingin banting ini itu oleh ilmu yang ingin saya perdalam ini. Sebuah proses belajar yang luar biasa memukau dari hari ke hari, dari tingkat ke tingkat, dari ujian ke ujian. Sebuah proses yang membuat saya menyadari bahwa sesuatu yang berharga itu memang SANGAT LAYAK untuk diperjuangkan. 

Kita sudahi bahasan tentang pentingnya pendidikan. Ini saatnya saya menceritakan kehidupan per-co-ass-an. Sudah 6 bulan lamanya saya berjuang untuk tetap hidup normal dan bahagia menjadi seorang koas. Koas FKG, sebuah sistem yang apa adanya, dan tidak menuntut muluk-muluk pada ambisi mahasiswanya. Mahasiswa yang berapi-api untuk cepat lulus akan cepat lulus dan mahasiswa yang ingin ngadem terus di rumah sakit, akan lambat lulus. Jadi saya sering bingung dengan teman-teman sepermainan saya yang sedang menempuh koas kedokteran umum, selalu bilang "aku lagi di stase (blablabla--hampir semua stase -,-) gak mungkin bisa izin cuti". What? Lha gue...."gak masuk sebulan juga ya terserah lo aja." (kecuali beberapa stase). Kelulusan koas bukan dilihat dari seberapa rajin datang, say hello, atau menjenguk rumah sakit. Tapi dari requirement kasus yang diberikan. Itulah mengapa angkatan 2004 masih ada yang belum lulus dokter gigi. Kebayang, 11 tahun ngapain aja? Saya sih enggak.

Menurut rencana awal, pendidikan koas diberikan dalam 3 semester. Entah ada angin apa, rencana itu seringkali molor, dan hanya seperintil makhluk yang bisa lulus hanya 3 semester. Ceritanya akan melegenda, menjadi topik gosip kami para koas yang butuh motivasi dan role model. 

Kami diharuskan mencari pasien untuk tipe kasus yang diberikan. Tidak perlu saya deskripsikan sulitnya seperti apa, karena saya bukan artis dengan follower ribuan yang sekali posting "ada yang mau jadi pasien?" 12893 comments"saya mau dong kak" muncul. Belum lagi peristiwa PHP dari pasien yang tidak jadi datang, yang ribet, yang tidak kooperatif, yang tidak mengerti keluh kesah gundah gulana hati para koas. Dan jangan lupa, pasien lebay yang baru disentuh giginya sedikit sudah teriak kesakitan, jingkrak-jingkrak seoalah-olah kami sedang menikam jantungnya, padahal giginya sedang tidak diapa-apakan. Rasanya ingin memulangkan pasien seperti itu dengan keadaan damai. Pergi ke dokter gigi juga butuh kekuatan psikologis, kan? Kami bukan algojo, kami memeriksa dengan cinta, kelembutan dan kasih sayang *pppffftttt.

Ah ya! setiap pekerjaan kami selalu diawasi oleh dokter yang berwenang. Tapi percayalah, keberuntungan selalu ada bagi mereka yang ditutori oleh dokter-dokter berhati malaikat. Beberapa dokter punya style mendidik yang berbeda, nyentrik, dan... ya begitulah. Saya sedang tidak selera membahas tentang dosen. Biarkan mereka dengan style nya, dengan tingkat kesulitan meng-acc-kan pekerjaan, dengan peraturannya. Jadi, ada koas yang cepat lulus karena selalu dapat dosen yang baik hati, ada yang pekerjaannya sulit maju karena direbetkan oleh kebijakan dosennya. Percayalah, banyak dosen yang berbeda prinsip, jadi kami harus menelan bulat-bulat didikan "dokter X inginnya gini, tapi kalau ke dokter Y harusnya kaya gitu". Kami sudah ahli untuk berbesar hati menerima perbedaan.

Kehidupan koas seperti misteri. Kadang saya butuh ketenangan untuk memikirkan masa depan saya. Saya sangat mengagumi ilmu ini, ilmu yang akan membantu meningkatkan kepercayaan diri seseorang secara drastis. Bagaimana tidak, kadang orang dengan gigi berantakan akan malu tersenyum, apalagi ditambah bau mulut. eerghhh. Dokter gigi hadir untuk memberikan senyum terbaik, kesehatan tubuh secara paripurna, dan blablabla --ini bukan promosi.


Tapi, kenapa saya tetap merasa beruntung terjerumus dalam pahitnya mencari ilmu bidang ini? Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian. Menikmati peran sebagai (calon) dokter gigi, bermain dengan seni, teknik, dan proses penyembuhan. Ah iya, mari kita teriakkan : sesuatu yang berharga memang sangat layak untuk diperjuangkan.

Selamat berjuang. Semoga selamat sampai tujuan.




Sunday, August 23, 2015

Friday, August 7, 2015

Wedding Vendor : Gedung

Selamat 3 bulan pernikahan!
Kali ini saya ingin berbagi pengalaman tentang proses persiapan pernikahan, khususnya tentang vendor pernikahan saya.

Hal pertama setelah proses khitbah dan menetapkan tanggal pernikahan adalah segera mencari gedung lokasi pernikahan. Saya berdomisili di Rancaekek, sehingga keluarga saya inginnya mencari gedung yang dekat dengan lokasi rumah saya. Sayangnya, tidak ada gedung besar di area sekitar rumah. Satu-satunya yang bisa dijadikan opsi adalah daerah jatinangor, dan satu-satunya gedung yang  luas sesuai versi "luas" nya saya adalah Balairung IPDN.

Akhir 2013 saya konsultasi dengan salah satu dosen di IPDN terkait peminjaman gedung, karena biasanya gedung hanya dapat digunakan untuk acara internal kampus atau ada salah satu pejabat kampus yang mau menggunakannya. Jadi ya kalau anak dosen IPDN mau menikah di gedung itu, perizinan gampang.

Kebetulan dosen ini tetangga saya. Saya dianggap saudaranya dalam proses perizinan. Tetangga saya ini selalu berkata “tenang aja” setiap kami tanya progres peminjaman gedung. Berbulan-bulan saya mengidam-idamkan gedung seluas itu untuk menikah. Sampai akhirnya, akhir bulan Februari 2014 (artinya sudah 3 bulan kami digantung tanpa kabar) tetangga kami mengabarkan bahwa Balairung Rudini tidak bisa dipinjamkan untuk orang internal maupun ekternal, (kecuali jabatan orang internal IPDNnya tinggi kali ya -,-). Masih tidak bisa terima, karena terlalu lama menunggu, tanpa penjelasan, dan tanpa hasil yang diperjuangkan dengan maksimal, akhirnya kami menemui teman Mama yang menjadi petinggi di IPDN. Ibu ini menjelaskan secara rinci prosedur peminjaman.

Teknisnya, apapun kegiatannya, acara internal kampus akan tetap menjadi prioritas. Dulu, ibu ini pernah mengurusi tetangganya yang juga ingin menikahkan anaknya di IPDN, tapi 2 minggu sebelum acara (which is undangan pasti sudah disebar dong) kampus mendadak mengadakan acara kuliah umum dari salah satu Gubernur untuk para Praja (mahasiswa) nya di tanggal yang sama. Akhirnya dengan berat hati, keluarga ini harus pindah tempat di gedung kecil pinggir IPDN. Untungnya, 4 hari sebelum hari H, kuliah umum dari Gubernur dibatalkan karena satu dan lain hal, dan Balairung jadi kosong pada tanggal tersebut.
Jadi, gimana gak was-was coba kalau teknisnya seperti itu???

Saya menikah bulan Mei, bulan-bulan mendekati penerimaan Praja baru, biasanya akan banyak agenda bersama di Balairung. Kecuali saya menikah di bulan November, atau waktu libur semester IPDN, otomatis gedung tidak akan digunakan untuk kegiatan kemahasiswaan.

Keluarga saya memilih untuk tidak mengambil resiko yang tidak bisa diprediksi itu. Lebih baik mencari alternatif gedung lain dan kami jadi bisa fokus tenang memikirkan persiapan yang lain. Karena bagaimanapun, gedung resepsi menjadi salah satu list persiapan ynag cukup penting yang harus dipertimbangkan.

Waktu yang tersisa hanya tinggal 2 bulan saja, saya belum mendapatkan gedung pernikahan. Setelah mendapat kabar sulitnya peminjaman gedung IPDN, saya segera survey ke gedung-gedung lain. Kurang lebih ada 15 gedung yang saya survey sana sini. Yang paling besar Pusdai, tapi sudah full booked -,-

Akhirnya, dengan izin Allah, ketemu juga satu gedung luas dan tinggi di daerah Soekarno-Hatta.


Istana Kana Kawaluyaan.

Salah satu area dekat Soekarno Hatta, namanya daerah Kawaluyaan ada satu gedung yang orang-orang bilangnya gedung Batak, karena biasa digunakan untuk acara pernikahan batak, meskipun pernikahan umum juga sering diselenggarakan.

Begitu lihat gedungnya, saya jadi nostalgia lagi dengan IPDN. Baru Istana Kana lah yang bisa saya sejajarkan luasnya dengan Balairung (untuk area Soekarno Hatta). Atapnya tinggi banget, jadi terasa adem. Jendelanya banyak, jadi terang. Parkirannya luas sekali. Dan di awal Mei masih bisa booking. Saya semacam jatuh hati sama Istana Kana. Setelah berdiskusi dengan keluarga saya maupun kang Ryan, akhirnya kami sepakat untuk memilih Istana Kana sebagai tempat resepsi pernikahan kami. Untuk harga, meskipun mahal tapi tetap worth it. Kalau Anda tertarik dan ingin tahu info lebih lanjut bisa datang sendiri ke Istana Kana atau tanya langsung ke saya hehe.


kebayang gak, 3 undak bangunan itu adalah tinggi dari atap gedung. Tinggi banget kan? 

tampak samping
parkirannya luas
tampak samping

denah Istana Kana Kawaluyaan. minta aja langsung ke pihak Istana Kana.


akhirnya, nemu juga yang sesuai dengan keinginan. Dan lokasi juga di pertengahan antara lokasi rumah dan pusat kota. Alhamdulillah :) 

Friday, July 24, 2015

Jadi, Bagaimana Kami Bertemu? (3)


2 November 2014. Setelah sebelumnya memberi kabar kepada sanak saudara, kerabat orang tua, dan sahabat-sahabat lain, akhirnya hari yang ditunggu datang juga.

2 November 2014, tepat satu tahun sejak pertama kali saya mengenal sosoknya, akhirnya saya dikhitbah. Saya memilih menyelenggarakan khitbahan di aula Rumah Makan Sukahati, tidak begitu jauh dari rumah. Alasannya karena berdasarkan pengalaman khitbahan kakak saya dulu, mama lumayan kelelahan untuk menjamu tamu dengan masakan dll. Akhirnya kami putuskan untuk membeli catering Rumah Makan Sukahati yang biasa menyediakan paketan untuk nikahan atau rapat.

Rencananya sekalian mau sewa aulanya. Ternyata, saya bisa menggunakan aula nya dengan gratis, alhamdulillah. Jadilah saya memesan catering makanan untuk 60 porsi saja, tanpa tambahan lain.

Ketika sampai, ternyata ruang aula sudah dikondisikan jauh lebih bagus dari yang saya perkirakan. Semua kursinya dibungkus kain penutup, padahal saya tidak minta, dan posisi saling berhadapan untuk dua keluarga pun sudah di setting sedemikian rupa.

Deg-degan. Salting, ga paham harus ngapain. Sampai pihak keluarga pria datang.
Pembawa acara mempersilakan kedua pihak keluarga duduk di tempatnya masing-masing, saling berhadapan. Ada sekitar 60an tamu yang hadir, kebanyakan saudara dari Tangerang, kerabat Mama, dan sahabat kami berdua.


Rangkaian acaranya sederhana dan terhitung singkat. Mulai pukul 9.20 wib dan selesai sekitar pukul 10.30 wib dilanjut makan-makan dan bincang-bincang. Kurang lebih rangkaian acaranya ini,

1. Pembukaan

MC membuka acara dengan doa, sambil menjelaskan inti acara khitbah



 




   2. Pengutaraan maksud dan tujuan dari pihak pria

Dari pihak pria, yang berbicara adalah ayahnya. Beliau menjelaskan tujuan datang jauh-jauh dari Balikpapan adalah untuk meminang-kan anaknya pada saya. Tujuan-tujuan lain boleh ditambahkan, misalnya untuk silaturahim, dll.




  3. Pengenalan anggota keluarga yang hadir dari pihak pria

Sekaligus diwakilkan oleh ayahnya, mengenalkan siapa saja yang hadir dari pihak mereka.




   4. Jawaban diterima / tidak dari pihak wanita

Kali ini yang berbicara adalah ayah saya. Padahal sebelumnya tidak pernah dibriefing dulu, haha. Tiba-tiba MC memanggil ayah untuk menjawab pinangan pihak pria.
Setelah ayah menyatakan menerima, MC bertanya pada saya sendiri, apakah menerima Ryan / tidak. Saya cuma senyum-seyum, kata MC, “jika wanita diam, artinya ‘ya’” haha. Terus agar suasana cair, MC malah balik bertanya pada Ryan, “nak Ryan, coba pastikan yang mana ananda Detin itu? Coba tunjuk dari sekian banyak wanita disini, siapa tau selama ini salah kira” hahaha. Akhirnya Ryan menunjuk saya, “yang itu...” katanya, hahaha








5.Pengenalan anggota keluarga yang hadir dari pihak wanita



Selanjutnya pengenalan anggota keluarga saya diwakilkan oleh abang ipar saya. Bang Husni memperkenalkan kami beserta keluarga-keluarga yang hadir. Bang Husni menjelaskan sifat dan sosok Ryan yang dia kenal sejak di kampus, dan menjelaskan sifat dan sosok saya selama ia kenal sebagai adik iparnya. Bang Husni bilang, dua sifat kami bisa saling melengkapi. Diakhiri dengan sabda rasul “sembunyikan lamaran dan umumkan pernikahan” untuk mengingatkan tamu udangan yang hadir agar tidak menyebarluaskan berita khitbah ini ke khalayak. *tapi itu susah banget, pasti aja ada bocornya*

 


     6.  Penyerahan simbolis hantaran dari pihak pria

Jadi pihak pria sebelumnya menyiapkan hantaran atau semacam seserahan. Hantaran yang diberikan ada parcel buah, kue kering, macam-macam bolu, jilbab, dan tentu saja Harvest ukuruan besar berukiran “Ryan dan Detin” hehe. Simbolis ini diberikan dari Ibunya Ryan ke Mama saya.



     7. Penyematan cincin

Penyematan cincin ini diberikan oleh ibunya Ryan dan disematkan di jari manis tangan kiri saya. Kamudian salam, dan jepret jepret macem artis.

 



.     8. Tausyiah dan Doa

Selanjutnya adalah tausyiah yang dibawakan oleh Ustadz kerabat ayah. Sekitar setengah jam mendengarkan tausyiah, lalu doa, dan  akhirnya acara ditutup


.      9. Penutupan

Setelah mc tutup, acara dilanjutkan dengan info-info, seperti misalnya info pendiskusian tanggal pernikahan akan dilaksanakan di rumah saya, dirundingkan oleh kedua pihak keluarga setelah acara khitbah di aula ini selesai. Sambil menunggu makanan disajikan, kami foto-foto antar keluarga. Karena statusnya saya belum jadi mahram nya Ryan, jadi kami tidak ambil foto berdua. Sesi foto pertama adalah ryan bersama keluarga intinya dan keluarga inti saya. Lalu gantian saya yang foto. Terus dengan keluarga dan teman-teman yang lain.






 10. Makan-makan

sudah siang, sudah waktunya breakfast-lunch. Karena tanggung jam 11.00 hehe. Selasai makan dan ngobrol-ngobrol, beberapa tamu pamit pulang, keluarga-keluarga dari Tangerang pun pulang karena besoknya sudah Senin dan harus bekerja. Selanjutnya ba’da dzuhur di masjid Sukahati, keluarga inti dan keluarga saya dari Kopo  serta keluarga inti ryan berangkat ke rumah saya untuk mendiskusikan tanggal pernikahan.

dimana-mana serangan foto teman-teman -,-

 









Acara khitbah selesai. Di rumah, telah ditetapkan tanggal pernikahan jatuh pada 9 Mei 2015. Keperluan-keperluan dasar dibahas, dan nasihat-nasihat juga diberikan dari para orang tua. Selanjutnya bincang-bincang, dan tidak terasa hari sudah sore menjelang magrib. Akhirnya keluarga Ryan pamit pulang. Dan.. seninnya saya UTS. Haha.

Saturday, July 4, 2015

Jadi, bagaimana kami bertemu (2) ?

.....
setelah berkenalan bulan Desember 2013, bulan Februari 2014 saya berkesempatan menjalankan ibadah umroh. Momen yang sangat pas untuk meminta keputusan hati. Ada banyak doa yang saya list, dari A sampai Z balik lagi ke A. Ya jelas lah, masalah jodoh gak ketinggalan. Haha.

Rencananya, saya ingin menikah saat sudah lulus sarjana, bahkan lulus dokter gigi. artinya saat usia saya sekitar 24 tahun. Tapi godaannya besar banget. Udah ada orang yang datang saat usia saya 20 tahun. Dia emang annoying. hhhhhhhhhhhhhhhhhhh.

Saat umroh, saya berdoa semoga saya dijaga hatinya. Ya Allah, kalau saya belum siap nikah, jangan ada yang gangguin dulu. Eh, tapi sebaiknya dijadikan siap aja sih, *loh?!*

dia disuruh nunggu? kasian, udah tua *kedipkedipmata* suruh cari yang lain? jangan dong, orang kaya dia (yang mau sama orang kaya saya) gak banyak di dunia. hahaha.

akhirnya, April 2014 dia datang ke rumah orang tua saya, menghadap ayah. Dalam kondisi baju basah, kedinginan. Turun dari ojek malam-malam. Maklum, rumah saya langganan banjir. Sepatunya basah tenggelam bersama kotoran genangan air. Bajunya tersiram air hujan. Rambutnya lepek kena asap dan sepoi-sepoi udara. Kasian.

Setelah itu, saya kembali belajar di balik jeruji FKG di Jatinangor. Dan dia masih bergelut dengan resign dari kantor di Jakarta yang gak jadi-jadi.

Bulan September 2014, kedua orang tua saling bertemu. Dan akhirnya, seminggu kemudian, dia berhasil resign dari kantor, jadi punya waktu yang fleksibel untuk ngurus diri sendiri haha.
dari hasil pertemuan dengan maksud ingin melamar saya, maka diputuskan acara khitbah atau lamaran akan diadakan pada 2 November 2014. Kenapa 2 November? karena setahun yang lalu, 2 November 2013, adalah pertama kali saya membalas BBMnya. Penting gak? agak disambung-sambungin sih emang.

dan, sampailah kita pada acara khitbah.......

Wednesday, June 10, 2015

Jadi, Bagaimana Kami Bertemu?


Akhir bulan Oktober 2013 aplikasi BBM hadir di Android. Saya langsung download tanggal 27 Oktober 2013. Saya tweet pin baru saya di twitter, untuk menambah teman di BBM.


27 Oktober 2013
Di hari yang sama, saya pertama kali bertemu dengan-- (sebut saja)  oknum S dalam satu acara. Kami berbincang dan berkenalan. Saya diberitahu  bahwa oknum S ini sudah bertunangan dan akan melangsungkan pernikahan pada 8 Desember 2013.

 Sehari setelah download BBM, ada invitation dari orang yang saya hafal namanya karena--annoying-- sering muncul di media sosial saya.

Jadi, secara sembrono, notifikasi facebook saya dibanjiri likes dari satu akun, tweet saya diretweet dan di-favorite oleh akun yang sama. Ini orang siapa sih,  Maunya apa?

Mungkin ini adalah teknik yang bisa Anda coba terapkan untuk memberi tahu wanita/pria idaman Anda bahwa Anda ada di dunia ini. It works. Kemungkinannya cuma 2: kalau gak berbalas suka ya terima aja dapet ilfil.  Saya jadi penasaran siapa orang ini. Akhirnya saya buka akun facebooknya.

28 Oktober 2013
“Assalamualaikum Detin, kenalin saya Ryan Alfian. Saya minta izin ya ambil beberapa referensi dari blog kamu untuk tulisan saya.”

Saya read doang.

2 November 2013
“Waalaykumsalam. Iya salam kenal juga. Oh iya mangga..”
“kalau ada waktu boleh berkunjung ke blog saya ryanalfiannoor.wordpress.com..”

Malesin gak? Malesin banget.


8 November 2013
Awal November saya diminta jadi pager ayu di nikahan oknum S. Lha, baru kenal tapi tiba-tiba diminta jadi pager ayu? Katanya sih kurang orang. Yaudah, saya iya-in aja. Saya dikasih daftar nama among tamu yang lainnya. Beberapa ada yang saya kenal. Alhamdulillah, ada temen lah.

16 November 2013
Saya hadir rapat panitia pernikahan N&S. Disana saya ketemu lagi sama oknum S, sang empunya hajat. Saya disodorkan buku seukuran B5 setebal sekitar 150an halaman dengan cover biru. Judulnya “Membumikan Dakwah Kampus”. Katanya  buku ini hadiah untuk saya, titipan seseorang. Tebak siapa penulisnya!

Penulisnya adalah Ryan Alfian Noor...

Barulah saya ngeh.

Ini semua adalah skenario. Dari 10 daftar among tamu, ada satu nama Alfian. Saya gak kenal, jadi saya fikir siapa, eh ternyata Alfian itu  Ryan Alfian, yang sok-sok-an pakai nama samaran. Ya ampun. Saya akan bertemu orang itu di nikahan N&S sebagai sesama among tamu. Jebakan batman. Pluuuk... saya kena jebakan.

Hampir setiap hari saya jadi penasaran siapa dia. Naluru kepo saya jadi keluar. Siapa dia, seniat itu baca status facebook saya satu-satu dari tahun 2008. Akhirnya saya jadi buka blognya. Saya baca satu-satu postingannya.Semakin membaca, semakin seolah-olah saya sudah mengenalnya, padahal belum pernah bertemu...


7 Desember 2013.
Sore hari, Bandung diselimuti hujan. Pekarangan masjid Salman ITB tetap ramai diisi berbagai aktivitas. Hari itu, saya akan menginap di asrama putri Salman karena besok subuhnya saya harus siap-siap jadi panitia nikahan.

Dari bangku-bangku pekarangan masjid, dari kejauhan saya melihat seorang pria sedang duduk diantara keramaian penghuni Salman selepas sholat magrib. Dengan baju kemeja hitam, berpenampilan klimis dia sedang tersenyum ke arah saya. Itulah pertama kali kontak mata saya dengan orang yang bernama Ryan Alfian Noor. Kaget. Saya segera berlari menghindari hujan ke arah asrama putri. Lalu rintik hujan menghapus jejak langkah. Pandangan pertama itu selesai.....

8 Desember 2013
Keesokan harinya, skenario yang dirancang benar-benar rapi. Biasanya among tamu itu dipisah pria-wanita. Kali ini, 3 pria dan 3 wanita among tamu dari total 5 pria dan 5 wanita adalah pasangan yang sudah tunangan. Satu pria dan satu wanita lainnya disetting untuk jadi among tamu yang mobile. Sisanya 8 orang mengisi meja tamu yang disetting berpasangan. 3 pasangan lain sudah tunangan, sisanya 1 meja untuk saya.......dan dia. 

momen pertama kami berkenalan


“Hai” adalah kata pertama yang saya dengar dari dia untuk saya. Hari itu, 8 Desember 2013 adalah hari  pertama kali kami berbincang-bincang.........

[bersambung...]

note : thankyou Oknum S, Mr. Syauqi , it works :p


Wednesday, April 29, 2015

Monday, April 27, 2015

Sunday, April 12, 2015

Jadi, jawabannya apa?

apa yah, jawab iya tapi sebenernya enggak, jawab enggak tapi sebenernya (menuju) iya. Dilema~

lagian, kenapa orang-orang harus bertanya satu pertanyaan keramat itu? kenapa gak pertanyaan lain yang simpel jawabannya, semacam "kapan nikahnya?" atau "dimana acaranya?"
yah, kenapa harus, "emang udah siap?"

terus saya harus jawab apa kalau ditanya itu-itu terus. Pertanyaan yang sering terlontar dari orang dengan muka yang -"You are so young! why in the world would you do that?"-banget. Huft!

simple answer, tapi sebenarnya sama sekali tidak menjawab adalah "why wouldn't I?"

Tapi, kalau lagi bijak, saya sering berusaha menjelaskan alasan kenapa saya (yang sebenarnya enggak pantas dibilang "so young" juga, karena usia saya bukan 16 tahun) memutuskan untuk menikah.

Disaat orang lain masih memikirkan bagaimana cara nembak cewek yang romantis ala-ala ABG, atau menghabiskan malam minggu berduaan jaman seragam putih abu, saya sudah memikirkan, "lebih seru naik kuda putih atau delman (?) aja untuk sampai ke gedung pernikahan ya?" urusan jodohnya siapa, itu belakangan aja.

Sampai akhirnya, keputusan ini dibuat; langit runtuh seketika, jantung berpacu lebih cepat dibanding saat ujian SOOCA atau OSCE. Maha suci Allah, saya akan menikah.

duapuluhsatutahun. Dan orang-orang masih tidak percaya bahwa saya mampu untuk mengemban amanah besar ini. Kemarin-kemarin, ayah saya juga bertanya, "emang Ade udah siap?" ceeeessss!! menohok nya tuh disini, Yah!

Saya yang masih sering merengek, manja, takut sama gelap, kabur kalau denger cerita hantu, gak bisa masak, gak bisa bersih-bersih ini harus berhadapan dengan seorang laki-laki mandiri dan imperfectly perfect. Saya berkali-kali bertanya, jangan-jangan dia lagi konslet waktu milih saya. Tapi ya begitulah, begini adanya, meski dia pernah bilang, "saya memperjuangkan kamu sungguh-sungguh"

Ya, dan ini adalah h-27 hari sebelum 9 Mei. Masih lama? relatif. Meski gedung sudah dibooking, catering sudah bolak-balik test food, panitia sudah terbentuk,...
tapi, pernikahan itu belum tentu terjadi. :)

Hanya Allah yang Maha Tahu skenario apa yang ada di balik 9 Mei nanti. Kita hanya bisa berdoa sambil terus berhati-hati, semoga Allah melancarkan dan memudahkan perjalanan ini.  Iya, ini adalah waktu-waktu terberat bagi kami dan bagi setan. Prinsipnya, kami harus kuat atau setan datang merusak segala. *lindungi saya dari keburukan diri saya, ya Allah... Ah, melow*

Dan saya minta maaf kepada teman-teman yang terguncang (?) karena berita ini. Bukan niat mau nutup-nutupin (yang akhirnya bocor juga), tapi memang sunnahnya demikian. "sembunyikan lamaran, dan umumkan pernikahan". Sejak 2 Desember lalu, saya sudah berusaha untuk menutup rapat kebahagiaan ini. Meskipun dalam beberapa peristiwa, orang-orang kepo dan akhirnya bablas juga. Bahkan awalnya baru ingin kasih tahu H-14 hari saja, tapi yah....jaman sekarang, daun dan dinding pun berbicara."kenapa berita bahagia disembunyikan?" sekali lagi, begitulah sunnahnya. Kita belum pasti menikah, meskipun H-1 jam sekalipun. "Gak usah ditutup-tutupin, dari gelagat kalian juga ketahuan kali..." yah gimana dong, harap maklum, saya masih pemula. Saya lebih suka dibilang aneh daripada tidak mengikuti nasihat kekasih jiwa raga, Rasulullah.

Ditengah-tengah kehectican perhelatan dunia, saya sebenarnya ingin menepi, menyingkir dari aura-aura berbau tugas, deadline, pekerjaan, skri*si, dan embel-embelnya. Dan hanya ingin berduaan dengan Tuhan. Mencurahkan semua rasa tidak percaya diri ini, menceritakan kronologis jantung berdebar ini. Atau sekedar kirim sms, "Ya Rasulullah, bagi tips n trick nya dong, supaya saya bisa tau cara membina rumah tangga yang baik"

Ah ya, ada satu perangkat bernama do'a yang menjadi obatnya. Entah bagaimana cara kerjanya, tapi semakin tinggi dosisnya, semakin cepat pulihnya. Tidak ada yang pernah overdosis karena doa, kan?
H-27, saat orang-orang dengan euforia nya "detin, nanti tema pernikahannya apa? baju nya model apa? abis nikah bulan madu dimana? rencana ambil cuti berapa lama?" saya lebih butuh kesunyian yang mengantarkan saya pada kontemplasi, ya Tuhan betapa buruknya hati ini, betapa berlumuran dosanya diri ini, betapa sering lalai nya jiwa ini. Di depan sana ada kehidupan baru, yang darinya, pintu-pintu surga terpancang, dan pintu-pintu neraka siap siaga.

akhirnya, selamat menikmati proses pacu jantung ini, iya kan?

Kamar, 13 April 2015
pukul 01.35 tengah malam.
Sambil berpikir bahwa sebentar lagi akan hidup dengan orang yang tidak dikenal sebelumnya, dari dunia yang berbeda, yang beberapa kali sering  merasa  jatuh cinta, padahal nanti saja, simpan dulu, sampai ada waktunya untuk membangun cinta sekuat-kuatnya, setinggi-tingginya...

Friday, April 3, 2015

dua srigala

"maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan" (Q.S Asy Syams : 8)



hati manusia seperti dua lempeng uang logam. Maha Besar Allah yang telah memberi potensi dalam setiap makhlukNya dua kecenderungan hati. Satu lempeng kefasikan, satu lempeng kebaikan. 

lalu... sisi mana yang menjadi dominan? Srigala mana yang akan kita beri makan?

"Kemanusiaan hanya dapat dibina dengan mencinta, dan bukan dengan membenci. Orang yang membenci tidak saja hendak merusak manusia dirinya sendiri. Ingatlah hidup orang lain adalah hidup kalian juga... sebelum kalian membunuh harimau yang buas itu, bunuhlah lebih dahulu harimau dalam hatimu sendiri... mengertikah kalian... percayalah pada Tuhan. Tuhan ada... manusia perlu bertuhan.” - Mochtar Lubis dalam Harimau! Harimau!
Konsekuensinya telah Allah jelaskan dalam ayat selanjutnya...

Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.”

Saturday, March 28, 2015

Tuesday, March 3, 2015

Apa yah




“Ada sesuatu yang ia miliki. Sesuatu yang berusaha ia pertahankan keberadaannya. Ia tersimpan di dasar jiwa. Hanya kecil, seperti bara api, tapi tak pernah padam...”

Bara api itu kadang redup, kadang bersinar terang. Dipelihara jangan sampai mati, itu yang menjadi tugas utama. Kebutuhan yang setiap minggu harus ditunaikan. Barang satu jam atau dua jam, dan energi itu kembali terisi. Ia adalah bahan bakar, persediaan untuk menjalani hari-hari dalam dunia yang hiruk pikuk dan heterogen ini.

Ketika sedang berada di pijakan terendah, ditambah malu, rasa munafik, iri dengki, malas, emosi, segudang pikiran yang menyesak, membuat lupa waktu... perasaan ingin ditampar supaya sadar adalah hal yang paling dibutuhkan. Sayangnya, moment penamparan datang itu bukan ditunggu, tapi harus dicari.

Dan disaat terasa amat sangat jauh dari rasa ketenangan, rasa aman, dan rasa dipeluk Allah, pesan seorang Murrabi adalah, “buka alquran secara acak, berdoa terlebih dahulu, semoga Allah memberikan jawaban atas pertanyaanmu”

Selepas membaca doa, semoga Allah menghilangkan perasaan khawatir, merasa tidak ada apa-apanya, perasaan tidak siap, jauh dari ilmu, kesibukan yang sia-sia, dan semoga ayat yang dibaca menjadi asy-syifaa nya.. maka Alquran dibuka secara random, di satu halaman terlihat ada tanda garis bawah warna kuning sepanjang satu kalimat di ayat 28.

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tenteram.” (Q.S Ar-Ra’d : 28)

hmm, malu gak sama Allah? 

iya-lah gundah gulana, Allah nya dilupain, sih. Berdoa hanya seperlunya. Itu pun kalau lagi gak buru-buru.

padahal...


"by the quality of your prayers, you know the condition of your heart."

ruhiyah lowbatt -- charging strated!

Friday, February 27, 2015

Mati

Apa yang lebih menyeramkan dari "manusia yang tidak takut Tuhan?"
Mereka bisa jadi lebih buas dari singa yang kelaparan.

Sudah berapa banyak penduduk bumi yang bosan dengan hidup?

Seberapa sering kita melihat pemuda putus asa dengan kemiskinan dan kebodohan? Hidup dengan cara biadab, jelas tanpa etika,.... dan tanpa takut dosa.

Negara sedang sekarat. Penduduknya gerah dan lelah. Disaat lelah, memang sulit untuk mengalah. Kita terdidik untuk malas bekerja tapi ingin kaya. Angan-angan sekali.

Semuanya serba menghalalkan segala cara. Di negara yang sedang sakit ini, kepala sapi lebih mahal dari kepala manusia.

Pembegalan. Manusia dibacok, ditusuk, diseret sampai mati....hanya untuk uang! Bah! Orang kita sukanya meniru. Dikira merampok itu bisa menghasilkan duit, ramai-ramai daftar jadi rampok.

Pulang malam, taruhan nyawa. Kita melawan, jari lepas, kepala bocor. Tetangga saya koma, tangannya putus! Kurang biadab apa mereka?  baringas.

Seorang anak manusia sudah susah payah dibesarkan untuk bahagia. Dengan seenak jidat direnggut hak untuk hidup dengan aman.
Ya Allah, saya berlindung dari manusia-manusia terlaknat yang menghalalkan darah sesamanya. Semoga kami dijauhkan dari kebodohan dan kemiskinan.

Negara tidak aman. Oya kita lupa, kita memang belum sejahtera. Negara ini masih jauh dari bahagia.