Friday, June 9, 2017

Ikan Salmon

Yang paling sulit adalah memulai. Dan yang paling berat adalah mengakhiri. Sulit, karena kita takut untuk memulai, dan berat karena kita menyesal telah mengakhiri. Jadi sebenarnya manusia tidak pernah benar-benar siap. Kata siapa? kata saya.

Sulit untuk memulai, seperti yang biasanya terjadi. Yang sesungguhnya sudah terjadi sejak saya mulai bisa berpikir logis dan independen. Tidak lagi memutuskan sesuatu berdasarkan instruksi orang yang lebih tua. Karena ada masa dimana kita menjadi dewasa dan keputusan pilihan adalah sepenuhnya menjadi milik kita. Seperti keputusan : apakah kita siap.

Kita tidak pernah benar-benar siap (sekali lagi, itu kata saya. Iya sih, saya sotoy). Kita cenderung berpikiran positif seolah-olah kita siap, meskipun sebenarnya ada bisikan syaithaniradzim mengatakan kita tidak bisa siap. Siap untuk apa? ya untuk apa saja. Siap mengambil keputusan, siap menghadapi cobaan, siap menerima tantangan.

Seperti keribetan dalam menghadapi sesuatu, panik selalu menjadi nama tengah saya. Termasuk keribetan menghadapi ujian-ujian yang sifatnya sebenernya yaudah-sih-tinggal-belajar. Saya sih orangnya gak PeDe-an, suka jadi malu-malu gimana gitu kalau ditanya ujian lisan cuma bisa nyengir-nyengir; otak kering, tatapan kosong, kemudian membatu. Baru-baru ini, saya menghadapi ujian lisan dadakan. Dan materi ujian nya seperti telur ikan di musim kawin ikan(?) Banyak banget. Saya sampai panas dingin karena dua hari sebelumnya ternyata jadwal ujian dimajukan dan itu bentrok dengan ujian bagian lain. Kesimpulannya, saya akan menghadapi dua ujian bagian (ujian persiapan, selama 6 tahun sekolah saya belajar apa aja) dengan waktu 2 hari persiapan. Mau pingsan aja. Tapi ya begitulah kehidupan. Harus ada usaha-perjuangan-pengorbanan. Itulah yang membuat seseorang berkilau, kan? (?) Ibarat ikan salmon yang harus menetas di sungai kemudian berjuang hijrah ke lautan, dan harus berkorban melawan arus kembali ke sungai untuk bertelur. Tapi itu yang membuat ikan salmon menjadi makhluk eksklusif sekalipun bagi seorang masterchef *itu kata Gordon Ramsey.

dan kenapa saya jadi bahas ikan.

Apakah saya siap? *senyum tipis* tentu saja tidak. Apa yang saya lakukan? Membuat alasan supaya ujian yang satunya dimundurkan jadwalnya. Apakah berhasil? Ya. Apakah saya puas dan tenang? Tidak. Meskipun jadwal ujian sudah dimundurkan, dan konsekuensi untuk belajar lagi dan lagi sudah saya jalani, saya tidak pernah siap (karena saya dapat dosen penguji yang otaknya seperti perpustakaan). Bahkan saat hari H ujian, saya tidak benar-benar siap.

Mengapa saya tidak pernah siap? Karena ilmu yang ada di dunia ini begitu luas dan manusia adalah makhluk yang tidak pernah puas. Semakin belajar, semakin merasa kita belum belajar. i know that i am intelligent because i know that i know nothing, kata Socrates. saya berpikiran macam-macam tentang soal yang akan diberikan, karena toh dosen penguji dapat bertanya apa saja yang relevan dengan ilmu yang dipelajari. Jadi saya belajar lagi-lagi-lagi, gitu aja terus sampai Hachi ketemu Mamanya.. . Tapi saya tidak kunjung siap. Kenapa?

Karena saya tidak banyak melibatkan Allah dalam kesiapan ini. Saya tidak akan pernah siap, karena ilmu saya hanyalah seperti bubuk royco yang jatuh di padang pasir kalau dibandingkan ilmu dan pengalaman hidup dosen penguji. Ilmu itu sangat luas. Yang perlu saya lakukan adalah meminta Allah untuk membuat hati saya siap. Kita hanya mampu berusaha ihktiar maksimal, selebihnya kita wajib tawakal. Kita baru benar-benar siap, saat Allah memampukan kita untuk siap. Dan ini berlaku untuk segala hal. Keputusan besar: menikah, memilih tempat tinggal, memilih pendidikan, menerima amanah... kita baru benar-benar siap, kalau Allah mencukupkan. If you wait until you're ready, you'll be waiting the rest of your life.

Rasulullah pun tidak benar-benar siap ketika secara tiba-tiba harus menerima wahyu dan menjadi seorang rasul. Beliau sampai menggigil pulang ke rumah. Tapi kemudian, bukankah Allah lah yang mencukupkan dan menjadikannya siap?

Qodarullah. Manusia hanyalah makhluk teramat kerdil, tapi kebanyakan dari kita justru sombong. ckck.