Friday, June 27, 2014

Muawiyah

semua nya kebingungan, mengapa Hasan bin Ali menyerahkan posisi Khalifah setelah menjabat hanya 6 bulan selepas pembunuhan Ayahnya, Ali bin Abi Thalib…..
……
Hasan mengundurkan dari dari jabatan khalifah dan menyerahkannya kepada Muawiyah, Gubernur Syam, demi persatuan umat. Perpecahan dan penghasutan terjadi di kalangan umat Islam. Dan Hasan mencoba mengamalkan sabda Rasul, "Anakku ini (Hasan) adalah seorang sayyid. Melalui dia, Allah akan mendamaikan dua kelompok besar dari kaum muslimin" -karena cmiiw, Ada dua kelompok penghasut ketika khalifah Ali menjabat, dan Muawiyah termasuk yang tidak mau berbaiat kepada Ali jika pembunuh Utsman bin Affan tidak segera di qishas-
dan pembahasan menjadi meleber~
kembali pada Muawiyah. 
saat pengangkatan Muawiyah dari Bani Umayyah sebagai khalifah, masih banyak sahabat Rasul yang lain yang lebih paham agama dan lebih dahulu masuk Islam, diantaranya ada Abdullah bin Umar, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abdullah bin Amr, Abdurrahman bin Auf, dll.
lalu mengapa Muawiyah?
Sebagian ulama sepakat atas bolehnya mengangkat seseorang pemimpin yang masih ada orang yang lebih baik darinya. Keberadaan orang yang lebih baik tidak meghalangi terpilihnya seseorang menjadi pemimpin selama ia memenuhi syarat sebagai pemimpin. Keutamaan hanya dianggap sebagai nilai tambah dalam pemilihan, bukan syarat sah dalam kepemimpinan. 
meskipun banyak sahabat senior yang lebih dekat hidupnya dengan Rasulullah, lebih ahli dalam urusan agama dll, Muawiyah diangkat menjadi khalifah karena kapasitasnya sebagai seorang pemimpin.
Muawiyah adalah Gubernur Syam pada masa Umar bin Khathab sampai masa Utsman bin Affan. Dialah pendiri proyek pembentukan armada laut pertama dalam Islam pada masa kekhalifahan Utsman. Umar bin Khathab menilai Muawiyah sebagai seorang yang tanggung jawab, mampu membentuk pasukan perang dengan baik, mampu beradaptasi dan berpolitik dengan setiap orang. 
Jadi, mengapa Muawiyah?
—————————
tidak ada yang benar-benar meyakinkan saya dalam kriteria calon presiden negeri tempat saya hidup saat ini. Saya bukan orang yang ahli dalam perpolitikan, saya hanya melihat dari sisi saya sebagai warga negara yang berhak memilih siapa pemimpinnya. 
sama halnya seperti Muawiyah terpilih. Banyak yang jauuuuuh lebih baik pemahaman agamanya (atau bahkan pengetahuan politiknya) dari dua calon yang ada. Tapi kita tetap harus memilih satu orang yang cakap secara kapasitas. Sebab sulit menuntut mereka menjadi sesempurna impian siang bolong kita, simsalabim, semua rakyat sejahtera, perut kenyang, dan harta melimpah— tanpa perlu banyak kartu, tanpa ada kebocoran di banyak bidang (?)
kita sering bertanya, “kenapa Mr. X tidak maju jadi calon? Dia jauh lebih baik dari Om Bowo dan Mas Joko. Aku cuma mau milih kalau si Mr. X jadi calonnya” Hap, tetot. Saya rasa, kita tidak perlu bersikap sepesimis itu. 
Dan dari dua calon presiden yang ada, saya akan memilih orang yang saya rasa lebih mumpuni kapasitasnya dalam memimpin wilayah dalam skala besar. Cakap dalam politik dan pertahanan negara. 
dan tentu saja, dia - atau pihak pendukungnya- adalah orang-orang yang berafiliasi pada Islam. Campur aduk dunia politik, memang.. tapi saya tetap yakin, masih ada orang-orang berniat bersih untuk memperjuangakan daulah yang menegakkan syariat islam. Siapapun mereka…

"Pemimpin kalian yang terbaik adalah pemimpin yang kalian cintai dan mereka mencintai kalian; berhubungan baik dengan kalian dan kalian berhubungan baik dengan mereka. Pemimpin terburuk adalah pemimpin yang kalian benci dan mereka membenci kalian; kalian melaknat mereka dan mereka melaknat kalian!" Shahih Bukhari dan Muslim.