Wednesday, April 16, 2014

dua


Labbaikallahumma ‘umrotan 
Kami penuhi panggilanMu ya Allah untuk melakukan umroh
Labbaik Allahumma Labbaik.. Labbaika laa syariika laka labbaik..Innalhamda wan ni’mata laka walmulk, laa syariikalak.

Setelah transit di Yaman International Airport yang tidak lebih bagus dari Stasiun kereta api Bandung, kami bermikot di atas pesawat. Sepanjang jalan di pesawat, ucapan Talbiyyah terlantun dari mulut setiap jamaah. Alhamdulillah, Allah… kami hendak memenuhi panggilanmu.
beneran, lebih bagus Stasiun Bandung.

Bukan sulap bukan sihir, jangan pernah bandingkan pramugari dan awak pesawat dari Timur Tengah dengan pramugari Garuda Indonesia. Ngambil sisa makanan yang nyelap di gigi aja di depan penumpang -,-. Saling teriak dengan bahasa arab pula. Maklum ya, jamaah haji dan umrah kan mayoritas usia sepuh yang gak bisa bahasa lain selain bahasa daerahnya dan bahasa Indonesia. Disuruh duduk aja mereka gak paham.  “Please sit down, hey you sit down!” mana pula mereka ngerti.  Dan jangan juga bandingin petugas bandara King Abdul Aziz dengan petugas bandara Seokarno Hatta. Antrian sepanjang apapun, mereka tetap santai kaya di pantai :| “kalian sendiri kan yang mau ke negara kami” kira-kira begitulah definisi ekspresi wajah mereka.


teduh kan?
Panas sekaligus sejuk. Jeddah-Mekkah memakan waktu sekitar 3 jam menggunakan bus. Pertama kali menginjakkan kaki di kota paling suci itu, Mekkah Al Muqaromah. Bangunan-bangunan di sekitar Ka’bah di desain menjulang tinggi  untuk melindungi jamaah dari terik matahari. Grand Al-Eiman Hotel, tempat kami menginap, 10 menit berjalan kaki menuju Masjidil Haram. Selesai beristirahat sebentar, kami langsung bersiap untuk berumroh. Ba’da Dzuhur kami berjalan menuju Ka’bah.
bangunan didesign tinggi dan sempit, agar jamaah terlindung dari panas. tapi agak kumuh ya -,-

Grand El Eiman Hotel
Grand El Eiman Hotel

Saya tidak perlu berpanjang lebar tentang keistimewaan bangunan persegi itu. Sederhana, namun daya tariknya sangat mempesona.

Allahumma Antas-salaam wa minkassalaam fahayyinaa robbanaa bis-salaam

Doa kami ketika melihat Ka’bah. Apa yang saya rasakan? Gak jelas. Apa karena saya banyak dosa ya, jadi gak sampai nangis atau gimanaaa gitu waktu liat Ka’bah. Gak senangis waktu di atas pesawat melantunkan Talbiyyah. Ka’bah, jauh dari keglamoran bangunan Masjidil Haram yang berlapis marmer dan keramik Thasos kualitas terbaik yang mengeluarkan dingin alami, membuat sejuk kaki para jamaah. Pertama melihat Ka’bah, tidak ada perasaan lain selain perasaan yang tidak terdefinisi itu. Serius itu Ka’bah? Yang dari saya kecil selalu ada di gambar sejadah saya?

Thawaf 7 kali putaran melewati garis Hajar Aswad, Sholat di Maqom Ibrahim 2 rakaat, Sa’i menelusuri Shafa-Marwah (catatan: Shafa ke Marwah dihitung satu balikan.Bukan dari Shafa ke Shafa baru dihitung satu. – soalnya banyak yang salah disini-  Total 7 balikan, berarti mulai dari Shafa berakhir di Marwah) , segala macam doa saya lantunkan, sampai saya curhat sama Allah. Diakhiri dengan Tahallul, pemotongan rambut oleh Mama. Selesai sudah umroh kami.