Tuesday, July 10, 2012

trisula


Biarkan saja..
Biarkan perkutut dan belalang saling berkasih-kasih
Saling bersahutan, girang gemirang.
Biarkan saja, seruling ditiupkan di tengah-tengah perkumpulan wanita-wanita tua,
Yang  saling menyisir rambut-rambut halus sembari mendendangkan suka duka masa silam
Bercerita, berkisah..
Biarkan saja.
Biarkan saja, bakul-bakul terisi penuh butir-butir penghidupan mereka,
Tanah menyerap berkah hujan, petak-petak sawah menyuburkan perut-perut orang cinta kesederhanaan.
Kerbau miliki tuannya, tuan miliki kerbaunya.
Cinta miliki tempatnya, kasih tempati jiwanya.
Biarkan,
Biarkan, anak-anak berlari mengejar ayam-ayam kampung saat langit sore mulai menyuruh ternak-ternak memasuki kandang mereka
Gadis-gadis akan menutup  jendela rumah ibunya, menyalakan lampu pekarangan, menyuguhkan air hangat dan membersihkan diri.
Biarkan..

Sementara,
Untuk khias, 
asap-asap menyebar saling menyelimuti rumah-rumah damai dalam kepenatan kota besar
Saling meniadakan aroma nafas budak-budak pesawahan yang menjaga bijih tetap mekar.
Untuk maya, 
tembok tinggi buang jauh bayang-bayang nyata, yang mencakar langit, menghujam perut bumi.
Darinya lahir percakapan kosong, senyuman dingin, cipta fatamorgana di ujung jalan beraspal.
Untuk malam, 
trisula-trisula dengan tiga mata tajam
menunggu di persimpang jalan.
ibu kehilangan anak, anak kehilangan ibu.
istri tak lagi bersuami, suami tak lagi beristri.
majikan menganjingkan manusia, majikan memanusiakan anjing.
lama-lama
Burung-burung  kian menggali kuburnya sendiri
Penat-penat bergantian memberikan salam.
Kebosanan mulai meraja,
Mengendus,
Mengakar,
Lalu masuk di portal hidup segerombol besar insani.

aku mau pulang.
disini banyak orang jahat.

0 comments:

Post a Comment

comment this post