“Ada sesuatu yang ia miliki. Sesuatu yang berusaha ia
pertahankan keberadaannya. Ia tersimpan di dasar jiwa. Hanya kecil, seperti bara
api, tapi tak pernah padam...”
Bara api itu kadang redup, kadang bersinar terang.
Dipelihara jangan sampai mati, itu yang menjadi tugas utama. Kebutuhan yang
setiap minggu harus ditunaikan. Barang satu jam atau dua jam, dan energi itu
kembali terisi. Ia adalah bahan bakar, persediaan untuk menjalani hari-hari
dalam dunia yang hiruk pikuk dan heterogen ini.
Ketika sedang berada di pijakan terendah, ditambah malu,
rasa munafik, iri dengki, malas, emosi, segudang pikiran yang menyesak, membuat
lupa waktu... perasaan ingin ditampar supaya sadar adalah hal yang paling
dibutuhkan. Sayangnya, moment penamparan datang itu bukan ditunggu, tapi harus
dicari.
Dan disaat terasa amat sangat jauh dari rasa ketenangan,
rasa aman, dan rasa dipeluk Allah, pesan seorang Murrabi adalah, “buka alquran
secara acak, berdoa terlebih dahulu, semoga Allah memberikan jawaban atas
pertanyaanmu”
Selepas membaca doa, semoga Allah menghilangkan perasaan khawatir,
merasa tidak ada apa-apanya, perasaan tidak siap, jauh dari ilmu, kesibukan
yang sia-sia, dan semoga ayat yang dibaca menjadi asy-syifaa nya.. maka Alquran
dibuka secara random, di satu halaman terlihat ada tanda garis bawah warna
kuning sepanjang satu kalimat di ayat 28.
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah, hati
menjadi tenteram.” (Q.S Ar-Ra’d : 28)
hmm, malu gak sama Allah?
iya-lah gundah gulana, Allah nya dilupain, sih. Berdoa hanya seperlunya. Itu pun kalau lagi gak buru-buru.
padahal...
"by the quality of your prayers, you know the condition of your heart."
ruhiyah lowbatt -- charging strated!