Sunday, July 13, 2014
madinah
Aku rindu pada keramahan Nabawi.
Menyusuri sejarah berabad silam, ketika kota mulia ini dengan keimanan menerima Para Muhajirin, mencintai mereka dan berbagi harta, rasa aman, dan persaudaraan.
Semoga Allah merahmati Para Anshar dan memberkahi kota ini, Madinah Al Munawaroh.
Menyusuri sejarah berabad silam, ketika kota mulia ini dengan keimanan menerima Para Muhajirin, mencintai mereka dan berbagi harta, rasa aman, dan persaudaraan.
Semoga Allah merahmati Para Anshar dan memberkahi kota ini, Madinah Al Munawaroh.
Tuesday, July 1, 2014
spectrum Laila
Saya -pada jamannya- adalah gadis polos (?) sehingga saya membiarkan diri saya dimasuki berbagai informasi kehidupan.
Saya adalah wanita yang tidak pandai bergaul, tapi kadang mudah melebur~ terbawa arus, karena kebodohan dan kemiskinan prinsip yang dianutnya. Beberapa tahun lalu, kehidupan di mata saya adalah tentang bagaimana saya lulus ke jenjang pendidikan yang memadai. Kerja. Punya uang. Selesai.
Beberapa tahun yang lalu saya mengamati pola kehidupan sekitar saya. Murid-murid berkelas, strata sosial menengah ke atas. Berbanding dengan kelompok-kelompok minimalis, serba sederhana. Mereka semua -tentu saja- memilih untuk bergerombol, membentuk kelompok; strategi untuk dapat memenuhi kebutuhan Maslow,"merasa dianggap eksistensi hidupnya". Kemudian, satu kesimpulan yang saya dapat; saya pun harus masuk dalam kelompok, karena saya memiliki "kebutuhan dasar" yang sama; rasa nyaman.
Manusia dengan sendirinya akan mencari "kelompok" yang membuat dirinya menjadi nyaman. Ada beberapa kemungkinan dari proses seseorang memilih suatu kelompok. Ada yang mempertahankan pemikirannya hingga kelompok sebelumnya mengikuti dirinya. Ah, ini sungguh "kharismatik". Ada yang memaksakan untuk meninggalkan pemikirannya karena tidak cocok dengan pemikiran kelompok yang ada, menyerah begitu saja tanpa mengkritisi dan membiarkan dirinya "jatuh". Ini sungguh menyedihkan. Ada yang mencari, terus mencari, hingga akhirnya menemukan, dimana ia harus berlabuh. Ini namanya perjuangan.
Singkat cerita, saya pun mencari. Secara garis besar, memang selalu ada banyak blok. Blok depan-blok belakang, sayap kanan-sayap kiri. Karena jika sebelah saja, burungpun tidak akan bisa terbang. *terus kenapa*
Kemudian, sekelompok orang yang saya namakan Spectrum Laila, karena terdiri dari wanita-wanita perkasa -meskipun tidak ada satupun diantara mereka yang bernama Laila- yang menarik perhatian saya.
Petualangan pun dimulai.
Saya seperti masuk dalam istana yang dicat warna-warni. Penuh warna. Di samping kiri ada Kemewahan tak terjaga, menggoda. Begitu mudah diraih, begitu mudah untuk dirasakan. Di samping kanannya, banyak bebatuan, pualam, dan membentang hingga balkon istana, terlihat sulit dan banyak larangan serta perintah.....
ah sudahlah, ini bukan kisah barbie dan istananya.
Tapi, Spectrum Laila memperlihatkan jalan itu dengan ramah tamah. Mereka tidak hanya berbicara, mereka menunjukannya dengan keteladanan. Saya terpesona, dan hampir-hampir terjerumus oleh cahayanya. Saya dengan kebodohan dan kemiskinan prinsip, diperkenalkan tentang makna diri. Mereka adalah guru kehidupan, yang membawa gelap kepada terang, menjadi tangan-tangan bertitah-penyambung kebahagiaan yang dijanjikan...
Spectrum Laila adalah mereka, Kakak-kakak kelas saya yang dengan wajah bercahaya, senyum menentramkan, dan perhatian yang mendamaikan, memperkenalkan saya pada sesuatu yang membuat saya mengerti tujuan untuk apa saya hidup. Saya yang terombang ambing pada kelompok-kelompok yang hanya sekedar berkelompok, akhirnya ditunjukkan sesuatu yang mengajarkan bahwa segala sesuatunya harus memiliki tujuan, sebab Tuhan tidak menciptakan sesuatu dengan sia-sia, termasuk dalam berkelompok. Sebatas kesamaan hobi? tapi ada sesuatu yang lebih dari sekedar kesamaan. Itulah tujuan.
Spectrum Laila mengajarkan saya tentang kebahagiaan, kenyamanaan. Sesuatu yang hanya bisa didapatkan jika saya tahu fungsi diri. Bagaimana saya bisa bahagia -dalam jangka panjang, bahkan hakiki- bila saya tidak tahu siapa diri saya, apa fungsi diri saya.
Dan kebaikan hati para spectrum Laila harus menjadi tugas berulang bagi setiap yang merasakan. Sebab nikmat yang ditawarkan terlalu besar untuk dirasakan sendiri. Spectrum Laila menyebarkan sesuatu yang akhirnya saya tahu bagaimana satu kata itu disebut.
itulah dakwah.
Sebab dakwah melahirkan ukhuwah, dan dari ukhuwah tercipta kenyamanan, kesejukan hati. Yang sampai detik ini terus saya syukuri. Bertemu kawan-kawan hebat dengan tujuan hidupnya yang hebat pula. Semuanya serba kebaikan. Menggerakan hidup saya dari gelap kepada terang, memotivasi saya untuk ikut membangun mimpi-mimpi kebaikan.
Terima kasih Spectrum Laila. Mereka-mereka yang namanya tidak perlu disebut, sebab bukan dengan pujian mereka menerima balasan, tapi dengan pahala yang mengalir terus menerus.
Ingin rasanya menjadi seperti Spectrum Laila, memperkenalkan manis dan indahnya ukhuwah. Demi Allah, ukhuwah itu indah.
Sepanjang tulisan ini, tidak ada satu katapun yang mendeskripsikan keindahannya. Ia hanya bisa dirasakan...