Sunday, September 14, 2014

Greimas

Ia berdiri dengan kegagahan pusat peradaban dunia dan citarasa kebudayaan dua benua. Reruntuhan bangunan bersejarah bersanding dengan pembangunan peradaban modern.
Ia membelah asia dan eropa dengan keartistikan pesona berjuta sejarah.
Di tanahnya terbenam kekhalifahan terakhir, bergulir revolusi hingga demokrasi.. Intrik tradisi dan inovasi mewarnai sendi-sendi kebijakannya...
Ia bahkan dipercaya, lambat laun akan kembali menyusun puzzle kedigdayaannya yang terberai. Kharismanya laksana magnet yang senantiasa menarik kekuatan yang terserak...

Apa itu alasan saya ingin menginjakan kaki di tanah turki?

Heu, Itu terlalu puitis untuk jadi jawaban saya T.T

Jadi?

Kenapa saya ingin (sekali) melihat peradaban turki?

Sederhana.

Ini semua karena Aisha Greimas.

Novel yang saya baca sewaktu SMP itu sanggup menyihir saya untuk terus membayangkan wajah dibalik cadar dalam cover Ayat Ayat Cinta.

Saya terlalu ngefans dengan sosok Aisha Greimas. Penulis berhasil menggambarkan karakter kecantikan seorang gadis keturunan Jerman-Turki-Palestina itu. (Dan kekaguman itu buyar hancur luluh lantah oleh kekecewaan film nya yang diangkat ke layar lebar)

Sewaktu masih senang dengan kealayan dan kehidupan dihiasi menulis pesan singkat dengan huruf besar kecil (ya Tuhan, pada zaman nya itu ngehits banget), saya sudah jatuh cinta kepada Turki! sejak umur 14 tahun.

Saya jatuh cinta dengan pribadi Aisha. Jatuh hati pada latar belakang hidupnya. Ia mewarisi kecantikan wajah Jerman dari Ayahnya dan kelembutan hati Turki dari Ibunya serta kebesaran jiwa Palestina dari neneknya. Saya tersihir.
(Sekali lagi, jangan bayangkan film nya, fokuslah pada novelnya, heu)

Seketika itu juga, saya mulai mencari tahu tentang Turki, Jerman, dan Palestina. Semakin tahu tentang keistimewaan Turki dan sejarah Ustmani nya, semakin saya ingin terbang kesana....mencari sosok Aisha Greimas (?)

Sederhana, kan?

Alasan yang sama bila ditanya "kenapa dukung Jerman di piala dunia?"

Sejak Piala Dunia 2010, saya sudah dukung Jerman. Alasannya hanya karena Aisha punya darah Jerman (dan saya senang sekali Jerman berhasil keluar jadi pemenang di World Cup 2014 ini)

Palestina? Dia selalu menjadi doa doa yang terlantun. Betapa kagum nya saya dengan kekuatan jiwa dan keberanian warga Palestina.. Semoga Allah merahmati dan membebaskan tanah mereka..

Ah ya, harus ada memori spesial yang terukir teruntuk Turki, negara yang selalu membayangi saya akan sosok Aisha sejak 8 tahun silam..

0 comments:

Post a Comment

comment this post