Kendatipun hidup adalah pilihan (dan semua orang bebas memilih) saya masih belum siuman dan sadar sepenuhnya dari kebingungan. Saya bingung atas pilihan sebagian orang untuk memilih menjalakan hidup menjadi sosok yang sinis, eksotis, dan "disegani".
Jikansemua orang bebas memilih, lalu mengapa semua orang tidak memilih untuk menjadi pribadi yang murah senyum, lucu, dan bikin kangen seperti saya ini ??!?
#ngikikikikik....
Kalau ada orang sinis dan jauh dari kesan ramah, saya sering berspekulasi macam-macam;
dia banyak hutang?
Hidupnya tidak bahagia?
Dia membujang sampai tua?
Dia belum mandi?
Dia tidak pernah makan brokoli goreng?
Dia kebelet pipis?
Dia sariawan?
Dia giginya kuning?
Waktu SD matematikanya tidak pernah 100?
Dia tidak punya teman?
Bila jawabannya ya, wajar hidupnya sinis.
Saya pikir, orang sini adalah cerita lama dari dongeng sebelum tidur. Hanya muncul sebagai pengimbang alur cerita. Karena kurang seru jika ada Cinderella kalau tidak ada ibu tiri, putri tanpa nenek lampir (?) Si bawang putih tanpa bawang merah, dan gula tanpa merica (?)
Tapi, ternyata di luar cerita edisi happily ever after itu, orang sinis memang banyak berkeliaran di dunia ini. Dan itu mengingatkan saya pada seseorang yang mengeluarkan saya dari kelas matematika dengan tidak terhormat.
Pada akhirnya......semua orang akan berpisah. Yang tinggal menetap hanya sebatas "kesan". Apa yang mereka ingat dari diri kita?
0 comments:
Post a Comment
comment this post