Sunday, April 12, 2015

Jadi, jawabannya apa?

apa yah, jawab iya tapi sebenernya enggak, jawab enggak tapi sebenernya (menuju) iya. Dilema~

lagian, kenapa orang-orang harus bertanya satu pertanyaan keramat itu? kenapa gak pertanyaan lain yang simpel jawabannya, semacam "kapan nikahnya?" atau "dimana acaranya?"
yah, kenapa harus, "emang udah siap?"

terus saya harus jawab apa kalau ditanya itu-itu terus. Pertanyaan yang sering terlontar dari orang dengan muka yang -"You are so young! why in the world would you do that?"-banget. Huft!

simple answer, tapi sebenarnya sama sekali tidak menjawab adalah "why wouldn't I?"

Tapi, kalau lagi bijak, saya sering berusaha menjelaskan alasan kenapa saya (yang sebenarnya enggak pantas dibilang "so young" juga, karena usia saya bukan 16 tahun) memutuskan untuk menikah.

Disaat orang lain masih memikirkan bagaimana cara nembak cewek yang romantis ala-ala ABG, atau menghabiskan malam minggu berduaan jaman seragam putih abu, saya sudah memikirkan, "lebih seru naik kuda putih atau delman (?) aja untuk sampai ke gedung pernikahan ya?" urusan jodohnya siapa, itu belakangan aja.

Sampai akhirnya, keputusan ini dibuat; langit runtuh seketika, jantung berpacu lebih cepat dibanding saat ujian SOOCA atau OSCE. Maha suci Allah, saya akan menikah.

duapuluhsatutahun. Dan orang-orang masih tidak percaya bahwa saya mampu untuk mengemban amanah besar ini. Kemarin-kemarin, ayah saya juga bertanya, "emang Ade udah siap?" ceeeessss!! menohok nya tuh disini, Yah!

Saya yang masih sering merengek, manja, takut sama gelap, kabur kalau denger cerita hantu, gak bisa masak, gak bisa bersih-bersih ini harus berhadapan dengan seorang laki-laki mandiri dan imperfectly perfect. Saya berkali-kali bertanya, jangan-jangan dia lagi konslet waktu milih saya. Tapi ya begitulah, begini adanya, meski dia pernah bilang, "saya memperjuangkan kamu sungguh-sungguh"

Ya, dan ini adalah h-27 hari sebelum 9 Mei. Masih lama? relatif. Meski gedung sudah dibooking, catering sudah bolak-balik test food, panitia sudah terbentuk,...
tapi, pernikahan itu belum tentu terjadi. :)

Hanya Allah yang Maha Tahu skenario apa yang ada di balik 9 Mei nanti. Kita hanya bisa berdoa sambil terus berhati-hati, semoga Allah melancarkan dan memudahkan perjalanan ini.  Iya, ini adalah waktu-waktu terberat bagi kami dan bagi setan. Prinsipnya, kami harus kuat atau setan datang merusak segala. *lindungi saya dari keburukan diri saya, ya Allah... Ah, melow*

Dan saya minta maaf kepada teman-teman yang terguncang (?) karena berita ini. Bukan niat mau nutup-nutupin (yang akhirnya bocor juga), tapi memang sunnahnya demikian. "sembunyikan lamaran, dan umumkan pernikahan". Sejak 2 Desember lalu, saya sudah berusaha untuk menutup rapat kebahagiaan ini. Meskipun dalam beberapa peristiwa, orang-orang kepo dan akhirnya bablas juga. Bahkan awalnya baru ingin kasih tahu H-14 hari saja, tapi yah....jaman sekarang, daun dan dinding pun berbicara."kenapa berita bahagia disembunyikan?" sekali lagi, begitulah sunnahnya. Kita belum pasti menikah, meskipun H-1 jam sekalipun. "Gak usah ditutup-tutupin, dari gelagat kalian juga ketahuan kali..." yah gimana dong, harap maklum, saya masih pemula. Saya lebih suka dibilang aneh daripada tidak mengikuti nasihat kekasih jiwa raga, Rasulullah.

Ditengah-tengah kehectican perhelatan dunia, saya sebenarnya ingin menepi, menyingkir dari aura-aura berbau tugas, deadline, pekerjaan, skri*si, dan embel-embelnya. Dan hanya ingin berduaan dengan Tuhan. Mencurahkan semua rasa tidak percaya diri ini, menceritakan kronologis jantung berdebar ini. Atau sekedar kirim sms, "Ya Rasulullah, bagi tips n trick nya dong, supaya saya bisa tau cara membina rumah tangga yang baik"

Ah ya, ada satu perangkat bernama do'a yang menjadi obatnya. Entah bagaimana cara kerjanya, tapi semakin tinggi dosisnya, semakin cepat pulihnya. Tidak ada yang pernah overdosis karena doa, kan?
H-27, saat orang-orang dengan euforia nya "detin, nanti tema pernikahannya apa? baju nya model apa? abis nikah bulan madu dimana? rencana ambil cuti berapa lama?" saya lebih butuh kesunyian yang mengantarkan saya pada kontemplasi, ya Tuhan betapa buruknya hati ini, betapa berlumuran dosanya diri ini, betapa sering lalai nya jiwa ini. Di depan sana ada kehidupan baru, yang darinya, pintu-pintu surga terpancang, dan pintu-pintu neraka siap siaga.

akhirnya, selamat menikmati proses pacu jantung ini, iya kan?

Kamar, 13 April 2015
pukul 01.35 tengah malam.
Sambil berpikir bahwa sebentar lagi akan hidup dengan orang yang tidak dikenal sebelumnya, dari dunia yang berbeda, yang beberapa kali sering  merasa  jatuh cinta, padahal nanti saja, simpan dulu, sampai ada waktunya untuk membangun cinta sekuat-kuatnya, setinggi-tingginya...

3 comments:

  1. Barakallah. Keren :D Aku juga udah pengen dari 22 tapi baru dikasih 25. Desember ketemu, Mei nikah. Sama dong ya :) Tapi nggak kecolongan sih, jadi tetep surprise.

    ReplyDelete
  2. Dan saya masih dan akan selalu menjadi pembaca setia blog mu. Semoga dilancarkan hingga hari-H pernikahan.

    RAN

    ReplyDelete
  3. Subhanallah, Alhamdulillah, AllahuAkbar... Bahagia bacanya, semoga lancar sampai hari-H nya teh Detin. Ga bisa dipungkiri, aku juga mauuuuu kaya teteh hahah:"

    ReplyDelete

comment this post