Friday, June 1, 2012

BAHAGIA ITU SEDERHANA


Selamat siang J

Lapor, Jenderal. Hari ini aku mau berbagi kisah lagi denganmu.

Jadi begini, kalimat “bahagia itu sederhana” kini ramai mengisi hari-hariku. Awalnya aku tidak paham makna dahsyat dibalik kalimat yang tersusun dari tiga kata itu. Sampai pada waktu ketika aku harus membantu seorang teman mengatasi masalahnya, memberinya solusi, dan menawarkan pundak untuknya berbagi. Aku tidak bisa mendeskripsikan bagaimana rasa yang menguasai diri pada saat-saat seperti itu, tapi kalimat sederhana itu mampu, Jenderal. Dengarlah, rendahkan hatimu..… bahagia itu sederhana. Demikian bunyinya. Apa kamu suka? J

Laporanku sebelumnya tentang ketidakbersyukuran akan apa yang aku punya, nyata bisa diperbaiki karenanya.  Jadi, ternyata saat hujan tak mampu menyiramnya, gerimispun memadai aku korelasikan dengan bahagia itu sederhana, meskipun terdengar sedikit aneh. Tapi tak apalah.

Kita bisa mencari bahagia tidak hanya di ibu kota Kerajaan Mimpi dan Cita-Cita. Kita bisa menemuinya disudut bahkan di pelosok desa terpencil sekalipun. Semisal bahagianya ketika aku berhasil menemukan gunting kukuku lalu memotong pendek kuku jariku yang sebelumnya panjang dan kotor, ketika aku bisa mendapati salah satu jerawatku mengundurkan diri dari jabatannya di kancah mukaku, ketika mendapati kamar yang habis dibombardir bom buku dan makanan kini bersih mengkilat, ketika bisa menikmati buah semangka dingin tanpa biji malam tadi, ketika bisa bersama dengan orang tua dan melalui malam bercerita dengannya, atau ketika menyadari bahwa Allah masih menginginkanku ada dalam kebaikan… itu, membuatku gembira. Dan mereka adalah hal-hal kecil yang kadang kita lupakan.

Aku terlalu berfokus pada kebahagian “besar”, semisal cita-cita yang dibuat teoritis di atas kertas yang ditempelkan di kaca kamarku tercapai, barulah aku merasa bahagia itu ada. Ternyata, hal itu hanya akan membuat jatah umurku di dunia diisi oleh kebahagiaan sebanyak cita-cita yang tergapai saja. Lalu, setiap detiknya hambar terlalui.

Ah jenderal, aku mengerti bahwa hal besar lahir dari hal-hal kecil. Kebahagian-kebahagian yang sederhana itu membawaku untuk menikmati bahagianya bersyukur, lalu semuanya terbungkus manis dan indah selayaknya paket lebaran dari para menteri kepada presiden untuk menarik hatinya. Semuanya terbungkus rapi oleh bungkusan kebahagian tertinggi, yaitu kebahagiaan akan melekatnya iman dan islam dalam setiap nafas kita…

 Begitu kan, Jenderal?


0 comments:

Post a Comment

comment this post