Sunday, January 20, 2013

Diorama


Melancong yuk.  Saya mau jalan-jalan ke masa dimana saya masih jadi gadis imut berseragam putih-biru, masa-masa SMP. Nostalgia ini disponsori oleh ke-excited-an saya terhadap sebuah novel yang kembali saya baca setelah bertahun-tahun lalu sering saya baca, kemudian sang novel dipinjam oleh oknum yang tidak jelas identitasnya (?) lalu hilang.

Novel pertama yang saya baca, kalau boleh saya bilang, cukup berat untuk dijadikan bacaan anak kelas 1 SMP. itu buku kakak saya. Ceritanya saya ingin sok gaul nan keren, baca novel biar terlihat sedikit intelek. Cover bukunya pink, bergambar sketsa seorang wanita berjilbab panjang memegang kusen jendela. Yang menarik perhatian saya, selain judulnya yang unik, juga karena tebal bukunya tidak terlalu membuat anak kecil ketakutan ketika harus membacanya, hanya sekitar 300an lembar. 

Yah, judul novel pertama yang saya baca adalah “Diorama Sepasang AlBanna”. Jadi, latarbelakang, maksud dan tujuan yang sebenarnya saya tidak sedang membuat proposal (?) bermula ketika saya sedang belajar untuk ujian Dental Science Program, dalam case ada istilah dilatasi vascular bla bla bla bla… dan saya seketika ingat judul buku “Dilatasi Memori” seri ke 2 dari Diorama. Saya sempet cari e-book nya siapa tahu ada, sayang tidak dapat, atau lebih tepatnya tidak ngerti cara mendonlotnya. Akhirnya tadi pagi ketika saya bersilaturahim-lari minggu pagi bareng temen-temen SD, yang niatnya untuk membakar lemak tubuh, karena ibu saya berkata, "de, ko gendutan? makan aja ya?"---hati panas, ah masa ma??? ciyuss??miyapaahh??? frustasi---, lari sekitar 5 menit, sisanya jalan santai, lalu setelah itu makan bubur dan minum 500ml susu murni. Iya, iya..saya tau saya tau...anda akan berpikir, input lebih besar dari output, apa tetap akan diberi nama olahraga? saya sendiri ragu. hiks.

Nah, lupakan sejenak dengan olahraga semi gagalnya, kembali pada pernovelan. Saya jadi ingat kalau Hilda dulu beli buku Diorama dan Dilatasi atas recommend dari saya. Akhirnya, saya pinjem novel ini tadi pagi. Nah kan, silaturahim selalu membawa rezeki J


cover buku Diorama Sepasang AlBanna


Dalam waktu 4 jam, saya lahap isi novel karya Ari Nur itu. Dan setelahnya saya baru sadar sepenuhnya maksud dari novel tersebut. Dulu jaman saya masih mirip Dulce Maria nya Carita de Angel (?) saya belum ngerti maksud utama novel ini, yah namanya juga anak SMP. Sekedar ngerti ini novel roman, kisah cinta, dsb dsb. Tapi, kesan pertama selalu menempel menancap mengakar meng-adhesi-kohesi (?) di hati. kesan pertama buku ini waktu itu : ceritanya bagus.

Sadar ga sadar, saya ngerasa banyak kesamaannya dengan Inda Maharani (Rani), pemeran utama dalam novel. Seorang wanita asal kampung, yang serba biasa-biasa saja. Mencari penghidupan di ibukota sebagai arsitek junior di sebuah biro arsitektur ternama di Jakarta. Bertemu dengan seorang Ryan Fikri, seorang eksekutif muda, bos Rani, yang jenius, tampan, cool, arogan, dan sombong.  

Ryan yang kering ruhiyahnya, setelah sebelumnya menghilang dan menenggelamkan diri dari dunia dakwah, seakan menemukan telaga di tengah padang pasir ketika bertemu Rani. Memang bukan selera eksekutif muda, wanita pas-pasan, tampil ke lapangan dengan jilbab lebar dan kaos kedodoran. Tidak menunjukan smart, ataupun classy. Tapi Rani membawa idealisme yang terpupuk baik dalam dirinya. Ia menumbuhkan sebuah kehidupan tanpa menghancurkan kehidupan yang sudah ada. Di biro tempatnya bekerja, yang jauh dari kesan agamis, suasana penuh sekularisme, kemewahan, dan profit oriented.

Novel tentang kisah cinta para AlBanna, para pembangun. Ah Rani, wanita sederhana, bahkan sangat sederhana mampu menarik hati seorang Ryan. Di sisi lain, yang paling ditunjukkan dalam novel ini adalah tentang dakwah fardhiyah, tarbiyah islamiah…yang zzzzzzzzz banget waktu saya baca SMP, setelah saya baca lagi tadi, subhanallah, ceritanya mirip dengan cerita yang saya inginkan di masa depan nanti *hatsyaaahh.

Tentang membangun sebuah biro arsitektur independen, berbasis islam, dengan maksud mencetak arsitek muslim berkualitas dan berdaya saing dunia. Kisah Rani yang seorang aktivis dakwah kampus, merindukan jalan kembali, masa-masa dimana ia bebas berdakwah, dan tentang Ryan yang mantan ketua bidang kaderisasi dakwah kampus yang hanya bertahan 2 tahun untuk kemudian tenggelam bersama keterpurukan latarbelakang keluarga.

Mirip. Tentang saya yang sederhana dan biasa-biasa saja, seperti halnya Rani. Memiliki seorang Ryan yang tampan, jenius adalah harapan dan impian  meski dingin dan arogan. Tentang visi misi hidupnya, mirip. Tentang keinginan mendirikan sebuah usaha yang bergerak berbasis islam, menggerakkan roda-roda mesin para muslim yang sempat terhenti, menciptakan lapangan kerja, membentuk idealisme yang berfokus pada Illah, memiliki power untuk menggerakan, mengonsep, membuat kebijakan. Mirip mirip mirip.

Ah Rani, Ryan….. kita adalah seorang AlBanna, yang sedang berkelana untuk satu tujuan yang sama…

Terimakasih atas kisahnya, Ari Nur dan dioramanya :)

0 comments:

Post a Comment

comment this post