Monday, October 13, 2014

Ini Gigi.

Ada satu bagian dari tubuh manusia yang paling keras, yang kalau dibakar dan dikubur sekalipun, dia tidak terurai menjadi butiran debu. Satu bagian tubuh ini menjadi identitas personal setiap manusia karena kemungkinan sama dengan orang lain adalah satu banding semilyar (sotoy, tapi ya intinya langka). Dia yang selama bertahun-tahun kebelakang ini sering saya otak-atik. Sebut saja dia Gigi.

Anggap saja quote "Lebih baik sakit hati daripada sakit gigi" adalah sebuah arti denotasi murni, meskipun "hati" bisa jadi polisemi. Ngomong-ngomong, gigi manusia (yang sangat mengagumkan bagi orang semacam saya) adalah ciptaan Tuhan yang berbentuk kecil (tentu saja) dan... sakit jika berlubang. Ada banyak iklan pasta gigi yang menganjurkan untuk sikat gigi minimal 2x sekali. Pesan saya, ikutilah nasihatnya. Bukan karena biaya iklannya mahal, tapi karena ini demi kesehatan Anda sendiri.

Saya menjadi semacam geli sendiri, sekaligus miris, melihat medical record saya tentang kondisi gigi saya. Karena kelenjar ludah dan kekerasan gigi sifatnya diturunkan, mau dikata apa lagi jika kenyataannya kekuatan struktur gigi saya tidak begitu baik. Tetangga saya (tidak saya sebutkan tetangga yang sebelah mana) tidak begitu memperhatikan kesehatan giginya. Jarang sikat gigi, sehingga lukisan kuning kecoklatan terpampang nyata dan menempel erat di lapisan giginya. Jangan dibayangkan. Tapi, giginya kuat mengunyah makanan keras. Secara alamiah, gigi saya terlahir dengan bentuk yang kecil-kecil, namun memesona *ngekngekngek*sayangnya, ia rapuh. Saya tidak berani (mungkin hampir tidak pernah) menggigit apel bulat dalam satu gigitan. Mesti dipotong-potong dahulu. Kalau lihat kawan yang makan apel dengan lahap, rasanya...."how lucky you are..."

dibanding berobat ke dokter umum, saya jauh lebih banyak menghabiskan uang ke dokter gigi untuk kesehatan gigi saya. Saya mulai rutin ke dokter gigi sejak SMP. Mulai dari tambal sana sini sampai cabut! saya jorok? mungkin. Tapi kondisi air liur saya bisa saja dipersalahkan, meskipun kenyataannya saya memang jorok dan malas. Kondisi gigi saya yang sedikit tidak rapi meningkatkan resiko gigi berlubang. Makanan dengan mudah terselip dan sulit dibersihkan. Tambal, Ortho (behel), Perawatan Saluran Akar, semuanya saya jalani. Demi gigi saya yang memesona ini.

Senyum itu ibadah. Ada orang yang sulit senyum karena giginya rusak. Ada orang yang berkali-kali difoto tanpa memperlihatkan gigi. Percayalah, desain senyum yang indah akan meningkatkan kualitas hidup Anda. Dan sekalipun kekuatan gigi adalah turunan dan diluar kendali Anda, ada banyak variabel lain yang bisa Anda jaga, misalnya makanan. Dan beruntunglah kalian yang dikaruniai gigi yang sehat, sebab tidak semua orang bisa merasakannya. Ada orang yang perlu penjagaan ekstra semacam saya untuk bisa menghadirkan senyum sehat.

Orang tua saya mengupayakan yang terbaik untuk kesehatan gigi saya. Dan secara mengagumkan, saya terdampar di wahana belajar ini. Tentang gigi dan wajah. Semakin belajar, semakin merasa tidak ada apa-apanya. Apalah kita ini, hanya butiran molekul fosfat. Sekali pun, tidak bisa menentang takdir berkaitan penyakit. Jadi percayalah jika menjaga kebersihan gigi adalah upaya pencegahan paling mudah sebelum sakit gigi yang katanya lebih sakit dari sakit hati itu terjadi.

1 comment:

  1. yuk sama-sama menjaga gigi-gigi yang kita punya.

    ran

    ReplyDelete

comment this post