adakalanya yang perlu kita lakukan adalah terus memperhatikannya tumbuh, mekar, berbunga. Meskipun dalam dirinya, ia menopang ranting yang rapuh, akar yang tidak cukup kuat menembus, tidak cukup banyak bekal, sebab ia tertanam dan terlahir dari tanah yang tidak begitu subur.
Menyaksikannya tegar berdiri, terpogoh-pogoh menyatukan kepingan kekuatannya, sambil seringkali tertiup kencangnya angin, dengan akarnya yang hanya seadanya, sebab ia tidak mewarisi apapun... Mungkin saya berpikir pendek tentang "hanya sebatas itulah pemberian Tuhan untuknya", tapi betapa saya harus terkagum kagum kembali melihat daun-daunnya yang perlahan menghijau, membuat rindang tanahnya yang kering, dan menjadi payung teduh bagi tanaman liar yang justru menggerogoti dirinya. Meminta apapun yang ia punya termasuk materi dan waktunya, yang terus meminta pikirannya, yang selalu menjadi beban fokusnya.
Cukuplah menjadi pelancong yang singgah menyandar di batangnya yang kekar dan bersisik penuh kerja keras, jika tidak mampu menjadi air yang membantunya tegak dan bertumbuh pesat. Tanpa mengganggu pikirnya untuk menjadi sebaik-baik pohon yang menjulang. Cukuplah tidak menambah beban kerjanya, sebab sudah banyak yang perlu dipikirkannya; termasuk gulma yang menggerogotinya, tanah lahirnya yang kering dan akarnya yang rapuh tadi.
Semoga Tuhan membimbingnya selalu. Memantapkan hatinya, mencurahkan harapan dan tidak pernah memadamkan semangatnya. Harum namanya, bersinar manfaatnya...
Izinkan terus berbenah agar menjadi sebaik-baik air yang mengalir, menyusuri sela-sela kuatnya dirimu.
0 comments:
Post a Comment
comment this post