Saturday, January 9, 2021

Sepuluh Januari

 A Leader has to be seen.

Menikmati jalanan dalam mobil ketika Bara tertidur di bangku belakang adalah sebuah kegiatan yang menyenangkan. Jalanan macet seringkali tidak jadi masalah. Dalam mobil, tidak ada aktivitas lain yang bisa kami lakukan selain berdiskusi -tentang apa saja- yang sebagian tidak berfaedah sebagian lagi secara mengagetkan sangat membuka wawasan dan pandangan. Tapi tidak jarang diskusi berakhir dengan tebakan kira-kira, seperti bagaimana bisa tumbuh ulat dalam alpukat yang diperam? 

Pak Ryan ketika menyetir akan mengurangi frekuensi memegang handphonenya -sesuatu yang sangat sulit dilakukannya-, sehingga pembicaraan tidak banyak terdistraksi. Dan saya? 5 menit melihat layar hp di mobil akan membuat saya mabuk darat. Jadi, kalau mau berdiskusi sesuatu yang serius, kami tidak pergi ke tempat makan, tapi kami menghabiskan bensin mengendarai mobil. Tapi tentunya setelah perut kenyang. Karena rasa-rasanya, perut yang kosong akan membuat otak menjadi lebih tulalit. 

Hampir setiap berkendara, Pak Ryan akan menyetel Spotify/Podcast/Youtube yang berbobot. Dalam satu kesempatan, kami mendengarkan cerita bagaimana PT KAI bertansformasi. Saya sebagai anak kereta sejak bau kencur, saya merasakan betul perubahannya. Dalam wawancaranya, Pak Jonan berkata kira-kira seperti ini "dalam 5 tahun saya bekerja mentransformasi PT KAI, total mungkin hanya beberapa bulan saya tidur di rumah. Saya tidur di gerbong kereta, bekerja tanpa membedakan posisi. A Leader has to be seen" Setelah kalimat itu keluar, saya menelan ludah, dan Pak Ryan senyum-senyum sendiri. Bah....

Lima kali sudah saya melewati Sepuluh Januari bersama, sebagai wanitanya. Atau mungkin enam kali, jika dihitung sejak mulai mengenalnya. Semenjak menikah, tidak pernah sekalipun Pak Ryan menunggui saya di RSGM -atau setidaknya menjadi relawan pasien saya jaman koas dulu. Beruntung saat saya wisuda, dia bisa datang *lebay hahaha. Kami harus rela jadi pasangan akhir pekan, yang tidak jarang akhir pekannya pun terganggu pekerjaan. Sering sekali rasanya, kami cekcok hanya karena "KAMU PULANG TERLALU MALAM! SEKALIAN GAK USAH PULANG AJA toyibbbbb" atau karena saya terlanjur membayangkan liburan,  tapi ternyata tiba-tiba dia bilang "akang harus ke... blablabla", lalu melayanglah bantal (saya tidak berani melempar benda pecah belah, rugi kalau rusak- meski marah tetep harus perhitungan Bun). 

Lima kali melewati Sepuluh Januari, rasanya saya semakin melihat jelas dosa saya. Setiap mulut saya keluar kata-kata tidak berguna dan emosi saya meluap-luap, dia menawarkan solusi "yaudah, akang mundur aja, jadi karyawan aja supaya waktunya bisa lebih pasti, ya?" Lalu taring saya mendadak jadi tumpul. Dia tidak menikahi saya hanya untuk membatasi mimpinya, kan. Dia menikahi saya yang pendek dan tidak berbakat ini karena berharap bisa sama-sama bertumbuh. Dan saya? saya bukan parasit yang tumbuh dengan merugikan pihak lain. Banyak orang akan menjadi lebih bersemangat menyusun pencapaian ketika melewati hari kelahirannya. Dia bukan sepenuhnya milik saya, sebagian dirinya adalah miliknya sendiri, milik mimpi-mimpinya, dan milik kebermanfaatan umat. Hari ini saya merelakan ego, bahwa setiap keputusan tidak akan pernah lepas dari konsekuensi. Mengetahui konsekuensi dan memahaminya adalah bagian dari kebahagiaan menjalani hidup. 

Selamat Hari Ryan Sedunia!

0 comments:

Post a Comment

comment this post