Ketika masanya kita bertemu dalam jalan buntu yang tidak lagi saling menghubungkan hati
Membangun jalan baru bukankah adalah ikhtiar yang akhirnya
kita tempuh?
di persimpang jalan, kiri dan kanan adalah keniscayaan yang
harus kita pilih
ternyata, air yang mengalir deras dari dua arah, akan
bertemu di satu titik, menciptakan tumbukan besar yang kadang saling meniadakan.
Menghentikan laju air. Riaknya memencar, dan justru
menghancurkan.
Maka, sebaiknya diredam saja. Emosi dan prasangka kita, disembunyikan
saja.
Kita sama-sama tahu,
Bahwa ternyata, kita adalah sepasang bilangan prima yang
tidak bisa dibagi,
Kecuali oleh keras kepala kita sendiri.
Iya, kan?
tidak lagi menjadi layak untukku membuatmu meyakini apayang aku katakan atau memercayai apa yang aku lakukan
sebab aku takut jika kata-kataku hanyalah angin yang tak bermassa di pikiranmu.
sebatas itu.
kepada kamu dengan penuh permohonan.
jauhi prasangka,
dan mari kita bangun saja jalan baru kita
bukan sekedar jalanan biasa, melainkan sebuah jembatan yang menghubungkan hati kita,
satu sama lain...
....lagi.
0 comments:
Post a Comment
comment this post