Bismillah.
Bukan hal mudah untuk memutus mata rantai, memang. Menyambungnya
dengan suatu kait baru. Maka kemudian, alurnya akan kembali rapi, tertata. Itu adalah
semangat awal dari kepengurusan ini.
Telah sampai amanah ini di kepengurusan baru FOSIKAGI-Lembaga
Dakwah Fakultas : Forum Silaturahmi Mahasiswa Muslim Kedokteran Gigi- angkatan
2011 sebagai penggerak utama. Berkaca dari satu tahun kepengurusan yang lalu,
dimana saya menjadi salah satu pengurus, membuat saya ingin menata ulang semua
hal ihwal di dalam fosi.
Saya masuk sebagai mahasiswa baru, yang sedari SMA sudah
akrab dan di-akrab-i oleh suasana keislaman, karena SMA saya terhitung baik
rohisnya. Tiba-tiba sedikit kaget dengan suasana kampus yang memang sangat
individual. Saat SMA mungkin kita masih disuapi dengan makanan tarbiyah, saat
kita ‘lapar’ kakak-kakak kita sudah punya stok makanan tarbiyah untuk disuapkan
pada kita. Tapi hal itu sangat jauh berbeda dengan dunia kampus : kalau kita
tidak mencari makanan sendiri, kita bisa mati kelaparan. Tidak banyak orang
yang bisa survive dalam pencarian ini. Maka, satu persatu bisa saja gugur di
jalan ini. Saya tidak mau ini terjadi, setidaknya tidak pada diri saya dan
orang-orang yang saya sayangi.
Setahun sudah berlalu, saat saya masih jadi mahasiswi manis--
yang kemudian merasakan, mengapa dakwah ini terasa seperti sebuah Event
Organizer, sebatas menjalankan proker yang copy paste dari turunan kakak
seperjuangan. Selama program terlaksana, maka tugas sudahlah usai. Sebatas itu?
Lalu apa bedanya organisasi dakwah dengan organisasi lain –semacam BEM dan
kawan-kawannya kalau begitu?
Dakwah harus punya goal, tujuan. Output yang dihasilkan
harus bisa dioptimalisasikan. Bukan sebatas proses terlaksana, tapi output jadi
kalang kabut tidak karuan. Alur yang saya rasakan dari fosi ini masih seperti
benang kusut. Jadi tugas kita adalah membuat alur kembali.
Saya merasa miris melihat mahasiswa baru 2012 yang masih
banyak terlantar selama 5 bulan ini belum tersentuh dengan agenda tarbiyah. Fosikagi
sepi gaungnya. Tapi saya tidak bisa berbuat banyak, karena saya bukan yang
terlibat dalam pembentukan konsep –lagi-lagi saya hanya sebatas seorang EO. Saya
tidak bisa menyalahkan kepengurusan tahun lalu, tidak bisa menyalahkan system,
tidak bisa menyelahkan teman-teman yang lain. Karena yang salah adalah diri
sendiri, kenapa tahu keadaan begini, tidak berbuat apa-apa?
Dari Allah, kepada tangan-tangan kami. Semangat yang saya
lihat dari teman-teman 2011 lain di kepengurusan tahun ini semoga bisa membawa
fosi lebih hidup lagi. Dakwah tidak boleh mati, kalaupun redup, kewajiban kita
untuk menerangkannya kembali.
Bukan hal muluk-muluk yang saya inginkan untuk fosi. Saya tidak
ingin acara besar –yang didanai besar—yang dengan sukses menyita tenaga,
pikiran, emosi bahkan waktu untuk hal yang tidak punya tujuan jelas. Tugas kita
cukup ber amal makruf nahyi munkar. Tinggal dikemas seunik mungkin untuk bisa
sampai di hati mereka yang belum tersentuh.
Kalau boleh saya berkeinginan, maka hal yang paling ingin
saya lakukan dalam jangka satu tahun kepengurusan ini adalah menguatkan
internal fosi. Bagaimana cara menyatukan semangat-semangat –yang sampai detik
ini sangat saya kagumi—dari teman-teman saya. Modal komitmen mereka sudah
bulat, meskipun ilmu dan pengalaman mereka masih belum sedalam pengurus LDF
fakultas tetangga. Saya dengan senang hati mendoakan, semoga Allah membukakan
pintu hati teman-teman saya –dan juga saya—membuatnya terang benderang dengan
cahaya ilmu tentangNya.
Dan itu semua bisa didapat dengan mentoring. Satu agenda
khusus yang menurut saya adalah obat ampuh untuk berbagai permasalahan. Mungkin
tahun lalu, masih banyak pengurus yang belum mentoring, atau mentoringnya tidak
berjalan baik. Maka sekarang, saatnya kita membuat semua pengurus mentoring. Satu
kendala yang fakultas kami miliki : kekurangan mentor. Tapi toh Allah beri
jalan, kami bisa meminta mentor dari FKDF –LDF se univ- Tiada kesulitan, tanpa kemudahaan bersamanya.
Semangat untuk membuat mentoring menjadi candu bukanlah hal
yang mudah. Butuh waktu, butuh kesabaran. Tapi percayalah, siapapun yang
membaca ini. Bahwa ada keindahan tersendiri dalam mentoring yang tidak bisa
kita dapat dari kegiatan lain. Saya memang bukan sosok ideal yang berhak
menasehati ini itu. Saya banyak cacatnya, tapi setidaknya saya punya keinginan.
Keinginan saya sederhana. Saya hanya ingin melihat mereka, teman-teman saya,
merasakan apa yang saya rasakan : indahnya mentoring.
0 comments:
Post a Comment
comment this post