Sejak ribuan tahun sebelum masehi, sudah terkenal sebuah kutukan yang sangat mengganggu kehidupan manusia. Mitos dari berbagai bangsa bermunculan, mereka mencari banyak cara supaya terhindar dari sesuatu yang dianggap "kutukan" ini.
Kutukan itu bernama : Bau Mulut.
Jauh-jauh hari, sekitar 1000 tahun sebelum masehi, bangsa Yunani sudah berusaha menghilangkan bau mulut dengan menggunakan susu kambing dan kedelai sebagai obat kumur. Penduduk Irak memercayakan cengkeh, sedangkan orang-orang Cina buru-buru mengunyah cangkang telur untuk menetralisir bau mulut. Bahkaaaan, bangsa Romawi menambahkan urin manusia sebagai obat kumurnya. YAKS! Kreativitas manusia memang sungguh cemerlang. Kadang berlebihan.
Lalu, sebenarnya apa itu bau mulut? kenapa terdengar mengerikan, bahkan orang-orang Yahudi dahulu diperbolehkan menceraikan pasangannya jika ia kedapatan mengidap bau mulut. Sadis.
Bau mulut atau yang dikenal dengan istilah halitosis atau breath malodor atau fetor oris atau nafas naga, atau jungle mouth, atau apapun, you name it, sebenarnya hanyalah persepsi subjektif. Karena kesubjektifan yang seringkali membingungkan itulah, maka para pakar sepakat untuk membagi halitosis menjadi tiga kelompok.
Pertama, Genuine halitosis adalah halitosis yang benar-benar nyata, ada, tercium, bahkan terukur dengan parameternya sendiri, dengan alat ukur yang (sayangnya-sepertinya) hanya tersedia di negara-negara maju. Sepanjang sepak terjang di dunia kedokteran gigi, saya belum pernah lihat halimeter atau portable gas chromatograph terpampang cyantikk di klinik-klinik gigi Indonesia
Kedua, Pseudohalitosis adalah ketika orang-orang merasa sangat menderita karena merasa nafasnya bau, padahal setelah diperiksa, nafas mereka sebenarnya baik-baik saja.
Ketiga, Halitophobia, mereka menderita bau mulut, lalu diobati dan nafasnya sudah kembali normal, tapi pasien ini masih keukeuh merasa dia bau mulut. Seakan-akan bau itu menghantui hidupnya, dan mereka merasa menderita karena terlalu takut yang berlebihan. Jangan cari dokter gigi, sebaiknya cari psikolog saja.
di Amerika sendiri, orang berbondong-bondong menghabiskan satu juta dolar uang mereka demi membeli produk-produk "deodoran" untuk nafas mereka. Padahal produk-produk itu hanya menutupi secara superfisial, tidak efektif dan buang-buang uang, sungguh sebuah fenomena "inefficient masking attemps"
Sekarang, bayangkan bau-bauan yang paling busuk yang pernah kita cium, sampah? daging busuk? feses?
semua bau-bauan busuk itu berasal dari aktivitas mikroorganisme, khususnya bakteri. Bakteri-bakteri "bau busuknya sampah, daging busuk, dan feses" adalah bakteri-bakteri yang mirip dengan yang hidup lingkungan mulut. Faktanya, lingkungan mulut manusia sejatinya merupakan pabrik terbesar berpenduduk jutaan mikroba, baik virus, jamur, protozoa maupun bakteri. Tapi mereka bukanlah pengungsi, mereka adalah penduduk pribumi tubuh kita yang keberadaannya sangat vital diperlukan, benar-benar kita butuhkan, mulai dari proses mengunyah dalam mulut, sistem pencernaan, hingga pencegahan penyakit.
Jadi, bagaimana bau-bauan dari mulut itu diproduksi?
Bakteri, -tentu saja- memerlukan makanan. Untuk keberlangsungan hidupnya, bakteri memerlukan atktivitas metabolisme dengan memakan sisa-sisa makanan, lendir, maupun jaringan mati dalam mulut kita. Semua bahan makanan itu di absorpsi di membran sel bakteri, lalu mereka memecah komponen asal makanan berupa zat organik (misalnya protein) ke dalam bentuk molekul yang lebih kecil (misalnya asam amino). Serangkaian proses degenerasi proteolitik ini menghasilkan produk sampingan yaitu hydrogen sulfide yang terselundup di air liur, tumpukan epitel, cairan gusi, bahkan darah.
Mari berkenalan terlebih dahulu dengan para bakteri yang secara normal dan damai hidup di mulut kita. Phorphyromonas gingivalis, Prevotella intermedia, Aa comitans, dan Fusobacterium nucleatum, mereka bakteri normal tapi sayangnya bersifat oportunis. Saat lingkungan mulut mulai tidak bersahabat, mereka menjadi sedikit liar. Mereka semua adalah bakteri yang memproduksi Volatile Sulfur Compound/VSC, si cikal bakal asal muasal bau itu berasal. Sebenarnya mereka sudah begitu baik menjaga iklim mulut kita tetap harmonis, seimbang, sehat bersahabat. Tapi tentu saja mereka akan marah dan mengubah diri mereka menjadi "bad guy" bila lingkungannya terganggu. Perubahan lingkungan ini mayoritas diakibatkan oleh tindakan kita sendiri. Sedih ya. Beberapa penelitian mengatakan mayoritas bau mulut berasal dari gigi yang berlubang, 51% berasal dari lidah yang kotor, 13% karena gusi yang bermasalah dan hanya 4% yang diakibatkan oleh penyakit sistemik.
Iya iya. Bahasannya mulai terasa terlalu berat.
Kamu pusing? saya jugaaa...
intinya... Hilangkan penyebab.
Jika ada gigi yang berlubang, segera tambal sebelum terlambat. Karena kalau sudah kena saraf gigi, pilihannya hanya dilakukan perawatan saluran akar yang harganya jutaan itu, atau.. menunggu gigi mati membusuk.
Karena lidah ibarat karpet luas tempat para bakteri leyeh-leyeh dan membentuk pasukan kolonisasi, maka lidah yang kotor adalah sumber bau mulut. Kita hanya perlu menyikat lidah, cukup menggunakan sikat gigi, disapukan ke arah luar.
Karang gigi adalah miniatur benteng cina dalam mulut, bakteri tumbuh dengan montok di suasana gigi yang kotor. Jangan tanya seberapa baunya nafas orang dengan karang gigi yang berdiri kokoh. Cukup lakukan pembersihan karang gigi, lalu maintain dengan sikat gigi rutin sehingga karang gigi tidak terbentuk lagi.
Jika perlu, tambahkan antimicrobial agent, misalnya obat kumur Chlorhexidine, gunakan tongue scraper, dental floss dan tentu saja, sarapan yang bergizi :)
itulah hal-hal sederhana yang bisa kita usahakan untuk menghilangkan bau mulut. Sebenarnya simpel, cuma keseringan malas. Jadinya bablas.
Seringkali penderita bau mulut justru tidak menyadari nafasnya bau.. ngegemesin banget :"
sebenarnya mereka bisa saja melakukan tes dengan menutup mulut dengan tangan mereka lalu menghembuskan nafas, kemudian cium baunya. Tapi ternyata cara ini kurang efektif. Mungkin bau itu sudah teraklimatisasi dan familiar menyatu dengan aroma dirinya :)
Jadi, kita hanya perlu menarik nafas dalam-dalam.. lalu hembuskan... di depan orang lain. Lalu tanyakan reaksi orang tersebut. Itulah sebaik-baik dan semurah-murah tes yang tersedia :)
Jangan pernah lupakan bahwa penciuman adalah indera primitif yang didapat sejak lahir dan berperan dalam "menarik perhatian"
Bagaimana dengan bau dari jengkol dan petai yang termahsyur itu? Kita bisa sedikit lebih lega karena bau-bauan itu bersifat fisiologis, sehingga hanya hadir sementara. Tentu saja, seperti rindu, hanya waktu yang dapat mengobatinya :)
*note : akhirnya.... setelah ratusan purnama, saya mulai menulis yang agak serius dikit. Rasanyaaa seperti... terlahir kembali hakshakshaks... senangnyahatimamak :*