Tuesday, August 7, 2012

GENTALA

dalam artikulasi sebuah pertemuan, ada frekuensi yang saling melemahkan.
tentang pelaku, tentang sistem, tentang para bayangkara
begitupun kesalahsasaran tentang objek yang menjadi tujuan perkara
manusia dituntut untuk menjadi hamba yang menghamba, menjadi insan yang bermanfaat
maka, sekali waktu, kita berlomba untuk menebar manfaat di muka bumi yang semakin tua dan bosan diperhambakan.
pemuda, adakalanya seperti kita, hidup dan merasa dihidupi oleh lingkungan luar,
oleh kampus, oleh organisasi, oleh kamar singgah, oleh tempat perkumpulan teman-teman dekat.
hingga dua puluh empat jam habis tersita dengan segudang aktivitas, kadang lupa bahwa diri punya tempat pulang bernama rumah.
dimana ibu merindu, ayah menunggu, adik kakak sanak saudara berharap mendengar monodrama tentang pagi hingga kembalimu.
kita merasa repot, merasa sibuk,
haa, sibuk bermanfaat untuk orang lain, untuk yang di kampus sana, di organisasi sana, di tempat perkumpulan sana.
terkadang,  ibu ayah saja masih terbengkalai
boleh jadi kita berlomba menjadi sebaik-baik manusia : yang paling bermafaat
tapi ada pemahaman yang harus kita pertanyakan, tentang objek yang menjadi tujuan utama
sudikah, bila yang terdekat terlalaikan haknya untuk diberi manfaat?
di batas waktu untuk mereka yang serba terhimpit, serba sempit, serba sedikit
seyogyanya kita meluangkan diri memenuhi tuntutan kebermanfaatan
untuk orang-orang terkasih terlebih dahulu
merekalah yang seharusnya merasakan hadirnya kita, lebih dari siapapun.

kita bukan gentala,
kita adalah nahkoda, kita adalah masinis, kita adalah pilot
kita yang menentukan, kemana saja arah kendaraan iman akan dimanfaatkan.

0 comments:

Post a Comment

comment this post