Namanya Hayat. Gadis cantik lagi pintar. Untuk gadis
seusianya, hidup di bawah bayang-bayang paham wanita Iran benar-benar
mengerikan, paham bahwa seorang gadis tidak perlu menuntut ilmu terlalu tinggi,
mereka hanya perlu mengatur kepastian esok
dapurnya bisa berasap.
Hari itu, segalanya terasa lebih berat. Ayahnya sakit,
ibunya harus mengantar ayahnya menemui dokter. Dengan segala tanggung jawab
yang melekat, Hayat disuruh menjaga rumah dan adik-adiknya serta dilarang pergi
ke sekolah, sekalipun ia telah berteriak bahwa hari itu ia ada ujian penting.
Hayat tidak melupakan tugasnya untuk memberi pakan sapi dan ayam ternak
keluarganya, memeras susu sapi untuk adiknya, menimba air, dan membereskan
rumah.
Dengan segala payah yang ada, satu per satu pintu rumah ia
ketuk untuk sekadar menitipkan adiknya yang bayi selama satu jam, sebab ia
harus mengikuti ujian. Tapi justru, satu per satu pula kekecewaan ia dapatkan.
Sebagian telah pergi ke ladang, sebagian justru menasihatinya untuk tidak perlu
bersekolah, gadis seusianya harusnya sudah dilamar. Terpaksa Hayat membawa adik
yang paling kecilnya ke sekolah, meminta izin pada penjaga ujian untuk membawa
serta Nabat saat ujian. Jelas permintaannya ditolak. Ujian akan tetap dimulai
beberapa menit lagi. Hayat dipastikan telat.
Kecerdasaan memang menjadi bagian dirinya, terberkahilah ia.
Dengan mengaitkan tali temali, ia membuat ayunan di pepohonan besar dekat
jendela kelas, talinya dikaitkan pada kursi Fatimeh, dan bila adiknya menangis,
seseorang hanya perlu menarik talinya, maka ayunan itu akan bergerak naik
turun. Hati penjaga ujian luluh, tangannya sendirilah yang menarik ulur
temalinya. Dengan sisa waktu yang serba sedikit, Hayat mencoba memenuhi
keinginannya untuk bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan.
Semangatnya memang
sempat kering, sekering tanah Iran yang mengerikan. Tapi harapannya kembali
bersinar, mematuk dan membangkitkan kembali semangat para kaum Hawa di seluruh muka
bumi yang sempat mati suri, untuk menjadi Hayat-Hayat lain yang bermekaran.
0 comments:
Post a Comment
comment this post