Setelah mobil, rumah, handphone, uang bensin, biaya masuk tol semua gratis untuk mereka, kini rakyat harus menanggung biaya milyaran rupiah untuk kalender, kursi, dan wc bagi anggota dewan yang terhormat...
Miris ya?
Ditengah-tengah masyarakat yang serba berat
sebelah, tuan-tuan masih saja bisa menggerogoti sisa-sisa dana yang bukan haknya. Bukan bermaksud untuk so
tahu, sebab ilmu yang saya punya untuk urusan yang
demikian rumit ini tidak cukup. Saya tidak begitu mengerti bahkan tidak
tertarik untuk mempelajari segala sesuatu tentang ranah politik. Saya hanya
ingin menilai dari sudut pandang orang awam, yang kesimpulannya hampir sama
rata untuk seluruh orang awam di Indonesia : DPR banyak makan uang rakyat.
Kata
orang, sistem yang baik itu perlu ada
pemimpin dan ada yang dipimpin. Nih, ceritanya tuan-tuan disana bekerja
sebagai pemimpin rakyat. Nah saya sebagai rakyat biasa akan bertindak sebagai
orang yang dipimpin. Ga bagus kan kalau semua ingin memimpin, tapi tidak ada
yang mau dipimpin. Kecuali memimpin disini diartikan sebagai seni untuk mencari
kedudukan, materi, dan kehormatan. Maka semua orang akan berlomba untuk bisa
memimpin.
Saya sih kasihan sama mereka, setiap
diberitakan media pasti tentang hal yang buruk-buruk. tentang korupsi suap sana suap sini, tentang minta naik gaji minta tunjangan baru, tentang kunjungan kenegaraan plus plus, plus main main menjelajah lintas benua. Jangan-jangan
pemberitaan berikutnya mereka minta sepatu dan baju dinas baru setiap lebaran
datang (?).
Iwan Fals bilang, wakil rakyat seharusnya merakyat, jangan tidur waktu sidang soal rakyat. Kasian, mereka molor mungkin semaleman sibuk membereskan laporan hasil rapat, mungkin semaleman sibuk nonton Barcellona vs Madrid, mungkin semaleman sibuk main gapleh sama tetangga, atau mungkin semaleman sibuk sembahyang sepertiga malam (?). mungkin ga?
Kasihan. Semuanya buruk.
Kapan pemberitaan bagusnya?
Siapa yang harus disalahkan?
Media? Yang selalu memperbesar masalah,
merunyamkan berita tentang prestasi dan menjelaskan berita tentang kejahatan profesi. Sebab masyarakat awam
seperti saya cuma bisa menilai kinerja mereka lewat pencitraan media. Lha kalau
mau menilai langsung bagaimana caranya.
Eh orang awam, tau ga? Mereka untuk
mendapatkan posisinya itu harus lewat perjuangan keras! Mereka harus jual
sawah, jual tanah, jual rumah, bahkan jual harga diri(?). Bagaimana tidak,
orang awam seperti kami yang menjadi sasaran empuk penjualan harga diri dan
kebegoan mereka untuk menyuap limapuluh sampai seratus ribu perak demi
memilihnya kelak. Lagian mau aja jadi orang bego, yang siap sedia disogok.
Lama-kelamaan lingkaran setan ini kapan putusnya. Mereka kan dipilih ya sama
kita juga. Jadi, siapa yang bego?
Ngomongin kaya gini ga ada abisnya ya? Maklum,
judulnya aja lingkaran setan, lingkaran ga ada ujungnya. Kecuali ya ada yang
MAU dan BISA untuk memutuskannya. jangan jadikan kisah ini menjadi sejarah yang dipertahankan, semacam folklore, cerita rakyat yang diwariskan secara turun temurun, dari kabinet terdahulu hingga sekarang.
Jangan langsung memvonis mereka yang salah,
meski mereka memang pasti salah (?). kita nya sendiri yang bandel. Nonton bola
aja mesti rusakin lapangan. Demonstrasi aja mesti bakar gedung. Hobinya tawuran, judi, mabuk saat nyetir, sama
curi sendal polisi. lha, diajak sembahyang mengaji ditolak mentah-mentah.
Ga asik memang ngomongin ginian, susah ditebak
siapa yang salah. Mending ngomongin masa depan, siapa tau 10 tahun 15 tahun
kedepan, model anggota dewan yang sekarang bersih dari ranah perpolitikkan
dengan digantikannya mereka oleh sosok pemuda seperti saya (?)
Mau melenceng dikit, everything happens for a
reason kan ya? Kita harus tau, penyebab utama kenapa ga rakyat ga pemimpin kita
itu bandel luar biasa, jangan-jangan waktu kecilnya juga emang bandel. Tugas
siapa dong kalau gitu? Jelas, balik lagi ke tugas mendidik oleh orang tua. Hey
calon ibu calon bapak, anak usia 0-5 tahun ada di masa golden age, pembentukan
karakter, dan pembelajaran paling efektif. Setelahnya mereka akan belajar dari
lingkungan, pengalaman, dan pemahaman sendiri. Fungsi orang tua bukan hanya
kasih mereka makan, membayar uang sekolah, dan ngasih kamar 3x4m buat mereka
tidur. Jauh lebih dari sekedar itu.
Buah jatuh ga jauh dari pohonnya. Like father
like son. Untuk perubahan sistem, kontrol dulu perubahan
perangkat-perangkatnya. Siapa yang bisa mengontrol pribadi seseorang selain
dirinya sendiri dan orang terdekatnya? Siapa orang terdekatnya? Jelas
keluarganya. Masa saya mau ngontrol perkembangan cucunya SBY, ya kan ga
mungkin.
Jadi, tugas orang awam kaya kita apa? Pertama,
ya jangan bangga jadi orang awam, sebab Allah menyukai dan meninggikan derajat
orang-orang yang berilmu. Kedua, jadi warga yang baik dan ga bandel, jangan
hobi bela-belain Persib dan mengutuk wasit sempai titik darah penghabisan
padahal ya emang mainnya mungkin lagi jelek. Ketiga, jadilah sosok calon orang
tua yang mengerti urgensi mendidik dan membentuk karakter, sebab dari rahim ibu
lah akan lahir sosok pembaharu dan dari didikan ayah lah akan hadir calon pemimpin yang diharapkan. Dan keempat, kelima, keenam, sapai ke berapapun, itu tugas
masing-masing untuk membuat list. Tapi yang paling penting dari semuanya,
jadilah pribadi yang dekat dengan Tuhannya, ini bukan tugas orang kita aja, ini
tugas semua makhluk hidup, semua!
Udah, segitu doang tulisan panjang agak
lumayan sedikit rada ga ada isinya ini. Semoga bermanfaat, yang salah jelas
datangnya dari saya, yang benar selalu datang dari Allah azza wa jalla...