Sunday, January 29, 2012

FOLKLORE

Setelah mobil, rumah, handphone, uang bensin, biaya masuk tol semua gratis untuk mereka, kini rakyat harus menanggung biaya milyaran rupiah untuk kalender, kursi, dan wc bagi anggota dewan yang terhormat...
Miris ya?

Ditengah-tengah masyarakat yang serba berat sebelah, tuan-tuan masih saja bisa menggerogoti sisa-sisa dana yang bukan haknya. Bukan bermaksud untuk so tahu, sebab ilmu yang saya punya untuk urusan yang demikian rumit ini tidak cukup. Saya tidak begitu mengerti bahkan tidak tertarik untuk mempelajari segala sesuatu tentang ranah politik. Saya hanya ingin menilai dari sudut pandang orang awam, yang kesimpulannya hampir sama rata untuk seluruh orang awam di Indonesia : DPR banyak makan uang rakyat.

 Kata orang, sistem yang baik itu perlu ada  pemimpin dan ada yang dipimpin. Nih, ceritanya tuan-tuan disana bekerja sebagai pemimpin rakyat. Nah saya sebagai rakyat biasa akan bertindak sebagai orang yang dipimpin. Ga bagus kan kalau semua ingin memimpin, tapi tidak ada yang mau dipimpin. Kecuali memimpin disini diartikan sebagai seni untuk mencari kedudukan, materi, dan kehormatan. Maka semua orang akan berlomba untuk bisa memimpin. 

Saya sih kasihan sama mereka, setiap diberitakan media pasti tentang hal yang buruk-buruk. tentang korupsi suap sana suap sini, tentang minta naik gaji minta tunjangan baru, tentang kunjungan kenegaraan plus plus, plus main main  menjelajah lintas benua. Jangan-jangan pemberitaan berikutnya mereka minta sepatu dan baju dinas baru setiap lebaran datang (?).

Iwan Fals bilang, wakil rakyat seharusnya merakyat, jangan tidur waktu sidang soal rakyat. Kasian, mereka molor mungkin semaleman sibuk membereskan laporan hasil rapat, mungkin semaleman sibuk nonton Barcellona vs Madrid, mungkin semaleman sibuk main gapleh sama tetangga, atau mungkin semaleman sibuk sembahyang sepertiga malam (?). mungkin ga?


Kasihan. Semuanya buruk.

Kapan pemberitaan bagusnya?

Siapa yang harus disalahkan?

Media? Yang selalu memperbesar masalah, merunyamkan berita tentang prestasi dan menjelaskan berita tentang  kejahatan profesi. Sebab masyarakat awam seperti saya cuma bisa menilai kinerja mereka lewat pencitraan media. Lha kalau mau menilai langsung bagaimana caranya.

Eh orang awam, tau ga? Mereka untuk mendapatkan posisinya itu harus lewat perjuangan keras! Mereka harus jual sawah, jual tanah, jual rumah, bahkan jual harga diri(?). Bagaimana tidak, orang awam seperti kami yang menjadi sasaran empuk penjualan harga diri dan kebegoan mereka untuk menyuap limapuluh sampai seratus ribu perak demi memilihnya kelak. Lagian mau aja jadi orang bego, yang siap sedia disogok. Lama-kelamaan lingkaran setan ini kapan putusnya. Mereka kan dipilih ya sama kita juga. Jadi, siapa yang bego?

Ngomongin kaya gini ga ada abisnya ya? Maklum, judulnya aja lingkaran setan, lingkaran ga ada ujungnya. Kecuali ya ada yang MAU dan BISA untuk memutuskannya. jangan jadikan kisah ini menjadi sejarah yang dipertahankan, semacam folklore, cerita rakyat yang diwariskan secara turun temurun, dari kabinet terdahulu hingga sekarang.

Jangan langsung memvonis mereka yang salah, meski mereka memang pasti salah (?). kita nya sendiri yang bandel. Nonton bola aja mesti rusakin lapangan. Demonstrasi aja mesti bakar gedung. Hobinya tawuran, judi, mabuk saat nyetir, sama curi sendal polisi. lha, diajak sembahyang mengaji ditolak mentah-mentah.
Ga asik memang ngomongin ginian, susah ditebak siapa yang salah. Mending ngomongin masa depan, siapa tau 10 tahun 15 tahun kedepan, model anggota dewan yang sekarang bersih dari ranah perpolitikkan dengan digantikannya mereka oleh sosok pemuda seperti saya (?)

Mau melenceng dikit, everything happens for a reason kan ya? Kita harus tau, penyebab utama kenapa ga rakyat ga pemimpin kita itu bandel luar biasa, jangan-jangan waktu kecilnya juga emang bandel. Tugas siapa dong kalau gitu? Jelas, balik lagi ke tugas mendidik oleh orang tua. Hey calon ibu calon bapak, anak usia 0-5 tahun ada di masa golden age, pembentukan karakter, dan pembelajaran paling efektif. Setelahnya mereka akan belajar dari lingkungan, pengalaman, dan pemahaman sendiri. Fungsi orang tua bukan hanya kasih mereka makan, membayar uang sekolah, dan ngasih kamar 3x4m buat mereka tidur. Jauh lebih dari sekedar itu.

Buah jatuh ga jauh dari pohonnya. Like father like son. Untuk perubahan sistem, kontrol dulu perubahan perangkat-perangkatnya. Siapa yang bisa mengontrol pribadi seseorang selain dirinya sendiri dan orang terdekatnya? Siapa orang terdekatnya? Jelas keluarganya. Masa saya mau ngontrol perkembangan cucunya SBY, ya kan ga mungkin.

Jadi, tugas orang awam kaya kita apa? Pertama, ya jangan bangga jadi orang awam, sebab Allah menyukai dan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu. Kedua, jadi warga yang baik dan ga bandel, jangan hobi bela-belain Persib dan mengutuk wasit sempai titik darah penghabisan padahal ya emang mainnya mungkin lagi jelek. Ketiga, jadilah sosok calon orang tua yang mengerti urgensi mendidik dan membentuk karakter, sebab dari rahim ibu lah akan lahir sosok pembaharu dan dari didikan ayah lah akan hadir calon pemimpin yang diharapkan. Dan keempat, kelima, keenam, sapai ke berapapun, itu tugas masing-masing untuk membuat list. Tapi yang paling penting dari semuanya, jadilah pribadi yang dekat dengan Tuhannya, ini bukan tugas orang kita aja, ini tugas semua makhluk hidup, semua!

Udah, segitu doang tulisan panjang agak lumayan sedikit rada ga ada isinya ini. Semoga bermanfaat, yang salah jelas datangnya dari saya, yang benar selalu datang dari Allah azza wa jalla...




4 comments:

  1. random sekali, berbicara setaunya saja.

    ReplyDelete
  2. woohoo, gaya lah bahasan nya politik sekarang mah, berat :p

    ReplyDelete
  3. ceritanya politik, tapi ga ada unsur politiknya tau kang haha. ujung-ujung nya mah pembinaan lagi :D

    ReplyDelete
  4. oh gitu ya? hmm... *mikir*

    ReplyDelete

comment this post