Widih, dahsyat! melihat foto-foto
lama kembali, membuka catatan-catatan yang rapi tersimpan dalam locker otak
sejak lama,dor! bercokol keluar.
Menemukan harta karun dari negeri
tempat kuda delman bersahaja dipekerjakan dan batu-batu setia pada tuannya
membuat undakan demi undakan, dari negeri dimana harga cumi asam manis hanya
limaribu rupiah saja, dari negeri tempat bencong dengan leluasa memamerkan jakun, bulu kaki, dan bulu dadanya, menyanyi
dan menari di pinggir-pinggir pedagang
yang menjajakan batik-batik negeri atau dipinggir orang-orang yang
melahap lapar makanannya, dari negeri yang katanya banyak berdiri perguruan
tinggi, iya, dari Jogjakarta.
Tidak pernah ke Jogjakarta dengan
rencana liburan, selalu karena ada agenda hal perihal lain. diantaranya karena
studi banding, atau karena perlombaan. Melihat foto yang satu ini, mengingatkan
saya pada salah satu kejadian dan pengalaman paling menyenangkan selama
sembilan belas tahun saya menghirup oksigen.
Hari itu, saya dipanggil teman
saya untuk diikutsertakan dalam perlombaan tahunan Fakultas Kedokteran
Universitas Gajah Mada, yaitu NOMS (National Olympiade of Medical Science)
–perlombaan medical science lingkup Nasional. Bengong! BINGO! Medical science?
Are you kidding me??? Saya, seorang yang buta masalah dunia per-biologi-an
apalagi per-kedokteran pada saat itu cuma bisa nanya, is that serious?
Jadi ternyata, perlombaan ini
tidak murni 100% mengenai biologi kedokteran, sekitar 10% diantaranya membahas
kimia dan 10% lagi membahas fisika. Saya yang notabene dulu di SMA adalah orang
yang ikut (-ikutan) olimpiade fisika, diajak guru pembina, Bu Budi, untuk ikut
lomba ini.
|
National Olympiad of Medical Science 2011 |
Syukur alhamdulillah ada yang mau
menerima saya sebagai anggota kelompok, haha (padahal dipasang-pasangin sama Bu
Budi sih -__-) saya sekelompok dengan Della dan Agustina. Mereka berdua memang
spesialisasi olimpiade biologi. Setau saya, semua yang ikut memang ahli biologi
(mungkin kecuali saya, marcel, tuba yang dari fisika dan gema yang dari kimia,
tapi mereka semua kecuali saya udah master tingkat langit ketujuh)
Singkat cerita, SMAN 3 Bandung
mengirimkan banyak tim. Seleksi awal dilaksanakan. Oh, biadab! sungguh terlalu.
Seleksi awalnya bukan secara tim, melainkan individu. Setiap individu dari
masing-masing tim akan di tes mengisi soal pilihan ganda sendiri-sendiri, yang
nantinya nilainya akan diakumulasikan dengan anggota satu tim lainnya.
Parahnya, itu soal tipe minus, kalau salah minus, kalau tak diisi kosong, kalau
diisi ya dapat poin. Kalau sampai saya memberikan skor akhir minus, mau dibawa
kemana pertanggungjawaban saya pada kelompok saya??? huuuh. Allah menakdirkan
soal-soal yang saya isi benar. Keajaiban! Akhirnya tim saya lolos seleksi awal.
Ada lima tim dari SMAN 3 Bandung
yang lolos ke Jogjakarta. Sekitar tiga hari kami menginap di Jogja. Kami pergi
membawa amanah besar, sebab tahun lalu, SMAN 3 Bandung menjadi juara umum, dan
membawa pulang piala bergilir. Tahun itu, harusnya kami mempertahankan piala
besar itu menetap di ruang dimana piala-piala dikoleksi di sekolah kami.
|
dendra yang terobsesi membawa balik piala bergilir |
|
pria-pria galauu |
|
suasana di kereta |
Sesampainya di stasiun Jogja,
saya bingung, lho ini sebenarnya lomba atau pengajian? Kami pergi ke mushola
stasiun untuk sholat ashar, kemudian membuka almatsurat dan membacanya
bersama-sama. SUBHANALLAH! Ternyata MAYORITAS –tidak semua- dari kami yang
lolos adalah anak DKM! Bravoooo!
|
membaca almatsurat selepas ashar :') |
Mari saya perkenalkan mereka.
Mereka semua calon orang-orang sukses, sungguh, insyaAllah
Tim 1 : tuba (STEI ITB), dendra
(STEI ITB), Nucifera (SF ITB)
Tim 2 : Astika (FK Unpad), Iqbal
(masih kelas 3), Marcel (FTSL ITB)
Tim 3 : Juan (HI Unpad), Citra
(FK Unpad), Candra (STEI ITB)
Tim 4 : Della (FTI ITB), Agustina
(masih kelas 3), detin (FKG Unpad)
Tim 5 : Lisha (FK Unpad), Gema
(FTMD ITB), Fitri (Teknik Mesin National University of Singapore)
Aaaaah, keren kan merekaaaa..
Kami menginap di penginapan
langganan SMA 3 kalau ikut NOMS (katanya), lupa apa nama penginapannya, tapi
bagus hehe.
|
lobby nya kali ya |
Nah, seleksi berikutnya, menjawab
soal dengan batas waktu sekian detik di layar yang akan menghilang dengan
sendirinya jika waktunya habis. Alhamdulillah saya setim dengan wanita lemah
lembut cangkang keok, anggun gemulai bak putri solo. Mereka mengerti bahwa
kompetensi saya bukan di biologi, saya akan menjawab sebisa saya, terutama
dalam soal hitungan. Ketika ada soal biologi yang sulit, mereka akan
mendiskusikannya berdua, saya manggut-manggut saja, giliran ada soal hitungan
saya belepotan ngitung.
Dari lima puluh tim (kalau ga
salah) yang lolos ke Jogjakarta senasional, akan diseleksi menjadi duabelas tim
saja. Setelah ikhtiar dimaksimalkan kami tawakal, karena soalnya isian, bukan
PG jadi ga bisa ngasal. Lalu menunggu
pengumuman membuat perut mulas. Tau? Tim kami pesimis lolos. Apalagi saya,
mental awal aja datang kesana untuk memenuhi tuntutan tim, bukan karena ada passion
untuk menang, sama sekali tidak. Sebab, Bu Budi sudah mendesain dua kelompok
teratas (kelompoknya tuba sama marcel) sebagai tim unggulan, ya mungkin sisanya
hanya beruntung lolos seleksi awal saja hahaha *miris* iya lah, secara, tim 1
tuba, nuci, dendra masteeer biologi semua, tim 2 marcel, astika, iqbal
pinternya ga kebayang lagi.
Pengumuman ditempel di mading
sore harinya, semua berkerumun, anak sekolah lain ada yang memanggil-manggil
teman satu timnya melaporkan bahwa mereka lolos, ada juga yang dengan berbesar
hati menerima nomor timnya tidak ada di list mading.
Suer, saya asli sakit perut
mendengar bahwa ternyata : yang lolos itu adalah dua tim terakhir!! Tim yang
sama sekali tidak pernah dibayangkan akan lolos dua belas besar. Artinya, tim
saya lolos!! ALLAHUAKBAR!! Terlihat wajah kecewa jelas di wajah Bu Budi,
mungkin beliau berfikir kami tidak bisa banyak diharapkan -___-. Apa ini? Ada
konspirasi apa? mengapa dua tim jagoan tidak lolos??? Kenapa oh kenapa? Saya
ingat sekali wajah dendra yang membawa misi kemenangan sejak keberangkatan
ternyata gagal meraihnya. Cupp cup cupp.. dia jadi galau.
Nah, masalahnya, tim saya lolos.
Itu masalah buat saya. mendadak ingin pulang saja. Ingin mengurung diri di
kamar mandi, sebab seleksi selanjutnya adalah cepat tepat, dan ada bagian saat kita
presentasi sendiri-sendiri dari satu kasus yang diberikan. Matilah kau det, mau
ngomong apa nanti.
Malam harinya sebelum esok tanding, kami pergi "refreshing" sekadar mencari makan di pinggir jalan Jogja
|
suasana makan-makan :) |
|
suasana naik becak malam hari |
|
Add caption |
setelah pulang, di kamar, satu
kamar diisi oleh dua orang, saya satu kamar dengan Astika. Beliau yang sudah
ahli dalam biologi membantu saya menurunkan panas demam saya akan kekhawatiran
nasib harga diri saya besok. Saya seperti tong kosong, tidak tahu menahu
masalah biologi. Akhirnya pembagian bab diberikan, saya kebagian peredaran
darah dan eeem apa ya lupa. Dengan buku campbell di tangan, semalaman saya
belajar peredaran darah dan embel-embelnya. Saya sempat berbicara pada tika
“Tik, bisa ga kamu aja yang gantiin aku besok? Aku ga siap, ga tau apa-apa”
Tika bilang, saya pasti bisa.
Yipppiiii. Entah kenapa, saya ingin mempelajari
jantung lebih dalam saat membaca campbell. Akhirnya saya mendengarkan kuliah
dari Tika tentang jantung, sesekali membaca keras-keras isi buku sampai tidak
nafsu makan malam. Kami sholat Isya berjamaah (saya, tika, juan, citra, yang
memang sudah biasa kalau nginep bareng di AF, berjamaah) kemudian malam harinya
tahajud bareng tika. Aaah, so sweeeet :’)
|
ruang kamar saya |
Hari berikutnya benar-benar tiba.
khawatir binti degdegan. Cepat tepat, babak awal dimulai. Dengan sangat
menyesal, saya tidak bisa membantu banyak, sebab soal-soalnya terdengar seperti
soal yang turun dari planet merkurius, panas membara, suhunya tak pantas ada di
bumi ini. Enyahkan!
|
when you can't say any single word |
Alhasil, dari empat kelompok,
(ada tiga sesi, satu sesi empat kelompok, dipilih satu kelompok terbesar
nilainya, sehingga total ada tiga kelompok yang maju ke babak final) kelompok
kami mendapat nilai terendah di babak cepat tepat. Maaf yaaa : (((
Berikutnya, babak presentasi,
satu kelompok diberi kasus, untuk didiskusikan bersama tim, membuat alur, untuk
kemudian dipresentasikan di depan juri dan penonton. Aduh, beri aku muka kulit
badak!!!!
Akhirnya, tiba saatnya tim kami
menerima kasus. Ketika melihat laptop, SUBHANALLAH!!!!!!!!!!!! Kasusnya tentang
JANTUNG!!!!! Saya sempet shock. Sebab malam hari itu selain jantung, saya tidak
belajar apa-apa lagi. setidaknya saya
tahu lah sedikit meski tidak se expert dua teman saya lainnya.
Waktu presentasi mulai. Saya
bagian pembukaan, memberi salam, memperkenalkan diri kami pada juri, kemudian
menjelaskan anatomi jantung. Seingat dan sebisa saya saja, benar-benar
mengalir, meski mungkin tidak berbobot (?) dilanjutkan dengan presentasi dua
teman saya lainnya yang meneruskan presentasi saya, tentang mekanisme kerja,
tentang segala macam tek tek bengek nya.
DAAAAN, APAAAAA????? Alhamdulillah,
kelompok kami mendapat nilai tertinggi dalam presentasi. Allahuakbar!!!! Ini
keajaiban, tapi sayang, nilai kami tertinggal jauh dengan tim dari Jogja (kalau
ga salah) saat cepat tepat tadi. Akhirnya, perjuangan kami berhenti sampai
situ.dan tim kami yang satunya lagi pun tidak lolos tiga besar. Apa boleh buat,
kami sudah berusaha, namun Allah yang menentukan hasilnya
Meski tidak bisa membawa piala
bergilir pulang, kami sudah senang mendapat pengalaman berharga luar biasa ini.
Banyak hal yang bisa dijadikan pelajaran. Bahwa tidak ada yang tidak mungkin
dan pertolongan Allah itu selalu dekat :’)
Miss that moment so bad!
|
terakhir, ini foto empat akhwat Furqoners yang sama-sama bermimpi menjadi seorang dokter. juan-detin-tika-citra |